Jordaidan Rizsyah *
Seperti dulu, ketika ada seorang yang kurang waras ditabrak orang. Kejadiannya persis di depan rumah saya. Seketika warga berkerumun. Sementara si korban--orang yang kurang waras ini, tergeletak sambil gerak-gerak brigidig seperti kucing siap menjemput sakaratul maut, warga tak menyentuhnya. Saya membayangkan kematian sudah di depan mata. Rupanya tidak. Korban masih bernapas. Dia menggeram seperti mobil tua tak kuat nanjak, dilanjutkan batuk-batuk. Kerumunan warga terkesima melihatnya. Salah satu dari mereka mendekati dan menyentuhnya. Hebat. Orang ini mengajak ngobrol korban yang siap mati. Saya jadi membayangkang malaikat akan segera menarik nyawanya. Jelas, tak ada jawaban dari korban yang hidung dan pelipisnya sudah berdarah-darah.
Korban tabrakan yang kurang waras ini akhirnya digotong ke pinggir jalan. Orang yang tadi pertama menghampirinya tetap mengajaknya ngobrol. Tetap juga tak ada jawaban. Sementara darah mengental dan membasahi hampir seluruh wajahnya, warga yang hadir tetap tak ada inisiatif mengobati lukanya. Beberapa orang sibuk menonton dengan tatapan iba sekaligus mengagumi. Seperti sedang menonton adegan kapal titanic siap tenggelam. Beberapa orang lagi berbisik-bisik ingin tahu apa yang terjadi. Alias mencari info valid penghapus penasaran. Beberapa lagi, acuh tak acuh, sekalipun matanya melihat tragedi ini, perasaannya mungkin tidak peduli. Dan, beberapa lagi sibuk introgasi pelaku yang diketahui tinggal di kampung tetangga--anak seorang hansip. Kemudian pelaku disuruh tanggung jawab.
Pelakunya masih remaja, ketika diintrogasi dia ling-lung dengan mata berkaca-kaca. Mungkin juga dia takut. Karena, biasanya kecelakaan di kampung selalu berakhir dengan kepalan tangan. Semua orang tahu, ini hukum kampung sekaligus hukum jalanan. Pelaku akan bonyok ditawur warga. Sekarang tidak! Si pelaku minta izin memanggil orangtuanya. Warga setuju. Malah diantarkan juga. Motornya ditinggal sebagai jaminan.
Saya, mengawasi mereka semua. Ada beberapa yang menginginkan info, tapi tidak saya jawab. Saya sibuk memikirkan apa yang harus dilakukan. Sebenarnya saya berharap korban segera dibawa ke rumah sakit. Namun, saya tidak bisa mengusulkan itu. Saya takut malah saya sendiri yang repot. Apalagi harus menanggung biaya pengobatan, saya tidak punya uang.
Tiba-tiba ojeg datang. Entah siapa yang memesan. Mereka mengangkat korban naik ke motor. Akhirnya mereka punya inisiatif membawanya ke klinik atau puskesmas, atau rumah sakit, pikir saya. Namun, setelah korban duduk di jok motor, si pengemudi tidak juga menancap gas. Ia bingung. Di antara warga ini siapa nanti yang akan membayar jasanya, pikirnya mungkin. Kemudian ada salah seorang yang langsung peka, dia mengatakan, "nanti dia yang tanggung jawab, Mang. Bawa saja!" Tukang ojeg pun membawanya. Tapi tidak jauh, hanya berkisar sepuluh meter dari tempatnya semula. Kemudian berhenti lagi dan diam seperti orang tolol. Warga bingung sekaligus acuh. Semua menatapnya tapi tidak juga menghampiri. Tak ada yang datang bertanya "kenapa berhenti" kepada si tukang ojeg itu.
Orangtua pelaku datang. Tubuhnya tegap berisi. Ia hanya mengenakan singlet. Mungkin dia sudah siap tidur namun ada hal mendesak yang memaksanya cepat-cepat datang sampai-sampai tak sempat lagi mengenakan baju. Dia langsung menghampiri korban. Ditatapnya sebentar. Kemudian dia geleng-geleng sambil berkata, "sia deui sia deui. Puas sia? Hah? Karasaan, kan? Nyeuri?"
Orang tua pelaku berpaling membalikan badan. "Aingah ges teu nyaho deui. Iyeu mah emang jelemana resep lempang di tengah jalan."
"Iya, Pak. Kasian kepalanya berdarah. Harus dibawa ke rumah sakit dulu." Kata salah seorang warga yang sebelumnya memberanikan diri menyentuh korban pertama kali.
"Dia mah orangnya begitu. Hobi banget ditabrak. Kemaren baru ge ketabrak di depan sana." Orangtua si pelaku memegang kepalanya. Dia pusing. Entah memikirkan apa. Mungkin utang.
Dia mengaku kenal dengan korban. Kemudian keputusan bijaksana keluar darinya. "Geus, Mang, bawa ka rumah sakit. Urang nu tanggung jawab." Katanya kepada si tukang ojeg.
Seketika motor tukang ojeg dinyalakan siap ngegas. Orangtua si pelaku yang berpropesi hansip itu mengambil motor anaknya. Tapi aneh, dia tidak jalan searah dengan tukang ojeg. Melihat itu warga menghentikannya. Orangtua si pelaku menegaskan kalau dia mau pulang dulu. "Iya, saya tanggung jawab. Tapi saya mau pake baju dulu, mau ambil duit dulu. Masa ke rumah sakit penampilan gini. Bawa saja si gila itu, nanti saya nyusul."
Semua warga percaya.
Tapi, ada satu orang yang tidak percaya. Yaitu si tukang ojeg. Dia menurunkan penumpangnya--yang korban tabrakan itu, yang kondisi mentalnya ber-salto dari kondisi normalnya, kemudian kabur. Korban tergeletak begitu saja. Warga tak menghampirinya lagi. Mereka seolah tak peduli tapi ingin melihat pemandangan mengagumkan yang mubazir dilewatkan. Semua kepala tertuju pada seonggok tubuh yang lemah uget-ugetan menahan sakit seperti cacing kepanasan itu. Saya tidak tega melihatnya. Kemudian saya memberanikan diri menghampirinya dengan perasaan was-was sekaligus takut. Kemudian saya membawanya ke halaman rumah.
Beberapa orang menghampiri. Termasuk orang pertama yang menghampiri korban tadi. Dia bertanya dengan nada iba sekaligus antusias, "parah yaa, Bang?"
Saya kira mereka mau ikut membantu, ternyata mereka ingin tahu dan ingin merekam saja. Bukan buruk sangka, kenyataannya begitu. Ketika saya meminta tolong mencarikan perban dan betadine, mereka beralasan "sudah malam. Sudah pada tutup."
"Lagian, jangan dikasih betadine, malah tambah parah nanti. Bawa aja atuh ke rumah sakit." Kata si orang pertama tadi yang menghampiri korban.
"Abang mau bawa dia ke rumah sakit?" Tanya saya.
Dia kikuk. Kemudian mengajak ngobrol korban lagi. Dia bertanya, "mau ke rumah sakit?"
Korban tidak menjawab. Dia cuma senyum.
"Tuh, Bang, dia gak mau dibawa ke rumah sakit."
Mereka pergi.
"Bodo amat, yaa jingan!" Saya dalam hati.
Akhirnya saya terpaksa mengurusi korban sendirian. Kena juga saya direpotkan olehnya. Pertama-tama saya bersihkan wajahnya dengan air hangat. Mengusap wajah tua seorang kurang waras dengan perasaan yang entah wujudnya--iba sekaligus was-was sekaligus takut. Luka di jidatnya sangat parah, menciptakan huruf V terbalik dan mengeluarkan darah kental. Darah itu delapan puluh persen menutupi wajahnya.
Ketika sedikit-sedikit mulai bersih, barulah terlihat luka-luka di bagian lain. Di dekat pelipis, di hidung, di bawah hidung, di ujung bibir, dan di atas telinga, tergaris guratan merah padma yang bebas menggambarkan rasa sakit. Setiap kali saya usap kain basah ke wajahnya, dia merintih dan brigidig. Sakit. Seketika itu juga kain yang warnanya putih berubah merah. Saya lakukan berkali-kali sampai air di baskom yang tadinya bening berubah jadi merah kental. Banyak sekali darah terkuras dari tubuh yang hidupnya terbiasa bingung menuntukan arah.
"Sakit, Pak?" Tanya saya sambil mengusapnya pelan-pelan.
Dia tidak menjawab. Dia tersenyum dan brigidig.
"Goblog! Tak perlu ditanya, jelas sakit." Saya jawab sendiri dalam hati.
Hebatnya, korban dalam kesakitan itu bisa sempat-sempatnya meminta rokok. Saya cengo mendapati isyarat jari telunjuk buka-tutup. Baru sadar, dia kurang waras.
Saya kasih dia sebatang. Saya biarkan kain mengkompres jidatnya yang luka. Biar istirahat dulu. Bairkan dia tenang dengan rokoknya.
Tak lama kemudian, orangtua si pelaku datang lagi bersama temannya. Dia menanyakan kondisi korban. Saya menyilakan dia melihat sendiri.
Kompresan dibuka. Jidat yang harusnya rata dan mengkilap itu menyembulkan guratan merah berbentuk V terbalik. Orangtua korban brigidig. Cepat-cepat dia tutup lagi. "Kudu dijait eta mah. Bawa ge ka rumah sakit." Katanya kepada temannya.
"Dia mah, Bang, orangnya emang gitu. Hobi banget ditabrak orang. Aneh saya juga."
"Iya, Pak. Tapi ini kasian." Jawab saya sekenanya.
"Ini teh kakaknya teman saya, Bang. Orangnya emang rada gak waras. Udah sekarang mah saya bawa aja ke rumah sakit. Nunggu adenya dateng dulu. Tadi udah saya telepon." Katanya menjelaskan.
Kemudian datang tiga orang dua motor ke rumah saya. Dialah adik-adik si korban ini. Setelah mendengar sedikit penjelasan dari orangtua pelaku, mereka langsung memarahi korban. Kemudian mereka membawanya.
Orangtua si pelaku mengajak membawanya ke rumah sakit, tapi ditolak ketiga orang itu. Katanya, nanti biar diperban saja dirumah. "Pake betadin aja sembuh dia mah." Kata salah satunya.
"Engke mun aya nanaon kontek ge nyah." Kata orangtua si korban. Tampak di wajahnya rasa bersalah.
Beberapa kali mereka memarahi korban dengan kata-kata makian yang mampu membuat perasaan tertegun sekaligus tersayat-sayat. Mereka menyalahkan korban yang kalau jalan kaki suka di tengah jalan.
***
"Ternyata dalam diri korban yang kurang waras tidak mengetuk jiwa rasa kasihan. Kesakitan yang tampak di tubuhnya tidak menggugah jiwa kemanusiaan siapa-siapa."
Bogor, 06 April 2020
*) Jordaidan Rizsyah, lelaki kelahiran Marisi, Angkola Timur, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara 17 September 1994. Awal menyukai dunia tulis, sejak secara tak sengaja menemukan selembar sajak di gudang kios bibinya, dan beberapa waktu kemudian diketahui kalau penulis sajak yang disukainya tersebut adalah karya guru bahasa di sekolahnya. Rizsyah kini bermukim di Bogor.
http://sastra-indonesia.com/2020/06/kurang-waras-yang-ditabrak/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar