Safitri
Ningrum *
Zaman beredar menurut aturan dan menghasilkan fungsi.
Tidak terkecuali media dan sastra. Keduanya sama-sama memiliki kegunaan
masing-masing bagi pemakaianya. sesuatu yang tak berfungsi sama halnya dengan
benda mati. Akan terlupakan begitu saja.
Sejak
lama diyakini, media adalah perantara pesan. Keyakinan ini terselenggara secara
terselubung ataupun terang-terangan. Apa saja kejadian atau hal yang dianggap
penting, menarik dan unik dengan mudah bisa dipublikasikan lewat perantara
media. Tidak terkecuali karya sastra.
Secara
umum media terbagi menjadi tiga yakni media cetak, media elektronik dan media
online. Ketiganya menawarkan informasi yang sarat aktualitas dan makna.
Pembaca
tentunya kian selektif dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Begitu
banyak tipe pembaca. Ada yang memang membutuhkan informasi akurat, ada pula
hanya sekedar mencari hiburan semata. Salah satu sasaran pembaca yang hanya
membutuhkan hiburan atau penyegaran diri adalah tulisan sastra.
Menemukan
karya sastra tidak hanya dalam bentuk tekstual tetapi juga bisa dalam bentuk
kontekstual. Hal ini berkenaan dengan selera masyarakat penikmat sastra. sastra
tidak hanya dapat ditemukan dalam bentuk tulisan seperti puisi, prosa, namun
dalam bentuk pertunjukan drama dan film di atas panggung. Kesemua bentuk itu
dapat disaksikan lewat media masa.
Kecanggihan
teknologi, membuat manusia mudah mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.
Tidak perlu mencari buku antologi puisi untuk menemukan satu naskah puisi.
Lewat browsing internet, hanya butuh waktu beberapa menit sudah bisa kita
dapatkan beberapa naskah puisi. Sebab kini internet dapat diakses dimana pun
kita berada selama jaringan internet terkoneksi.
Sastra
tentu bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan seputar apakah sastra itu dan apakah
manfaat karya sastra bagi manusia, bila dijabarkan akan rumit. Sadar atau tidak
kita telah menjawabnya dengan mengkonsumsi sastra. kita telah bisa membedakan
mana tulisan sastra dan nonsastra. Dengan mudah menilai mana karya sastra yang
baik dan mana yang tidak.
Sejalan
dengan dibutuhkannya karya sastra bagi manusia, maka begitu banyak karya sastra
yang dilahirkan. Banyak bermunculan para pujangga, para novelis, para dramawan,
para cerpenis yang menciptakan karya yang tentunya berkualitas. Seiring dengan
perkembangan zaman, setiap hari kita bisa menyaksikan terbitnya karya-karya
baru. Di mana? Tentu saja di media masa.
Beberapa
contoh media masa yang setiap hari, minggu, atau bulan mampu menerbitkan karya
sastra adalah surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya. Media ini
mempublikasikan karya sastra seperti puisi, cerpen, cerbung, cernak, esai,
bahkan kritik. Karya-karya yang fresh dan baru yang akan menjadi penyegaran
atas beragamnya tulisan seputar berita ekonomi, bencana alam, berita politik,
masalah pendidikan dan lain-lain. Karya sastra hadir sebagai oasenya. Sastra
terselip di tengah-tengah gersangnya tulisan yang haus akan keestetikaan.
Tidak
semua surat kabar, majalah, tabloid media cetak lainnya mengekspos karya
sastra. Bahkan juga ada yang tidak memberi ruang sama sekali untuk keberadaan
karya sastra. Mungkin karya sastra dianggap tidak akan menjadi sasaran bacaan
bagi para pembaca. Media yang seperti ini seakan menganggap karya sastra tidak
begitu penting untuk dikonsumsi oleh pembaca. Padalah sastra tidak hanya
sekedar tulisan tak bermakna. Karya sastra itu hidup.
Ada
sebagian media yang tetap setia memberi ranah kosong untuk keberadaan karya
sastra. Media-media ini membantu para sastrawan baik yang senior maupun junior
dalam publikasi karyanya. Ada sebagian media yang benar-benar menempatkan karya
sastra di tempat yang khusus sehingga layak untuk dibaca. Berarti para media
yang selalu menyajikan karya-karya sastra baru menganggap sastra akan
dibutuhkan para pembaca.
Pengarang
tentunya patut berterima kasih atas pengeksposan karya-karyanya pada media yang
mempublikasikan. Lewat perantara media tersebut, karya sastra yang tadinya susah
dibaca orang lain kini menjadi mudah. Karya yang tadinya hanya tersirat kini
tersurat.
Karya
sastra yang dimuat oleh media masa tentu bukan karya asal jadi. Pasti ada
proses penyeleksian karya mana yang layak diterbitkan. Sebab hal ini dilakukan
guna menjaga kualitas tulisan-tulisan yang terbit di media. Setiap media masa,
ingin dianggap bermutu tinggi di mata dunia. Media masa akan begitu selektif
dalam memilih tulisan atau karya yang akan ditayangkan atau diterbitkan.
Bahkan
ada majalah khusus sastra yang kini masih eksis. Majalah ini bersaing ketat
dengan majalah-majalah lain yang tidak memuat karya sastra seutuhnya bahkan
yang tidak memuat karya sastra sama sekali. Bersaing dengan majalah-majalah di
luar bidang sastra yang sudah memiliki nama besar serta pembaca setia.
Menjadi
sorotan penting, media-media yang memberi tempat untuk karya sastra adalah
media yang populer. Media yang bersedia memberi tempat bagi karya sastra tidka
kalah tenarnya dengan media yang tidak memuat karya sastra sama sekali. Media
ini memiliki pembaca setia. Sebab masih begitu manusia yang haus membaca karya
sastra. Bahkan tidak hanya para sastrawan, namun juga para pembaca umum.
Sayangnya
surat kabar yang menerbitkan karya sastra setiap harinya masih sangat jarang.
Ada yang menerbitkan seminggu sekali, ada yang seminggu dua kali menerbitkan
karya sastra seperti puisi atau cerpen. Tidak menjadi masalah, sebab sastra
adalah tulisan mahal. Mencipta karya sastra tentu butuh daya yang besar dan
nilai estetika yang tinggi. Tidak semua orang bisa mencipta karya sastra yang
berkualitas.
Tetap
eksisnya media-media yang menerbitkan karya sastra berarti eksis pula dunia
sastra. Lewat media, sastra bisa dipublikasikan juga bisa dikritik atau diulas
pula. Media yang seperti ini membantu sastrawan berada di puncak zona
nyamannya. Keduanya sama-sama mendapat keuntungan. Dengan kerjasama antara
penulis dan penerbit pasti akan mendapatkan feedback yang positif. Intinya
keduanya akan sama-sama sukses.
Keberadaan
sastra akan diakui oleh semua kalangan. Tidak hanya sastrawan, pengkaji sastra,
pembaca sastra namun juga semua orang yang menyentuh media masa. Karya sastra
bukan lagi sesuatu yang sulit didapati. Kini karya sastra yang bermutu ada di
mana-mana. Lewat media, karya sastra semakin eksis dengan manis.
*) Penulis
mahasiswa semester VIII FKIP UMSU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar