Senin, 09 Agustus 2021

Menyingkap Tumpukan Koran Medan 1919

Damiri Mahmud
Jurnal Nasional, 12 Mei 2013
 
BABAKAN Sastra Indonesia Modern lazim disebut baru dimulai awal 1920-an ketika roman “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli terbit tahun 1922 dan “Percikan Permenungan” karya Rustam Efendi terbit tahun 1926. Salah satu syair Rustam Efendi yang sangat terkenal adalah “Bukan Beta Bijak Berperi” sebagai kredo yang menyatakan selamat tinggal kepada syair-syair lama dan dimulainya babakan sy air-syair baru yang mengandalkan kepada imajinasi individual. Demikian bunyinya:
 
Bukan beta bijak berperi
pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri
musti menurut undangan mair
 
Sarat saraf saya mungkiri
untai rangkaian seloka lama,
beta buang beta singkiri,
sebab laguku menurut sukma
 
Susah sungguh saya sampaikan,
degup-degupan di dalam kalbu,
Lemah-laun lagu dengungan
matnya digamat rasaian waktu.
 
(…)
 
Apabila karya ini dikatakan sebagai awal babakan puisi Indonesia Modern, maka dapat kita amati bahwa yang modern atau yang baru dalam puisi ini hanyalah karya itu tidak lagi anonym; kemudian isinya yang berupa pernyataan penulis: Sarat saraf saya mungkiri/untai rangkaian seloka lama..dst. Sementara bentuknya masih yang lama atau yang beta buang beta singkiri itu.
 
Bahkan dengan kredo pembaruannya itu sangat mengejutkan juga di sini Rustam Efendi memasukkan begitu banyak kata-kata kuno bahkan arkais ke dalam sebuah syair yang terbilang singkat itu: madahan = lagu, syair; mair = jiran, kerabat; saraf = tatabahasa; laun = lembut; digamat = diraba, dibentuk; mamang = imajinasi.
 
Jadi, sebenarnya Rustam Efendi berseru atau berteriak untuk menyingkiri atau memungkiri untai rangkaian seloka lama itu justru dengan bentuk dan gaya lama itu sendiri! Ini tentu sesuatu yang paradoks yang menimbulkan kesan ironi. Ditambah lagi pada bait akhir yang seakan menidakkan atau mengingkari pernyataan atau kredo yang telah diteriakkannya di atas: Bukan beta berbuat baru. Seperti kita katakana di atas, karya ini hanya pada isinya boleh dikatakan baru, sementara bentuk dan gayanya masih terikat pada metrum lama: kombinasi syair dan pantun.
 
Tapi ada yang lebih ironi. Lebih mengejutkan! Sesuatu yang telah lama tersembunyi atau terpendam yang baru sekarang bisa terangkat ke permukaan. Adalah seorang sejarawan kita bernama Dr.Ichwan Azhari, dua tahun lalu, minta bertemu saya di Taman Budaya Medan dan berlanjut di kedai minum “Tip Top‘. Kami sudah lama sekali tidak bertemu. Dulu di masa remajanya dia sering saya bawa “menjual sastra” ke sekolah-sekolah. Atau nonton pilem di LIA.
 
Rupanya dia masih ingat saya. Dari sekian pembicaraan kami dia ngelantur ke suatu masalah bahwa Ichwan banyak mengumpul Koran-koran lama terbitan Medan awal abad dua-puluhan. Salah satu isinya, katanya, juga banyak memuat karya sastra berupa puisi, cerpen dan cerbung. “Tahun berapa itu tepatnya‘, sambut saya. “1918 dan 1919 Bang!‘ Jawabnya. Saya terkejut. “Kalau begitu sejarah Sastra Indonesia Modern harus ditulis ulang!”
 
Tanggal 2 Mei yang lalu, Ichwan kembali menelepon saya. Ada seorang bernama Pidia Amelia telah menyusun sebuah antologi puisi berisi karya-karya penulis perempuan yang berasal dari tumpukan Koran-koran lama itu. “Tolong, Bang! Diberi pengantar‘, sarannya. Saya menyanggupi namun minta tempo beberapa hari karena saya harus ke Tanjung Balai dulu. Ada pesan-pesan dari pertemuan di Makasar dan Bukittinggi yang saya hadiri yang mau saya sampaikan di sana.
 
Ternyata benar, di Medan telah terbit beberapa bahkan banyak Koran. Ada Koran Soera Ibu, Pelita Andalas, Pewarta Deli, Pedoman Masyarakat, Tjermin Karo, Asahana, Bintang Karo, Moetiara, Ichtiar, dan banyak lagi. Fenomena ini sungguh luar biasa dan tak menduga bahwa tempo-doeloe Medan telah begitu maju dan modern! Percaya diri ini dibangkitkan oleh “hanya‘ satu tumpukan Koran bekas yang dengan tekun dikumpulkan oleh seorang Ichwan Azhari.
 
Sebuah koran yang bernama Perempuan Bergerak juga tak ketinggalan memuat syair-syair. Salah satu syair itu ialah berjudul “Ajakan‘, karya Oepik Amin yang dimuat dalam Edisi 16 Mei 1919. Kita petikkan tiga bait di antaranya:
 
Adapun pada suatu hari
Sedang duduk seorang diri
Datanglah kawan menghampiri
Mevr Lhutan guru jauhari
 
Setelah dekat dia berkata
Hai Oepik Amin saudara beta
Perempuan Bergerak korannya kita
Sudah terbit di Medan kota
 
(…)
 
Apabila ditelisik, ternyata isi dan bentuk puisi atau syair ini sama sekali baru! Sungguh tidak biasa dalam sebuah syair diterakan nama seorang penggubah bahkan menuliskan nama dalam isi karangannya itu dengan begitu percaya diri. Biasanya dalam karya syair lama, nama pengarang disembunyikan bahkan dengan gaya merendah-rendah. Misalnya dalam “Syair Burung Pungguk” ini.
 
Dengarkan tuan mula rencana
Disuratkan oleh dagang yang hina
Karangan janggal banyak tak kena
Daripada faham belum sempurna
 
Dari segi bentuk pula puisi Oepik Amin ini menunjukkan kebaruan dan kepiawaian pengarangnya. Dia dengan berani memasukkan kosakata asing atau Belanda. Kata “Koran‘ dari bahasa Belanda itu hingga kini masih dikenal. Begitu juga kata “proef‘ dalam kalangan percetakan dan penerbitan masih disebut. Begitu juga kata “mevr‘ atau atau “mevrouw‘ masih ada atau dipakai dalam “kalangan atas‘.
 
Oepik Amin, pengarang syair ini, juga bisa “mengicuh‘ pembaca syair tradisional dari satu kebiasaan yang telah klise kepada satu kejutan yang baru. Cobalah kita lihat bait pembuka: Adapun pada suatu hari/ Sedang duduk seorang diri/ . Dalam syair-syair lama, ungkapan seperti itu selalu diikuti oleh peristiwa bersifat legenda, mitos, atau fabel. Misalnya dalam “Syair Bidasari‘, bait pembukanya berbunyi:
 
Dengarkan tuan suatu riwayat
Raja di desa Negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Supaya menjadi tamsil ibarat
 
Adalah raja suatu negeri
Sultan halifah akas bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah ngadil dagang senteri
 
Tapi dalam syair Oepik ini justru menunjuk kepada satu realita bahkan bersifat pribadi!: datanglah kawan menghampiri/ Mevr Lhoetan guru jauhari. (dalam transkrip teks disebut “guru jauh hari‘, tapi dalam kopi teks asli memang disebut: “goeroe djauhari‘). Lagi pula diksi dan idiomnya selalu praktis dan tegas yang mengacu kepada ekonomi kata, tidak bertele-tele atau berpanjang-panjang yang dihiasi oleh banyak bunga kata sebagaimana umumnya dalam sebuah naskah syair lama. Dalam puisi ini pun kita mengetahui bahwa kata “perempuan‘ pada masa itu memang memuat makna yang bersifat ameliorasi. Lama sekali, terutama pada era Orde Baru, kata “wanita‘ yang bermakna seperti itu. Sementara “perempuan‘ harus menanggung beban peyoratif.
 
Sebuah syair selalu mengisahkan peristiwa (luar biasa) yang dapat menghabiskan beratus halaman dan beribu bait. Syair Bidasari di atas misalnya, berisi 1551 bait! Syair Ajakan ini juga berisi kisah (luar biasa) tentang telah hadirnya Koran Perempuan Bergerak. Ia mengisahkan atau mempromosikan kebagusan Koran ini kepada sahabat-sahabatnya supaya jangan ketinggalan membaca dan menulis di sana. Kalau syair-syair lama itu harus menghabiskan ribuan bait untuk satu peristiwa yang dikisahkan, Oepik Amin cukup membuat syairnya 20 bait saja!
Karangan Siti Alima Organ untuk Perempuan Bergerak juga menyambut terbitnya Koran Perempuan Bergerak, dimuat dalam Edisi 16 Mei 1919. Dia pun menunjukkan kebaruan dalam pengucapan dan lebih bernuansa “Melayu Medan‘.
 
Misalnya bait ini:
 
Lama sudah kami di kali
Entah bila pula mengedari
Harap kami minta tetapi
Sama perempuan gemari
 
Mungkin bisa diterjemahkan seperti ini:
 
Kami sudah lama sekali (berjuang)
Entah kapan pula bisa tercapai
Kami berharap supaya diakui
Terhadap perempuan harus dihormati
 
Emansipasi mencuat dalam karya ini. Yang dituntut dalam hal ini adalah persamaan hak dalam belajar atau menuntut ilmu. Kita berdecak, bahwa telah hampir satu abad yang silam, kaum perempuan kita di Medan telah begitu maju. Begitulah Koran-koran lama yang berisikan sejarah perjuangan dan pergerakan, dapat membuka cakrawala baru bagi kita dewasa ini.

*) Damiri Mahmud, sastrawan, berdomisili di Medan. http://sastra-indonesia.com/2013/05/menyingkap-tumpukan-koran-medan-1919/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt