Judul: Pesta Penyair: Antologi Puisi Jawa Timur
Editor: Ribut Wijoto, S Yoga, Mashuri
Penerbit: Dewan Kesenian Jawa Timur
Tebal: viii + 288 halaman
Cetakan: Cetakan I: 2009
Peresensi: Risang Anom Pujayanto
surabayapost.co.id
Jawa Timur. Sebagai kawasan kaya aneka seni-budaya, sungguh celaka apabila tidak memiliki semacam monumen suaka pencatat segala gilang-gemilang. Sebagai pemilik kultur sosial terbuka sekaligus tidak adanya identitas pusat-pinggiran, telah berimplikasi pada kemudahan pencerapan informasi dari luar. Sehingga bersamaan dengan kemudahan informasi tersebut, dialektika wacana lokal dan ’dari luar’ merupakan hal yang tak terelakkan dalam dinamika pendewasaan warna seni-budaya yang berkarakter Jawa Timur.
Dalam setiap periode persinggungan wacana lokal dan ’dari luar’, setidaknya salah satu seni yang terlibat di dalamnya niscaya sempat menduduki posisi puncak kejayaan. Namun jangan dibayangkan tahta itu akan bertahan lama di Jawa Timur. Tidak. Semua cekat melesat. Silih berganti. Sehingga bila masanya terganti—seni yang pernah berada di masa keemasan tapi lupa disudikan dalam catatan—kondisinya bakal tertumpuk oleh tawaran seni-seni kreasi baru. Alhasil, keteledoran tidak mencatat fenomena tersebut mengakibatkan jejak yang berserak semakin sulit terlacak.
Pendeknya untuk menghindari hal itu sekaligus sebagai penanda identitas daerah, ikhtiar pendokumentasian perkembangan seni Jawa Timur memang berada di titik yang vital untuk diperhatikan. Pada 2009, Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) sebagai lembaga yang menaungi seni di Jawa Timur telah memberi sinyal terang; salah satunya dengan meghadirkan satu buku antologi puisi Jawa Timur: Pesta Penyair. Dalam buku Pesta Penyair ini dihadiri oleh 55 penyair berbeda generasi. Dan, masing-masing penyair berpartisipasi menulis tiga puisi terbaik.
Pada prinsipnya, seperti yang diungkap salah satu penyair sekaligus Ketua Komite Sastra DKJT Mashuri, langkah-langkah pendokumentasian tanpa menancapkan tonggak di dalamnya sekali pun, memang sudah cukup baik. Pasalnya, ketika berhenti pada tataran ini, dokumentasi telah mengejawantah dengan sendirinya berupa data-data. Artinya, manakala ada yang berkenan membawa data ke ruang yang lebih megah, di mana di ruangan tersebut ’yang berkenan’ bebas mengeksekusi sesuai kepentingan tertentu, maka catatan Pesta Penyair yang belum terjamah ini merupakan data-data asli, murni, dan terbaik untuk dijadikan salah satu pertimbangan referensi.
Akan tetapi ketika ditinjau dari aspek kuratorial, pandangan yang membiarkan dokumen-dokumen berhenti pada sekadar dokumen belaka merupakan hal yang tidak sehat, semena-mena dan sangat tidak bertanggung jawab. Sebab, setiap obyek puisi yang diciptakan selalu menggunakan unsur prespektif struktur indah, dasar peresepsiannya pun pasti bukan didasarkan pada alasan nama besar saja, sekadar kenal, maupun asal diketahui pernah menulis puisi. Melainkan ditengok dari pencapaian-pencapaian gagasan yang ditawarkan penyair. Karena itu, untuk mengetahui perkembangan perpuisian di Jawa Timur, pembaca dapat menyimak tiap-tiap puisi lebih detail dalam Pesta Penyair.
Apabila dipetakan dengan menggunakan kategori umur, secara garis besar terdapat tiga generasi yang turut serta dalam Pesta Penyair. Katakanlah: senior, menengah dan junior. Pengklasifikasian ini bukan otomatis mendudukkan kualitas persajakan senior lebih unggul ketimbang junior. Bukan. Namun akan sangat terlihat perbedaan ciri khas karya generasi tua, menengah dan yang junior. Kendati tidak secara keseluruhan, perbedaannya terletak pada penekanan salah satu unsur dalam suatu karya. Generasi Akhudiat, Aming Aminoedin, Sabrot D Malioboro, Roesdi Zaki, D Zawawi Imron, Saiful Hadjar, Tengsoe Tjahjono, dan lainnya merupakan generasi yang telah makan asam garam, berpengalaman dalam menjalani kehidupan. Pengalaman kehidupan ini berpengaruh pada puisi mereka. Sehingga, puisi-puisi yang tampak sangat bijaksana, menggunakan metafor sederhana dan cenderung menasehati. Ciri ini dikentarai karena para penyair senior telah mengandaikan adanya pembaca.
Sebaliknya penyair yang masih muda memiliki karakter yang berbanding terbalik dengan para penyair senior. Beberapa karyanya terkesan egois, personal, kaya akan gaya bahasa, abstrak dan seolah-olah ingin dimengerti. Pembaca yang wajib memahami, bukan penyair menyodorkan gagasan setara kemampuan intelektual pembaca awam. Terdapat beberapa kemungkinan penyair muda ini memilih gemar mengeksplorasi teknik-teknik. Di antaranya, eksperimentasi akan aliran puisi atau justru karena minimnya pengetahuan, penguasaan dan pengalaman akan obyek yang hendak dieksplor, sehingga hasil akhirnya terkadang dibuat-buat sangat abstrak. Tentu dengan menebar dalih, karya yang baik adalah karya yang susah dipahami. Atau pembaca yang tidak paham merupakan pembaca yang hanya memiliki kemampuan pas-pasan.
Sementara penyair generasi menengah memperlihatkan kematangannya. Mereka berhasil mengkombinasikan keunggulan, mereduksi kekurangan-kekurangan yang muncuk di lain generasi yang disebut terdahulu. Karya-karya matang itu tampil dengan citra yang tidak menggebu-gebu, tidak egois, persetubuhan dengan obyek dengan berlama-lama dikarenakan gairah memuncak hingga benar-benar menimbulkan kompleksitas konstruks teks, dan pesan moral yang tersampaikan pun tidak hadir secara eksplisit juga laten. Tetapi tentu tetap tepat tujuan.
Peletakkan penyair berdasarkan kriteria umur ini memang bukan kebenaran tunggal. Tetapi setidaknya ternyata mampu memberi bukti bahwa usia mampu mempengaruhi proses penciptaan suatu karya. Sebutlah seindah sajak Akhudiat. Jika dibandingkan dengan sajak-sajak karya penyair sejamannya, Akhudiat sejatinya memiliki teknik tak kalah dengan generasi yang masih matang, hanya saja di akhir puisi-puisinya terdapat sebersit nasehat yang kurang elegan, terlalu vulgar, seakan keluar dari keapikan bait-bait yang dibangun sebelumnya.
Sementara itu, penyair muda lebih mudah diketahui. Pasalnya, penyair muda selalu ingin tampak sempurna. Dan ini tervisualisasikan dalam pembaitan, pertimbangan pemilihan diksi, unsur bunyi, dan sebagainya. Kecenderungan memang tampil seragam sesuai kriterium puisi zaman sekarang, namun bukan berarti tidak ada tawaran kebaruan sama sekali. Dody Kristianto, misalnya, puisi Dody merupakan puisi dongeng. Perpaduan antara puisi dan logika dongeng. Selain aspek penceritaan, dalam puisi-puisi Dody juga terdapat pengambil-alihan keajaiban dongeng yang biasanya terpatok pada binatang, kini di tangan Dody beralih pada media-media lain. Karakter yang khas dimiliki penyair muda juga terjadi pada puisi-puisi Arif Junianto, Ahmad Faishal, Akhmad Fatoni, Wildansyah Bastomi, dan sebagainya. Kini pertanyaannya, seberapa besar penyair muda ini tetap bertahan pada temuannya ini?
Sedangkan penyair yang telah matang, yang memiliki kebaruan dan tidak terlepas dari tautan sejarah perpuisian nusantara, yakni milik F Azis Manna. Tapi sayang stamina Azis kurang menjadi fokus perhatian. Lihat ’Orang-Orang Kampung’ yang terbagi dalam empat babakan. 1-3 masih konsisten menyangkut kemanusiaan, tetapi pada bagian 4 berubah menuju ketuhanan. Memang tidak ada yang salah, hanya sedikit timpang. Di puisi Azis yang lain, ’Genting’ dan ’Cinta Kami’, semakin membuktikan bahwa stamina berpuisi Azis sedikit menghambat kesempurnaan.
Terlepas dari itu, seluruh puisi yang tersebar dalam Pesta Penyair sejatinya tidak hanya bisa diukur dengan penggolongan usia. Sebab banyak hal yang bisa dimaknai keunikannya. Katakanlah, ketika melihat dari kaca mata kultur di mana penyair kerap melakukan kontak sosial, persoalan gender penyair yang mempengaruhi puisi-puisinya, persoalan kota dan pedesaan, penggunaan teknik konvensional tradisional dan pembawa aliran seni tertentu, penyair mana yang berangkat dari teori-teori besar atau yang karena bersentuhan langsung dengan obyek, dan beberapa tata cara lainnya dalam menikmati puisi.
Karena itu, kendati Pesta Penyair tak ubahnya miniatur perpuisian dunia lantaran sifat seni Jawa Timur yang terbuka, tetapi puisi-puisi dalam Pesta Penyair tetap terasa nafas ciri Jawa Timur.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar