Viddy AD Daery *
(Untuk pementasan
dengan durasi 30-45 menit).
Sinopsis:
Segerombolan
anak-anak Komunitas Punk bernama “Nam-Punk,” karena menyukai angka 6, diserupakan
dengan lambang 69 di bendera mereka -pada suatu hari sehabis berapresiasi seni
di markasnya yang kumuh dan pesing- didatangi beberapa tokoh partai politik tua
maupun muda. Mereka ingin merekrut kaum Punkers untuk konstituen mereka yang
baru, menyambut pemilu yang akan datang. Anak-anak Punk yang anti-kemapanan
diajak berpolitik? Maukah mereka? Lalu apa yang terjadi?
Pemeran Utama:
Kit: Remaja berusia
22 tahunan, tokoh non formal Genk Punk “6-Punk”, selalu bersama teman-temannya
sejumlah 6 orang Punkers (2 wanita, 1 di antaranya berjilbab hitam –memang,
mereka menyukai kostum warna hitam, berlobang-lobang serta ditambahi asesoris bermacam-macam).
Gus Uzur: tokoh
politik tua usia 55 tahunan, perawakan gemuk, selalu memakai batik, dan kopiah,
berjalan mengenakan tongkat.
Kadam: 35 tahunan, asisten
pribadi Gus Uzur, berkostum sama dengan tuannya, memelihara jenggot agak
panjang, dan beberapa figuran.
Adegan Dimulai:
Setting:
Pojok GOR (Gedung
Olahraga) Republik Jontor yang kumuh, kotor, penuh sampah, bau kencing, alkohol,
muntahan, dan sebagainya menjadi satu dengan puing-puing berserakan persis
Indonesia Raya.
Di dinding-dinding
yang sudah kusam, karena lama terlantar tak pernah diperbarui catnya,
retak-retak penuh coretan grafiti berbau sex, pornografi, anti pemerintah, anti
kapitalisme, anti orang tua, tetapi sayang Ibu.
Juga tertempel dua
poster yang memuja tokoh Grup Punk, dan satu poster semboyan: NgEROCK 24 JAM
KECUALI SEDANG NgOROCK!!!
(Adegan dimulai dengan
berdentaman suara Musim Punk-Rock Super bising, yang vocalnya kayak orang
demam.
SFX: Terdengar
suara bising musik rock super underground yang tidak bisa dibedakan suaranya,
antara musik dengan tembakan mitraliyur perang dunia.
Enam Punkers (2
wanita) berjoget uyel-uyelan ala Punk-Rock yang tidak beraturan, malah mirip
orang berkelahi.
Setelah beberapa
lama, kemudian Kit, tokoh kelompok non formal “6 Punk” menepuk tangan, dan
langsung saja musik cadas keras terhenti seketika, lantas semuanya yang menari berhenti
ajojing dengan tidak beraturan, tidak serta merta, serba tidak beraturan -semaunya.
Kit: Hai
teman-teman! Hari ini ada rejeki tiban! Kita mendapat sumbangan dari “seorang
hamba Alloh” berupa 1 krat bir!!!
Punk 2 / cewek: Ya
Ollooooh…hamba Alloh kok nyumbang bir?
Punk 3 / cowok:
Alaaa… itu hamba Syetan namanya!
Punk 4/ cewek
berjilbab: Hee… tokek! Hamba Syetan ya kita semua…!!!
(Semua tertawa
terbahak-bahak dan terkikik sepuasnya sebebas-bebasnya).
Kit: Sudah, sudah, Coy!
Mari kita syukuri sumbangan dari orang yang nggak mau disebutkan namanya tuh!
Mari nyante pesta bir sambil berapresiasi seni… ayo siapa yang mau mulai?
Punk 2: Bonar tuuh!
Dia baru pulang nyusu emaknya di Tarutung, Medan! Coba barangkali dia mau
nyanyi Buteeeeeettt… (Semua ketawa ngakak).
Punk 5 / Bonar / berlogat
Batak: Ah, kau ini… cemmana bilang Punker nyusu Ibu?
Boleh juga kalau
nyusu tante-tante susu gede?!
(Semua Punkers
ketawa, sambil kemudian mulai membuka bir dan menenggaknya, lantas ada yang
gelegeken dahsyat... semua pesta ketawa gembira).
Punk 5 / Bonar :
Oke, oke… aku tidak, menyanyilaah… aku punya oleh-oleh yang lain… puisi Batak gambaran
dari kampong Ibuku, di mana semua orang sudah puzzziiing, karena harga-harga
naiiik terus mengikuti BBM yang naik teruuuzzz… hanya harga diri kitalah yang
turun!
(Bonar baca puisi).
Puisi.... monggo dibikin... puisi teler absurd.
(Semua tepuk tangan
meriah, dan bersuit-suit).
Punk 4 / cewek
berjilbab: Kalau masalah pusing harga naik terus, bukan cuma urusan orang
Bataklah Bonar. Seluruh Republik Jontor ini juga pening aku... pening aku..!
(meniru akting Ruhut Batak yang memukul-mukul dahi ala di sinetron Gerhana).
Punk 3: Aku gak mau
kalah reek! Punker Suroboyo asli Cuuk…
Aku mau nyanyi lagu
kebangsaan kita “Punk Rock Panas Dingin”.
Kalian yang
kesetrum pingin ikut nyanyi bolehlah ikutan nyanyi bareng!
(Musik SFX berbunyi,
Punk 3 mengacungkan jemari tangan, dan menggerakkan acungannya ke kanan ke kiri
ala superstar rock di panggung… dan semua temannya mengikuti).
Punk 3 diikuti
teman-temannya:
Panas-panas-panas-panaaaaaaas
Anget-anget-anget-angeeeeeet
Dingin-dingin-dingin-dingiiiiiiiin
Anyep-anyep-anyep-anyeeeeeeeeep…
Panas -dingin,panas-
dingin tubuhkuuuuu
Anget-anyep-anget-anyep
bathukkuuuuuuu (2 X)
Kalau panas tolong
dinginkaaaaan
Kalau dingin tolong
hangatkaaaaaan (2 X)
Panas-dingin-panas-dingin
Panas-dingin-panas-dingin
(8 X)
Semua sembuh, karna
kasih sayang-Muuuuu
Semua sembuh, karna
cinta suci-Muuuuuu
Semua sembuh, karna
persahabatan yang aaaaabbbaaadddiiii….
(Lalu semua toast
dengan khusyuk, seakan mereka semua baru berzikir, lalu saling keplakkan tangan,
dan akhirnya bertepuk tangan).
Punk 6: Oke, penampilan
berikutnya, aku Punker nJombang !
Aku mau menyanyi
lagu irama Punk-Slow… ini lagu keramat warisan embahku…
Simak baik-baik
yaa...
Tombo ati iku lima
sak wernane
Kaping siji moco
Qur’an sak ma’nane…
Semua meledek:
Alaaa… brentiii… brentiii…
wooee… wooeee!
Masak Punkers
dikasi lagu yang letoy…
Bikin semangat
hidup kita lemes gak enerjik maaaan!
Kit bangkit, lalu
bersuara lantang: Sudah, sudah, Coy!!!
Kuingatkan ya… kita-kita
ini orang Punk harus punya solidaritas tak terbatas kepada sesama Punk…
Kita ada di sini
kan karena MUAK dengan orang-orang di luar sana, yang selalu memberi hidup ini
penuh dengan batasan-batasan…
(Kit diam sejenak
memandang berkeliling, teman-temannya menyimak).
Hidup harus begini
gak boleh begitu!
Atau harus begitu
gak boleh begini!
Begini begitu
begini begitu begini ni ni niiiii
Begini begitu
begini begitu begitu tu tu tuuuuu
(diulang-ulang
meniru Benyamin S., dan teman-temannya menirukan Kit, sang pemimpin non formal itu).
Setelah itu, semua ketawa lepas, menertawakan hidup ngakak sepuasnya…
(Terdengar Suara
Bedug dan Adzan lamat-lamat).
Kit: Subhanallooohhh…
Naah! Sudah tiba waktunya sholat ashar! Ishoma! Ishoma!
Aku mau sholat
ashar dulu, yang mau ikut ayuk...
Yang gak mau sholat
silahkan nyante aja…
Kit bangkit diikuti
Punk wanita berjilbab, mereka masuk ke balik panggung
Teman-teman Punk
yang lain terus menikmati bir dan bersenda gurau.
***
Tiba-tiba datang
seorang tokoh Partai usia tua, terkenal dengan nama Gus Uzur, atau dipanggil
Gus Zur. Gus itu datang disertai seorang Kadam atau kyai muda staf ahli yang berjenggot
agak panjang. Di belakang tampak 2 bodyguard sangar menjaga.
Gus berjalan
terbata-bata seperti orang tua, melangkah dengan tongkat di tangan, diiringi Kadam
yang selalu bawa buku agenda, pulpen, dan senantiasa siap mencatat apa-apa
perintah Gus Uzur.
Dua bodyguard berpenampilan
serem dan sangar menjaga di belakang, mata mereka jelalatan ke kiri-kanan
dengan kewaspadaan yang berlebihan.
Gus:
Assalamu’alaikum adik-adiik… Yok opo kabare rek? (sok akrab)
Para Punkers:
Wa’alaikum salaam…emm maaf, siapa ya?
Kadam: Waaduuh, kalian
ini kuper! Hidup tertutup siiih…
Masak gak tahu
tokoh terkenal kayak gini!
Ini Gus! Gus Uzur!
Tapi cukup dipanggil Gus saja!
Sudah tahu ?
Punkers: Mmm… siapa
ya Gus itu?
Kadam : Kampungan!
Gus itu tokoh Partai Besar! PMR atau Partai Memperalat Rakyat! Naah, tahu kan
sekarang?
Punkers: Maaf.. enggaaaak!
Kadam: Masya Alloh…
jadi yang kalian tahu apa saja?
Punkers: Banyaak… Nazi,
Swastika, Sex Pistols, 69, Musik Rock, Bir, Rokok…
Kadam:
Naudzubillahi min ndzaalik! Kalian ini hamba-hamba syetan!
Kalian calon
penghuni neraka nomoer satu!!!!
(Keadaan jadi
tegang… Para Punkers bersikap menantang, maka Gus segera mendinginkan suasana).
Gus: Maaf, maafkan
Kadamku yang kasar ya adik-adik!!!
Kadam,… minggir! Kamu
jangan kasar begitu doong.
Syetan juga hamba
Alloh kok! Ya kan adik-adik?
Punkers: Setujuuuu,
Gus!
(Keadaan menjadi
cair lagi).
Gus: Naah, begini
ya, eh… ngomong-ngomong sudah pada minum bir 1 krat belum?
Punk : Sudaah, Gus!
Kok Gus tahu sih, kalau kami barusan minum bir 1 krat?
Gus: Lhooo…wong
yang mbelikan saya kok… hamba Alloh itu sayaa…cuma saya nggak mau riya’…kita
itu kalau amal nggak mau menonjol-nonjolkan diri… takut pahalanya hilang…
Punk: Waah
terimakasih ya Gus.
(Semua Punkers
menyalami Gus. Mereka salaman biasa saja. Namun Kadam marah-marah lagi).
Kadam: Hei! Nggak
tahu sopan santun ya! Kalau salaman dengan Gus itu harus pakai nyium tangan!
(Punkers bingung
lagi… lholhak lholhok…).
Gus: Sudah, sudah, Kadam!
Giiitu aja kok repoot… Kamu nggak tahu ilmu politik ya… pelajaran politikmu
belum lulus Kadam!
Sudah kamu diam
dulu!
Di sini ini pakai
bahasa politik, jangan pakai bahasa pondok pesantren! Paham?
Kadam dan para bodyguard:
Pahaaaaam…..
(Para Punkers
tertawa terbahak-bahak, Kadam dan para bodyguard tersinggung, tapi Gus
menenangkan mereka).
Gus: Gini ya
adik-adik… kalian ini kan punya tujuan hidup kan? Nah, tujuan hidup adik-adik
ini apa sih sebenarnya?
Punk 3: Ngerock!
Ngebir ! Ngesex!
Kadam: Astaghfirullah
hal adziim…
(Gus memberi
isyarat tangan, melarang anak buahnya bereaksi berlebihan).
Begitu Kadam pergi,
lalu masuklah Kit dan Punkers berjilbab, mereka agak bingung dan merasa
surprise serta bangga, karena melihat Gus tokoh besar kok berada di kalangan
lingkungan mereka.
Kit: Waah, ada tamu
besar rupanya… Assalamu’alaikum Gus! Anda tokoh favorit saya!
Gus: Okkkee… okeee…
jadi begini adik-adik… saya menawari kalian semua jadi underbow Partai saya….
Kit: underbow itu
apa????
Gus: Underbow
ituuu... semacam Organisasi Sayap atau organisasi pendukung... jadi gini... Pemilu
yang barusan berlangsung... kan Organisasi Underbouw Partai kami, ada
beberapa... misalnya:
Ban Serep... anggotanya
adalah para preman penambal ban.
Ben Jol... anggotanya
adalah para preman berkepala botak.
Komunitas Pasien
RSJ... anggotanya adalah para pasien dan alumnus orang Gila.
Dan beberapa
lagi... Nah sekarang kita akan bikin Komunitas Punkers Syari’ah...
Gus: Yaaa, aku
ngerti, itu tujuan utama kalian. Atau kesenangan hidup kalian yang paling
utama. Tapi kan ada yang sekunder, atau yang kedua yang justru dalam jangka
panjang bisa membuat hidup kalian lebih enak daripada sekarang.
Punkers : Kami
nggak ngerti Gus. Apa itu ya?
Gus: Yaa misalnya
ingin jadi Menteri! Atau anggota DPR! Atau minimal menjadi anggota Partai
Besar! Mendapat seragam, mendapat kartu anggota, mendapat identitas yang jelas,
menjadi orang berguna! Naah bagaimana?
(Para Punkers makin
bingung. Bagi mereka, masalah politik adalah masalah yang jauh tinggi di
awang-awang, asing bagi mereka, masalah paling penting dalam keseharian para
anak Punk adalah musik rock, makan-minum, dan rokok).
Punkers: Kami
bingung Gus! Jangan ajak kami bicara yang muluk-muluk, mendingan ajak kami
makan siang ajalah… sudah sore begini kami belum makan siang... perut kami
lapar!
Gus: Ooo begitu to?
Oke, oke itu masalah kecil. Kadam, tolong beli nasi bungkus untuk adik-adik
Punk ini!
(Kadam segera melesat
pergi membeli nasi bungkus).
Tentunya kita akan
gelontor Dana untuk operasi kegiatan... paling tidak anggaran Nasib Bungkus dan
Bir sudah pasti kita adakan.
Naah... gimana
setuju???
(Kit berfikir
mewakili teman-temannya).
Kit: Hmmmm baiklah
Gus... kami mewakili teman-teman menyatakan Setuju, tapi ada syarat... yaitu...
Komunitas Pendukung kami juga anda perbolehkan jadi anggota Onderbow... gimana???
Gus: Hmmmm....
boleh-boleh... tentu saja boleeehhhh... jadi kamu mau tambahkan anggota
Onderbow apa saja???
Kit: Komunitas
Pecinta Kucing... Komunitas Pecinta Anjing... Komunitas Pecinta Reptil... dan
Komunitas Pemburu Hantu Pocong....
Gus:
Huuuahahahahaaaa... baguuusss... itu ide sangat baguuuusss... aku setujuuuuu!!!! Tos doong!!!
(Gus mengajak semua
anggota Punk bertos).
Tos.
Tos.
Tos.
Tos.
Lalu semua berjoget
diiringi lagu Dangdut merdu ala Suket Teki...
LAMPU MENUJU GELAP
LAYAR PUN TURUN
Griya Ugahari
Margonda, 17 Agustus 2009
Laren, Lamongan, Jawa
Timur, 25 Februari 2020.
_________________
*) Viddy Ad Daery,
penyair, novelis, wartawan, budayawan, dan pembuat filem. Lahir di Lamongan, 28
Desember 1961. Kini suka mengembara di seluruh pelosok Nusantara, negeri paling
ajaib di dunia, demi mencari ilham karya serta menyebarkan setetes ilmunya. No
Kontak: 0856 481 50 681. Yang ingin mementaskan lakon Drama ini, mohon
menghubungi penulisnya, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar