Yogya memang salah satu kota yang menjadi ruang perjumpaan sekaligus perpisahan bagi apa saja dan siapa saja. Namun bukan perpisahan pikiran dan rasa. Sebab kedua hal tersebut akan mengendap menjadi kenang dan tak kan bisa hilang.
Banyak hal yang kerap kami bincangkan dengannya. Mulai dari hal-hal remeh temeh sampai ke hal-hal yang absurd. Kawan satu ini adalah lokomotif kawan-kawan muda Aceh di Yogyakarta. Dia selalu resah terhadap segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. Pada gilirannya, keresahan itupun dia tumpahkan dengan membuat lingkaran kecil berdaya yg gugah luar biasa yakni, GSB (Gerakan Surah Buku).
Sore ini tepat jam lima sore dia akan terbang ke tanah lahirnya setelah kurang lebih sepuluh tahun bergulat dengan alam Yogyakarta. Panggilan tanah ibu tak bisa dia abaikan kali ini. Tawaran menjadi pengajar di ISBI menjadi pintu awal dia untuk mengabdi bagi Aceh.
Awal kali jumpa saya dengannya adalah pada waktu Pesta Buku Yogya yang diadakan oleh IKAPI DIY 2012 silam di Gd. Wanitatama. Kala itu lelaki berambut panjang, berhidung mancung dengan tatap wajah tajam ini datang dengan salah seorang kawan. Kami pun bersua ngalor-ngidul tak jelas juntrungnya. Perjumpaan setelah itu menjadi awal perjumpaan-perjumpaan kami selanjutnya. Sampai pada titik dimana dia harus pulang saat ini.
Baiklah kawan, saya ucapkan selamat berjuang. Semoga tanah garapan baru disana membuka pintu harapan-harapan baru yang selama ini kau resahkan. Jangan lupa ngopi dan ngudut.
Kopi Hitam. Yogya 7 Agustus 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar