Sabtu, 03 Maret 2018

Sastrawan Itu Unik


Damiri Mahmud
Harian Analisa, 7 Agu 2011

Nada panggil ponsel saya malam menjelang Isya itu saya biarkan berlalu berulang. Saya pernah berkali-kali menjawab panggilan dari nomor yang tidak saya program dan selalu menerima kekecewaan, “Maaf, salah sambung…” jawab saya terbata-bata, ketika yang memanggil di seberang sana langsung menerpa karena menganggap sudah kenal.

“Salah sambung? Siapa rupanya situ…?” Hebat orang Medan. Dia yang salah sambung awak yang kena damprat.

Berselang sekitar setengah jam kemudian ponsel saya bordering lagi. Nomor yang sama. Saya berkesimpulan si pemanggil tentulah punya kepentingan yang serius.

“Maaf, Bang, adik Abang, Ichwan…” Ichwan Azhari? Sudah lama saya tak berjumpa. Selintas, lima tahun yang lalu, di Garuda Plaza saya melihat sosoknya ketika menjadi panelis di sebuah diskusi. Dia telah menjadi Doktor sejarah jebolan Universitas Hamburg. Waktu saya memberikan tanggapan, Ichwan berkomentar, “Saya ingat bang Damiri ketika dia membawa saya menjajakan sastra masuk sekolah…”

Itu sekitar tahun 1979. Dia menulis esai dan cerpen kemudian menerbitkan bulletin “Selokan” yang bertahan satu tahun. Tahun 1978-1981 menjadi redaktur sastra remaja “Suara Pembangunan”.

Dalam pembicaraan telepon malam itu, dia mengatakan berhasrat menerbitkan naskah saya.

“Ada dananya, Bang…” Kami janji bertemu di Taman Budaya. Saya membawa naskah tentang Amir Hamzah yang dimintanya.

Pembicaraan tentang Amir Hamzah memang telah selalu saya lakukan. Pernah di Univa, kemudian di Pemda Tebing Tinggi. Kemudian atas prakarsa Edi Elison KR, didiskusikan pula di Sei Karang. Ikut pada waktu itu NH Dini sebagai penulis biografi Amir Hamzah dan putri tunggalnya T. Tahura. Ada pula di UISU, bersambung ke USU. Kemudian dalam diskusi yang digelar oleh Dewan Kesenian Sumatera Utara. Pertemuan Sastrawan Sumatera Utara 1997 di TBSU. Terakhir di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur dalam Seminar Sastra Bandingan Antarbangsa, 2007.

Dalam omong-omong kami itu, Ichwan buka kartu. “Ada pejabat dari Jakarta yang mau mendanai naskah abang itu. Dia pengagum Abang… Namanya Suhaimi.” Agak heran hati saya. Seorang pejabat yang mengagumi sastra. Sudah selalu sekali diresahkan di negeri ini bahwa sastra minus pembaca. Barangkali sosok ini merupakan kekecualian. Walau bagaimanapun saya tak mengenal nama itu. Kami bikin janji akan bertemu di Tip-Top, karena Sang Pendana akan pulang ke Medan dua hari lagi.

Tip-Top di Kesawan, Sabtu malam itu sungguh penuh pengunjung. Berbagai warna kulit bergabung di situ. Kuning, putih, abu-abu dan sawo matang. Ditambah dengan aura awal abad dua-puluh zaman keemasan Toean-toean Kebon di Deli. Ada pula orkes mengiringi santap malam yang mengalunkan lagu-lagu Medan tempo doeloe. Ini Medan Bung!

Meskipun hujan menderas ditingkah guruh dan petir, bahkan menambah romantika omong-omong kami, hingga pukul sebelas malam itu. Pendana itu adalah T. Suhaimi Idris, pernah menjadi jaksa di Medan kemudian menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang. Kini menjadi pejabat salah satu instansi di Jakarta. Ternyata sosok ini akrab dengan puisi. Dia punya nama pena pula lagi. TSI Taura! Mendengar nama itu saya terperangah. Sekitar awal delapan-puluhan, nama itu banyak mengisi rubrik budaya di harian Medan dengan tulisan-tulisannya berupa cerpen dan terutama puisi. Begitu juga puisi-puisi dan cerpennya banyak termuat di ruang Rebana dan RRPA harian Analisa. Dia masih akrab bercakap-cakap tentang sastra. Bahkan di samping kesibukan rutinitasnya, TSI Taura ini masih terus bergulat dengan puisi, hingga sekarang. Dia menunjukkan dua berkas naskahnya kepada saya yang rencananya akan diterbitkan pula. Dalam naskah itu secara sepintas saya lihat beberapa topik dia tulis, tentang diri dan keluarga, impresi tentang tempat di mana bertugas, tragedi tsunami Aceh dan Padang, hingga ke memorial Rendra dan Mbah Surip.

Waktu menulis di Medan, dia segenerasi dengan Foeza M. Hutabarat (ketika itu masih memakai nama Foeza March Esha), Ichwan Ar, Bahman Signal, Koentara DM, Mihar Harahap, Wirja Taufan, Asro Kamal Rokan. Dia katanya akrab dengan Foeza, namun walaupun sekarang sama-sama mukim di Jakarta tapi sekali pun tak pernah berjumpa.

Untuk menyambung ingatan kita terhadapnya sebagai penyair, diturunkan sebait puisinya berjudul “Gelisah” (ditulis di Bandung, Juli 2006) yang terasa relijius dan kuyup dengan pengakuan dan kesadaran akan kefanaan:

Seusai sujud terakhir ini
Jika Engkau usir aku
Di depan pintuMu
Aku tidak pergi
Karena cintaku telah lahir dalam firmanMu
Telah kutemukan cahaya ghaib
Sebelum senja luruh

Malam yang ditingkah hujan yang menderas dan sesekali dikejutkan oleh petir yang memekakkan anak telinga tak membuat pertemuan kami menjadi kecut. Apa lagi suasana arsitektur Hindia-Belanda yang masih kental mewarnai tempat pertemuan kami itu membuat Ichwan, sang doktor sejarah itu bertambah bersemangat. Bertambah kuno satu peristiwa bertambah menarik baginya. Apa lagi kaitannya dengan sastra begitu erat. Disertasi doktornya di Universitas Hamburg berkaitan tentang sastra sejarah dalam naskah Melayu Klasik, dengan tema perlawanan wacana dunia Melayu terhadap ekspansi Majapahit.

Ichwan berkisah ketika baru-baru ini ke negeri Belanda dia telah menemukan seratus ribu dokumen tentang media koran dan majalah di Sumatera Utara pada zaman kolonial. Sepuluh ribu di antaranya telah dia rekam dan dibawanya pulang. Malam itu dia menunjukkan di layar laptopnya sebuah artikel yang berasal dari harian Medan (“Benih Merdeka”) terbitan tahun 1918 yang berbicara secara terbuka tentang kemerdekaan. Ichwan berkomentar:

“Di Jawa dan di Jakarta, para pemuda berbicara tentang Indonesia Merdeka baru pada akhir tahun dua-puluhan. Di Medan, koran Medan sudah bicara tentang kemerdekaan secara terang-terangan. Bahkan nama korannya pun “Benih Merdeka!”"

Ada juga yang tak kalah menariknya. Ichwan mengatakan bahkan koran “Benih Merdeka” itu, dan “Soeara Jawa” (1916), telah memuat cerita.

“Itu kisah fiksi?” Tanya saya.
“Ya, fiksi! Cerpen… Bahkan novel!” jawabnya, “dimuat secara bersambung.”
“Kalau begitu, temuan ini bisa meledak juga,” komentar saya.

Saya menyebutkan, dalam sejarah Sastra Indonesia Modern, genre novel (atau roman) baru mulai tahun 1920 ketika Merari Siregar menerbitkan Azab dan Sengsara atau pada tahun 1922 ketika Marah Rusli menerbitkan Siti Nurbaja. Genre cerpen baru ditemukan sekitar tahun 1935 ketika M. Kasim menerbitkan cerita-cerita “penggeli hati” yang terkumpul dalam Teman Duduk terbitan Balai Pustaka. M. Kasim itulah yang dianggap sebagai Pemula Cerpen Indonesia.

Kalau apa yang ditemukan oleh Ichwan itu memenuhi persyaratan sebagai sebuah cerpen, sejarah sastra itu haruslah dikaji ulang.

Apa lagi Ichwan menambahkan pula, dia juga menemukan puisi-puisi di kedua harian Medan (tahun 1916 dan 1918) itu dan bukan syair atau pantun. Dalam pelajaran sastra Indonesia Modern dikatakan, puisi modern kita baru mulai setelah Rustam Effendi dan Mohammad Yamin mengadopsi bentuk soneta dari Itali ke dalam Bahasa Indonesia tahun 1926.

Ichwan juga punya rencana “yang mendebarkan hati” tentang kepedulian terhadap sastrawan. Dia, punya lahan dua hektar yang akan dibangunnya sebagai museum sejarah di Kota Cina, Paya Pasir. Direncanakannya nanti akan mengundang para sastrawan, satu orang selama satu bulan sebagai Sastrawan Tamu untuk dapat menulis dengan bebas. “Segala fasilitas akan kita penuhi,” janjinya.

“Sastrawan itu unik,” ungkap Ichwan. “Sejarawan tidak bisa dan tidak boleh seperti mereka. Penulis sejarah menulis berdasarkan fakta dan penyelidikan sementara sastrawan berkarya berdasarkan imajinasi dan rekaan. Di mata mereka tulang-tulang yang sudah lapuk pun masih bisa bercakap-cakap…” Maklum dia sangat akrab dengan sastra dan seperti katanya, “Pernah bermimpi jadi sastrawan besar…!”

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/07/7331/sastrawan_itu_unik/#.UT53_zcZlWk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt