Khawas Auskarni
Jawa Pos, Radar Jember 3 Okt 2016
Muhammad Marzuki, pemuda asal Dusun Tutul, Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu ini menaruh perhatian tinggi terhadap dunia literasi. Dia memimpikan semua orang di sekitarnya suka membaca. Dengan uang hasil usahanya yang tidak seberapa, pelan-pelan dia mendirikan perpustakaan gratis agar masyarakat sekitar gemar membaca.
Ini Gratis, Bahkan Kadang Saya Ngantar Sendiri Bukunya
SAAT ditemui diperpustakan yang dikelolanya, Muhammad Marzuki tampak sibuk menata buku-buku koleksi di dalam rak. Pria 35 tahun ini mengelompokkan buku tersebut sesuai dengan sejenisnya. "Ada orang yang baru baca buku ini, selesai membaca dia salah menempatkan ke asalnya," jelasnya. Dia memang harus telaten memelototi buku-buku koleksi sesuai jenisnya, agar jika sewaktu ada yang membutuhkan, mudah mencari. Perpustakaan umum milik Muhammad Marzuki ini bukan jadi satu dengan rumahnya, melainkan di sebuah ruangan yang merupakan salah satu bagian dari kompleks masjid dekat rumahnya. Ruangan ini sebelumnya kosong tidak terawat. Ukurannya hanya sekitar 3x5 meter. Disini, bujangan itu ditinggal bersama lima orang lain, yang sebelumnya menjadi anak jalanan, kebetulan Muhammad Marzuki memiliki usaha kecil-kecilan berupa sablon kaos manual. "Lima teman inilah yang bantu-bantu saya," jelasnya. Sudah sekitar dua tahun, dia menempati ruang tersebut, alasannya cukup sederhana, merasa lebih nyaman.
Tolak Sumbangan Buku Karena Takut Hilang
Perpustakaan mini itu juga sederhana. Ada sekitar empat rak yang berisi ratusan buku. Kebanyakan buku yang ada di sana ber-genre sejarah, ada pula novel. "Sejak 10 tahun lalu saya sudah punya perpustakaan, di dalam rumah. Baru sekarang pindah ke kawasan masjid ini," jelasnya. Awal bikin perpustakaan bermula dari hobinya yang gemar cangkrukan di warung kopi. Saat itu, menurutnya, banyak kawan di warung kopi yang kerap tak nyambung saat diajak ngobrol, terutama soal sejarah, "kebetulan saya suka sejarah," kata Juki, panggilan akrabnya.
Dari situlah, lantas dia berpikir untuk meminjami buku-buku koleksinya pada kawan-kawannya. Maksud Juki, yang bersedia membaca agar bisa melek sejarah dan nyambung ketika diajak ngobrol. Bahkan juki mengaku kerap mengantarkan sendiri ke rumah orang yang berniat meminjam buku miliknya. Menurutnya, hal tersebut juga merupakan pendekatan yang dipakai agar orang lain menjadi akrab dengan buku. "Ya banyak yang senang. Sudah di pinjami gratis,terus diantarkan lagi," tuturnya.
Namun begitu, Juki mengaku segan jika harus menagih buku yang sedang dipinjami orang meskipun lama tidak dikembalikan. paling-paling, dia sekedar menanyakan sudah sampai halaman berapa membacanya. Harapannya, si peminjam merasa tidak enak sendiri jika tidak segera mengembalikan. Sampai sekarang, dia juga rutin berlanganan majalah militer edisi bulanan. Menurutnya, banyak tertarik membaca majalah tersebut. Terlebih jika ulusannya seputar perang dunia (PD) II. Juki sendiri mengaku kerap kehilangan buku koleksinya. Sejauh ini sudah ada puluhan buku yang dipinjam orang lantas tidak dikembalikan. Kendati kemudian, ia tidak merasa kecewa atau kapok. Di tangan siapapun bukunya berada pasti akan tetap bermanfaat sejauh buku tersebut masih dibaca.
Dari hasil usahanya, dia menyisihkan sebagian penghasilan untuk membeli buku baru. Dia mengagendakan tiap bulan sekali belanja buku. "Saya sampai menjadi akrab dengan salah satu kepala toko buku yang ada di Jember," lanjut pria yang hanya sempat mengenyam pendidikan hingga di bangku SMA. Dari ke akraban tersebut, dia meng-update buku-buku terbaru, utamanya sejarah, bahkan beberapa kali dia mendapatkan buku yang dilarang peredarannya oleh pemerintah dari sang kepala toko. Hingga saat ini, kebanyakan yang meminjam buku di tempatnya justru bukan dari kalangan akademis entah itu anak sekolah atau yang lainnya, malah, anak jalanan seperti komunitas mental kerap meminjam buku koleksinya.
Beberapa kali ada pihak sedianya hendak memberi donasi berupa buku untuk mengisi perpustakaannya tersebut. Namun Juki selalu menolaknya, alasannya, dia tidak sanggup dengan kesepakatan yang diminta si donator. "Bukunya gak boleh ada yang hilang, sementara saja nggak enakan, jika buku tak segera dikembalikannya," jelasnya
Salah satu penyumbang buku dari saudaranya sendiri. Usai kuliahnya di Jogja, saudara ini hendak mudik ke Jember dengan membawa seluruh buku-bukunya. Koleksi itu akan disumbangkan pada Juki dengan syarat tidak boleh hilang. Juki terpaksa menolak. Tawaran lain juga sempat datang dari sejumlah mahasiswa KKN yang sedang berkunjung ke perpustakaannya itu. Mereka berujar, akan mengajukan proposal ke sebuah lembaga tertentu agar memberi bantuan buku. Lagi-lagi di tolak Juki. Dia berdalih, tak mau jika upayanya membangun perpustakaan gratis tersebut dijadikan ajang promosi atau kepentingan oleh golongan-golongan tertentu. "Saya hanya ingin warga sekitar gemar membaca, biar nggak gampang dibohongi apalagi sekarang dimedsos banyak hoax yang mudah diperacya," pungkasnya. (mgl/hdi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar