Kamis, 12 Agustus 2021

Adri Sandra dan Gus tf, Dua Penyair Muda dari Payakumbuh

L.K. Ara
sinarharapan.co.id
 
Kabupaten Limapuluh Kota dengan ibukota Payakumbuh, setidaknya telah melahirkan dua penyair yang kini sedang giat menelorkan karya berupa puisi. Mereka masing-masing adalah Adri Sandra (38) dan Gus tf (39). Melihat usia kedua penyair ini tergolong sedang mengalami masa produktif. Ini dibuktikan oleh misalnya karya-karya Gus tf berupa puisi dan cerpen bertebaran di hampir seluruh mas media Ibukota.
 
Adri Sandra kelahiran Padang Japang, Payakumbuh, Sumatra Barat, 10 Juni 1964 dikenal sebagai penyair. Ia menulis sejak tahun 1981. Namun selain menulis puisi ia juga menulis cerpen dan artikel. Bidang kegiatannya lebih meluas ke wilayah musik, teater bahkan melukis.
 
Sebagai penyair karya-karya puisinya telah dimuat di berbagai mass media yang terbit di Ibukota dan daerah. Bahkan sejumlah puisinya sudah dimuat dalam antologi puisi bersama, seperti, Rantak 8 (1991), Rumpun (1992), Antologi Penyair Sumatera Barat (1993), Berlima di Sudut Kampus (1995), Kuda-kuda Puisi (1996), Gender (antologi 10 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi se Indonesia, Sanggar Minum Kopi, Bali, 1993), Sekayun (antologi pemenang penulis puisi se Indonesia, Yayasan Teraju, Sumatera Barat Padang, 1994).
 
Ketika berlangsung Mimbar Penyair Abad 21 yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta di Jakarta tahun 1996, beberapa puisi Adri Sandra dimuat di dalam antologi yang diterbitkan Balai Pustaka itu. Salah satu sajaknya di dalam antologi Mimbar Penyair Abad 21 berjudul Dalam Satu Perahu. Sajak ini bertema perjalanan menuju keabadian. Perahu merupakan simbol kenderaan menuju keabadian itu. Puisi itu dimulai penyair dengan baris-baris sebagai berikut,
 
Naiklah ke perahuku, jauh jalan di lautan
Mari berdayung sampai ke pinggir langit
Angin dan layar menyentuh bulan berbentuk sabit
Tabuhlah rebanamu dalam pengembaraan ini
Tabuhlah
Dendangkan Sahara dari Sinai di samudra bersama alun gelombang
Sebentar lagi bulan tenggelam, perahuku tak tahu di mana
Kan menepi
Marilah kita berzikir karena pantai dan waktu tertinggal
Hanya sejengkal
Menjelang sampai ke keabadian Nya
Yang direntang tanda-tanda tanya
 
Dalam bait tadi telah dapat kita lihat penyair menawarkan ajakan kepada pihak lain untuk ikut berlayar bersamanya. Untuk menimbulkan gelora semangat ia juga menghimbau agar menabuh rebana. Dan ketika pantai sudah mendekat ia meminta supaya berzikir. Karena keabadianNya sudah akan dijelang.
Tapi bagaimana sebenarnya perjalanan perahu yang ditumpangi itu penuh dengan halangan seperti topan, cuaca gelap, senyapnya pengembaraan dapat kita lihat dalam baris-baris berikut ini,
 
Di laut inilah, dalam satu perahu yang meluncur
Kita melipur musim, topan, gelap, terang dan senyap pengembaraan
Kita catat sejarah dari perjalanan yang ditinggalkan waktu
Di belakang hari yang bergelombang
Pun di depan jari-jari waktu kian menajam
Tuhan, seribu galau di laut ini tak menemukaan pantai dan tujuan
Jauh jalan di lautan, kita semakin dekat untuk kembali
Teduh mataNya dilindung kelepakan sayap burung-burung
Merpati
Menuju sorga keabadian
 
Penyair membayangkan satu perahu meluncur menghadapi topan, cuaca gelap, dan keadaan sepi. Ini merupakan pengembaraan yang sungguh senyap di tengah lautan yang luas. Perjalanan ini semakin terasa berat apabila mulai berhitung dengan waktu. “Waktu kian menajam” ujar penyair.
 
Sementara itu perahu belum menemukan pantai dan tujuan belum tercapai. Saat seperti itulah makhluk biasanya kembali ingat Tuhan. Saat itu pula terasa Tuhan sungguh meneduhkan hati yang gelisah.
Pelayaran dan pengembaraan yang panjang sangat meletihkan. Tapi apabila orang tabah biasanya ia akan memperoleh hasil. Hal ini akan terbayang pada bait-bait berikut ini. Kata penyair, dalam keletihan, adakah tersimpan seribu ketabahan?
 
Karena bulan berbentuk sabit akan tenggelam
Tabuhlah rebanamu di sinar kelam
Tabuhlah!
Kumandangkan zikir ke batas sampai
Agar perahuku, perahu kita yang satu berlayar
Meluncur deras ke surgaNya
 
Padang, 1993.
 
Meski cuaca tak terang, dan sinar akan kelam rasa optimisme masih ada. Karena suara rebana akan menimbulkan semangat. Sementara itu suara zikir yang dengan khusuk dikumandangkan tak henti-henti. Zikir membasahi lidahmu kata orang bijak. Dan dengan zikir itulah perahu, meluncur deras ke surgaMu.
 
Gus tf
 
Tapi inilah laut segalanya dilayarkan/Pada kesetiaan perahu pertemuan, perahu perpisahan/Mengangkat sauh demi penyaksian tarian ini, o, perjamuan! Baris-baris ini merupakan kalimat awal dari puisi Gus tf berjudul Tirai Laut.
Penyair kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat ini melanjutkan puisinya dengan baris-baris yang menceritakan ada yang bangkit dari debu. Dalam perjalanan memberi salam ke tempat yang asing. Sementara ada yang berkata ada yang lenyap di tengah-tengah alam yang luas. Ada juga orang yang mabok kemudian diserap kebesaran tetapi kemudian selalu terdampar.
Bangkit dari debuku, kudayung diri: menyalami keterasingan
Seperti katamu, kelenyapan di tengah keluasan “o, kebatinan!”
Orang-orang mabuk, diserap kebesaran namun selalu terdampar
Dalam dimensi ruang dan kesementaraan
 
Tapi inilah laut – segalanya dilayarkan pada kesunyian
Dalam keramaian di gemuruh ombak tiap puncak zaman o, kerinduan
Mereka labuhkan doa di sembarang dermaga, mereka nyalakan iman
Di sembarang taman seperti katamu, mereka lahir, tumbuh
Hanya untuk berguguran
 
Ada permintaan dan harapan yang selalu diminta orang. Yakni sesuatu yang dinamakan akal. Selamatkan akal. Karena akal diharapkan kelak dapat menyelamatkan apa yang disebut dengan peradaban.
 
Tutur penyair,
“pohon ruh, selamatkan akal!”
“pohon akal, selamatkan peradaban!”
peradaban yang lalu, kutabuh diri: genderang kepergian
tinggalkan rumus, teori benda-benda, “o, pengetahuan”
selamat jalan
telah kauperkenalkan, orang-orang yang membangun kehidupan
dengan menghancurkan
tapi, inilah laut segalanya dilayarkan
kematian, kelahiran, evolusi kegaiban
dan kefanaan
 
Payakumbuh 1991, Padang 1991
(dari Sangkar Daging, Grasindo, Jakarta 1997)
 
Gus tf dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat, 13 Agustus 1965 dari ayah Bustamam dan ibu Randjuna. Selepas SMA di Payakumbuh, ia melanjutkan studinya di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang dan tamat 1994.
 
Tertarik dan menulis puisi ketika masih duduk dibangku SD, pada usia sekitar 12 atau 13 tahun. Sajak-sajak pertamanya banyak dimuat di majalah Hai (Jakarta) dan ruang kebudayaan surat kabar Singgalang (Padang) awal tahun 80-an. Pada usia 22 tahun ia diundang DKJ mengikuti Forum Puisi Indonesia 87, dan sejak itu mulai sering menghadiri berbagai pertemuan penyair, di antaranya “Istiqlal Internasional Poetry Reading 1995”.
 
Puisinya dimuat dalam antologi Ketika Kata Ketika Warna yang diterbitkan oleh Yayasan Ananda. Sejumlah puisinya pernah memenangkan sayembara, di antaranya Pemenang I sayembara penulisan puisi Direktorat Kesenian Ditjen Kebudayaan RI 1990.
 
Juga pernah memperoleh penghargaan dalam bidang penulisan esai, di antaranya dari Panitia Pekan Budaya Minangkabau 1993 dan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1996.
 
Antologi Sangkar Daging merupakan kumpulan puisinya yang pertama. Beberapa sajak dalam antologi pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris dan Jerman.
 
Tentang kelahiran sajak-sajaknya, di dalam kata pengantar antologi Sangkar Daging Gus tf menyebutkan bahwa sebagian besar sajak-sajaknya lahir dalam perjalanan atau ketika sedang bepergian. Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa demikian.
 
Masa-masa yang subur untuk itu adalah tahun 1982 dan 1985, saat libur panjang tamat SMP dan SMA. Sebuah puisinya yang ditulis di Padang 1985 – Payakumbuh 1987 berjudul Penyair Ompong.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/12/adri-sandra-dan-gus-tf-dua-penyair-muda-dari-payakumbuh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt