Kamis, 27 Februari 2020

Naskah Teater: PUNK

Zaman Pasca Reformasi sampai Pasca Pilpres
Viddy AD Daery *

(Untuk pementasan dengan durasi 30-45 menit).
Sinopsis:
Segerombolan anak-anak Komunitas Punk bernama “Nam-Punk,” karena menyukai angka 6, diserupakan dengan lambang 69 di bendera mereka -pada suatu hari sehabis berapresiasi seni di markasnya yang kumuh dan pesing- didatangi beberapa tokoh partai politik tua maupun muda. Mereka ingin merekrut kaum Punkers untuk konstituen mereka yang baru, menyambut pemilu yang akan datang. Anak-anak Punk yang anti-kemapanan diajak berpolitik? Maukah mereka? Lalu apa yang terjadi?

Pemeran Utama:
Kit: Remaja berusia 22 tahunan, tokoh non formal Genk Punk “6-Punk”, selalu bersama teman-temannya sejumlah 6 orang Punkers (2 wanita, 1 di antaranya berjilbab hitam –memang, mereka menyukai kostum warna hitam, berlobang-lobang serta ditambahi asesoris bermacam-macam).

Gus Uzur: tokoh politik tua usia 55 tahunan, perawakan gemuk, selalu memakai batik, dan kopiah, berjalan mengenakan tongkat.
Kadam: 35 tahunan, asisten pribadi Gus Uzur, berkostum sama dengan tuannya, memelihara jenggot agak panjang, dan beberapa figuran.

Adegan Dimulai:
Setting:
Pojok GOR (Gedung Olahraga) Republik Jontor yang kumuh, kotor, penuh sampah, bau kencing, alkohol, muntahan, dan sebagainya menjadi satu dengan puing-puing berserakan persis Indonesia Raya.
Di dinding-dinding yang sudah kusam, karena lama terlantar tak pernah diperbarui catnya, retak-retak penuh coretan grafiti berbau sex, pornografi, anti pemerintah, anti kapitalisme, anti orang tua, tetapi sayang Ibu.
Juga tertempel dua poster yang memuja tokoh Grup Punk, dan satu poster semboyan: NgEROCK 24 JAM KECUALI SEDANG NgOROCK!!!

(Adegan dimulai dengan berdentaman suara Musim Punk-Rock Super bising, yang vocalnya kayak orang demam.

SFX: Terdengar suara bising musik rock super underground yang tidak bisa dibedakan suaranya, antara musik dengan tembakan mitraliyur perang dunia.

Enam Punkers (2 wanita) berjoget uyel-uyelan ala Punk-Rock yang tidak beraturan, malah mirip orang berkelahi.

Setelah beberapa lama, kemudian Kit, tokoh kelompok non formal “6 Punk” menepuk tangan, dan langsung saja musik cadas keras terhenti seketika, lantas semuanya yang menari berhenti ajojing dengan tidak beraturan, tidak serta merta, serba tidak beraturan -semaunya.

Kit: Hai teman-teman! Hari ini ada rejeki tiban! Kita mendapat sumbangan dari “seorang hamba Alloh” berupa 1 krat bir!!!
Punk 2 / cewek: Ya Ollooooh…hamba Alloh kok nyumbang bir?
Punk 3 / cowok: Alaaa… itu hamba Syetan namanya!
Punk 4/ cewek berjilbab: Hee… tokek! Hamba Syetan ya kita semua…!!!
(Semua tertawa terbahak-bahak dan terkikik sepuasnya sebebas-bebasnya).

Kit: Sudah, sudah, Coy! Mari kita syukuri sumbangan dari orang yang nggak mau disebutkan namanya tuh! Mari nyante pesta bir sambil berapresiasi seni… ayo siapa yang mau mulai?
Punk 2: Bonar tuuh! Dia baru pulang nyusu emaknya di Tarutung, Medan! Coba barangkali dia mau nyanyi Buteeeeeettt… (Semua ketawa ngakak).

Punk 5 / Bonar / berlogat Batak: Ah, kau ini… cemmana bilang Punker nyusu Ibu?
Boleh juga kalau nyusu tante-tante susu gede?!
(Semua Punkers ketawa, sambil kemudian mulai membuka bir dan menenggaknya, lantas ada yang gelegeken dahsyat... semua pesta ketawa gembira).

Punk 5 / Bonar : Oke, oke… aku tidak, menyanyilaah… aku punya oleh-oleh yang lain… puisi Batak gambaran dari kampong Ibuku, di mana semua orang sudah puzzziiing, karena harga-harga naiiik terus mengikuti BBM yang naik teruuuzzz… hanya harga diri kitalah yang turun!

(Bonar baca puisi). Puisi.... monggo dibikin... puisi teler absurd.
(Semua tepuk tangan meriah, dan bersuit-suit).

Punk 4 / cewek berjilbab: Kalau masalah pusing harga naik terus, bukan cuma urusan orang Bataklah Bonar. Seluruh Republik Jontor ini juga pening aku... pening aku..! (meniru akting Ruhut Batak yang memukul-mukul dahi ala di sinetron Gerhana).

Punk 3: Aku gak mau kalah reek! Punker Suroboyo asli Cuuk…
Aku mau nyanyi lagu kebangsaan kita “Punk Rock Panas Dingin”.
Kalian yang kesetrum pingin ikut nyanyi bolehlah ikutan nyanyi bareng!
(Musik SFX berbunyi, Punk 3 mengacungkan jemari tangan, dan menggerakkan acungannya ke kanan ke kiri ala superstar rock di panggung… dan semua temannya mengikuti).

Punk 3 diikuti teman-temannya:
Panas-panas-panas-panaaaaaaas
Anget-anget-anget-angeeeeeet
Dingin-dingin-dingin-dingiiiiiiiin
Anyep-anyep-anyep-anyeeeeeeeeep…

Panas -dingin,panas- dingin tubuhkuuuuu
Anget-anyep-anget-anyep bathukkuuuuuuu (2 X)

Kalau panas tolong dinginkaaaaan
Kalau dingin tolong hangatkaaaaaan (2 X)

Panas-dingin-panas-dingin
Panas-dingin-panas-dingin (8 X)

Semua sembuh, karna kasih sayang-Muuuuu
Semua sembuh, karna cinta suci-Muuuuuu
Semua sembuh, karna persahabatan yang aaaaabbbaaadddiiii….
(Lalu semua toast dengan khusyuk, seakan mereka semua baru berzikir, lalu saling keplakkan tangan, dan akhirnya bertepuk tangan).

Punk 6: Oke, penampilan berikutnya, aku Punker nJombang !
Aku mau menyanyi lagu irama Punk-Slow… ini lagu keramat warisan embahku…
Simak baik-baik yaa...

Tombo ati iku lima sak wernane
Kaping siji moco Qur’an sak ma’nane…

Semua meledek:
Alaaa… brentiii… brentiii… wooee… wooeee!
Masak Punkers dikasi lagu yang letoy…
Bikin semangat hidup kita lemes gak enerjik maaaan!

Kit bangkit, lalu bersuara lantang: Sudah, sudah, Coy!!!
Kuingatkan ya… kita-kita ini orang Punk harus punya solidaritas tak terbatas kepada sesama Punk…
Kita ada di sini kan karena MUAK dengan orang-orang di luar sana, yang selalu memberi hidup ini penuh dengan batasan-batasan…
(Kit diam sejenak memandang berkeliling, teman-temannya menyimak).

Hidup harus begini gak boleh begitu!
Atau harus begitu gak boleh begini!
Begini begitu begini begitu begini ni ni niiiii
Begini begitu begini begitu begitu tu tu tuuuuu
(diulang-ulang meniru Benyamin S., dan teman-temannya menirukan Kit, sang pemimpin non formal itu). Setelah itu, semua ketawa lepas, menertawakan hidup ngakak sepuasnya…

(Terdengar Suara Bedug dan Adzan lamat-lamat).
Kit: Subhanallooohhh… Naah! Sudah tiba waktunya sholat ashar! Ishoma! Ishoma!
Aku mau sholat ashar dulu, yang mau ikut ayuk...
Yang gak mau sholat silahkan nyante aja…
Kit bangkit diikuti Punk wanita berjilbab, mereka masuk ke balik panggung
Teman-teman Punk yang lain terus menikmati bir dan bersenda gurau.
***

Tiba-tiba datang seorang tokoh Partai usia tua, terkenal dengan nama Gus Uzur, atau dipanggil Gus Zur. Gus itu datang disertai seorang Kadam atau kyai muda staf ahli yang berjenggot agak panjang. Di belakang tampak 2 bodyguard sangar menjaga.

Gus berjalan terbata-bata seperti orang tua, melangkah dengan tongkat di tangan, diiringi Kadam yang selalu bawa buku agenda, pulpen, dan senantiasa siap mencatat apa-apa perintah Gus Uzur.
Dua bodyguard berpenampilan serem dan sangar menjaga di belakang, mata mereka jelalatan ke kiri-kanan dengan kewaspadaan yang berlebihan.

Gus: Assalamu’alaikum adik-adiik… Yok opo kabare rek?  (sok akrab)
Para Punkers: Wa’alaikum salaam…emm maaf, siapa ya?
Kadam: Waaduuh, kalian ini kuper! Hidup tertutup siiih…
Masak gak tahu tokoh terkenal kayak gini!
Ini Gus! Gus Uzur! Tapi cukup dipanggil Gus saja!
Sudah tahu ?
Punkers: Mmm… siapa ya Gus itu?
Kadam : Kampungan! Gus itu tokoh Partai Besar! PMR atau Partai Memperalat Rakyat! Naah, tahu kan sekarang?

Punkers: Maaf.. enggaaaak!
Kadam: Masya Alloh… jadi yang kalian tahu apa saja?
Punkers: Banyaak… Nazi, Swastika, Sex Pistols, 69, Musik Rock, Bir, Rokok…
Kadam: Naudzubillahi min ndzaalik! Kalian ini hamba-hamba syetan!
Kalian calon penghuni neraka nomoer satu!!!!
(Keadaan jadi tegang… Para Punkers bersikap menantang, maka Gus segera mendinginkan suasana).

Gus: Maaf, maafkan Kadamku yang kasar ya adik-adik!!!
Kadam,… minggir! Kamu jangan kasar begitu doong.
Syetan juga hamba Alloh kok! Ya kan adik-adik?
Punkers: Setujuuuu, Gus!
(Keadaan menjadi cair lagi).

Gus: Naah, begini ya, eh… ngomong-ngomong sudah pada minum bir 1 krat belum?
Punk : Sudaah, Gus! Kok Gus tahu sih, kalau kami barusan minum bir 1 krat?
Gus: Lhooo…wong yang mbelikan saya kok… hamba Alloh itu sayaa…cuma saya nggak mau riya’…kita itu kalau amal nggak mau menonjol-nonjolkan diri… takut pahalanya hilang…
Punk: Waah terimakasih ya Gus.
(Semua Punkers menyalami Gus. Mereka salaman biasa saja. Namun Kadam marah-marah lagi).

Kadam: Hei! Nggak tahu sopan santun ya! Kalau salaman dengan Gus itu harus pakai nyium tangan!
(Punkers bingung lagi… lholhak lholhok…).
Gus: Sudah, sudah, Kadam! Giiitu aja kok repoot… Kamu nggak tahu ilmu politik ya… pelajaran politikmu belum lulus Kadam!
Sudah kamu diam dulu!
Di sini ini pakai bahasa politik, jangan pakai bahasa pondok pesantren! Paham?
Kadam dan para bodyguard: Pahaaaaam…..
(Para Punkers tertawa terbahak-bahak, Kadam dan para bodyguard tersinggung, tapi Gus menenangkan mereka).

Gus: Gini ya adik-adik… kalian ini kan punya tujuan hidup kan? Nah, tujuan hidup adik-adik ini apa sih sebenarnya?
Punk 3: Ngerock! Ngebir ! Ngesex!
Kadam: Astaghfirullah hal adziim…
(Gus memberi isyarat tangan, melarang anak buahnya bereaksi berlebihan).

Begitu Kadam pergi, lalu masuklah Kit dan Punkers berjilbab, mereka agak bingung dan merasa surprise serta bangga, karena melihat Gus tokoh besar kok berada di kalangan lingkungan mereka.

Kit: Waah, ada tamu besar rupanya… Assalamu’alaikum Gus! Anda tokoh favorit saya!
Gus: Okkkee… okeee… jadi begini adik-adik… saya menawari kalian semua jadi underbow Partai saya….
Kit: underbow itu apa????
Gus: Underbow ituuu... semacam Organisasi Sayap atau organisasi pendukung... jadi gini... Pemilu yang barusan berlangsung... kan Organisasi Underbouw Partai kami, ada beberapa... misalnya:
Ban Serep... anggotanya adalah para preman penambal ban.
Ben Jol... anggotanya adalah para preman berkepala botak.
Komunitas Pasien RSJ... anggotanya adalah para pasien dan alumnus orang Gila.
Dan beberapa lagi... Nah sekarang kita akan bikin Komunitas Punkers Syari’ah...

Gus: Yaaa, aku ngerti, itu tujuan utama kalian. Atau kesenangan hidup kalian yang paling utama. Tapi kan ada yang sekunder, atau yang kedua yang justru dalam jangka panjang bisa membuat hidup kalian lebih enak daripada sekarang.

Punkers : Kami nggak ngerti Gus. Apa itu ya?
Gus: Yaa misalnya ingin jadi Menteri! Atau anggota DPR! Atau minimal menjadi anggota Partai Besar! Mendapat seragam, mendapat kartu anggota, mendapat identitas yang jelas, menjadi orang berguna! Naah bagaimana?

(Para Punkers makin bingung. Bagi mereka, masalah politik adalah masalah yang jauh tinggi di awang-awang, asing bagi mereka, masalah paling penting dalam keseharian para anak Punk adalah musik rock, makan-minum, dan rokok).

Punkers: Kami bingung Gus! Jangan ajak kami bicara yang muluk-muluk, mendingan ajak kami makan siang ajalah… sudah sore begini kami belum makan siang... perut kami lapar!

Gus: Ooo begitu to? Oke, oke itu masalah kecil. Kadam, tolong beli nasi bungkus untuk adik-adik Punk ini!
(Kadam segera melesat pergi membeli nasi bungkus).

Tentunya kita akan gelontor Dana untuk operasi kegiatan... paling tidak anggaran Nasib Bungkus dan Bir sudah pasti kita adakan.
Naah... gimana setuju???

(Kit berfikir mewakili teman-temannya).
Kit: Hmmmm baiklah Gus... kami mewakili teman-teman menyatakan Setuju, tapi ada syarat... yaitu... Komunitas Pendukung kami juga anda perbolehkan jadi anggota Onderbow... gimana???
Gus: Hmmmm.... boleh-boleh... tentu saja boleeehhhh... jadi kamu mau tambahkan anggota Onderbow apa saja???
Kit: Komunitas Pecinta Kucing... Komunitas Pecinta Anjing... Komunitas Pecinta Reptil... dan Komunitas Pemburu Hantu Pocong....

Gus: Huuuahahahahaaaa... baguuusss... itu ide sangat baguuuusss... aku setujuuuuu!!!! Tos doong!!!

(Gus mengajak semua anggota Punk bertos).
Tos.
Tos.
Tos.
Tos.
Lalu semua berjoget diiringi lagu Dangdut merdu ala Suket Teki...

LAMPU MENUJU GELAP
LAYAR PUN TURUN

Griya Ugahari Margonda, 17 Agustus 2009
Laren, Lamongan, Jawa Timur, 25 Februari 2020.

_________________
*) Viddy Ad Daery, penyair, novelis, wartawan, budayawan, dan pembuat filem. Lahir di Lamongan, 28 Desember 1961. Kini suka mengembara di seluruh pelosok Nusantara, negeri paling ajaib di dunia, demi mencari ilham karya serta menyebarkan setetes ilmunya. No Kontak: 0856 481 50 681. Yang ingin mementaskan lakon Drama ini, mohon menghubungi penulisnya, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt