Rabu, 30 Juni 2021

Bingkai-Bingkai Kajian Sastra dalam Konteks Pengembangan Pengajaran Sastra (I)

Suminto A. Sayuti
 
Pengajaran Sastra: Hakikat, Tujuan, dan Perannya
 
Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan pada dasarnya merupakan hubungan timbal balik. Begitu eratnya hubungan itu sehingga orang meyakini bahwa pengelolaan kebudayaan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kerangka pendidikan, dan sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan tanpa orientasi budaya juga akan menjadi gersang dan jauh dari nilai-nilai luhur. Dalam hubungan ini, upaya penanaman nilai budaya lewat pendidikan, yang salah satu manifestasinya berupa pembelajaran sastra di sekolah, merupakan upaya yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Apalagi jika disadari bahwa hakikat pendidikan adalah upaya pengembangan manusia dalam arti seluas-luasnya, yang berlangsung dalam suatu iklim budaya tertentu. Di tempat mana pun kebudayaan berada, diniscayakan terjadi proses pendidikan; sebaliknya, di mana pun terdapat proses pendidikan, di situ terdapat pula transmisi dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan. Ketika disadari bahwa sastra merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, pengajaran sastra pun berpeluang besar untuk menunaikan imperatif edukasional dan kultural. Keberhasilan pengajaran sastra dalam menunaikan imperatif tersebut niscaya akan begitu dirasakan signifikansinya tatkala perubahan sosial yang telah, tengah, dan akan terjadi disadari sebagai suatu proses yang membawa serta pengaruh yang tak terhindarkan bagi kehidupan dalam berbagai sendinya.
 
Bagaimana meluaskan jangkauan wilayah pembaca (baca: apresiator) sastra di tengah masyarakat, terutama generasi mudanya, merupakan masalah penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam kehidupan sastra kita secara keseluruhan. Karena, luasnya jangkauan wilayah pembaca teks-teks sastra dapat dipertimbangkan sebagai indikasi meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sastra. Tanpa mengesampingkan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini, agaknya pengajaran sastra memang berada dalam posisinya yang begitu strategis dalam kaitan ini. Artinya, di samping sebagai agen edukasional, pengajaran sastra dapat menjadi agen kultural dalam rangka meluaskan (baca: menyiapkan) jangkauan wilayah pembaca sastra. Dinyatakan demikian karena melalui pengajaran, karya-karya dan mitos sastra berikut nilai-nilai yang dikandungnya disosialisasikan, bahkan dalam sifatnya yang regeneratif. Reinterpretasi, reposisi, dan refungsionalisasi terhadap pengajaran sastra diniscayakan menemukan relevansinya dalam konteks ini.
 
Secara hakiki tujuan pengajaran sastra di sekolah selalu mencakup dua hal, yakni agar siswa memperoleh pengalaman sastra dan pengetahuan sastra. Karena hakikat pengajaran sastra di sekolah merupakan pengajaran sastra anak-anak/remaja, di antara kedua hal itu, yang pertamalah yang diutamakan, yang akan diperoleh melalui kegiatan berapresiasi dan berekspresi sastra. Pengalaman berapresiasi dapat diperoleh melalui sejumlah kegiatan, misalnya saja melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen secara kreatif, mendengarkan karya yang dibacakan (misalnya melalui pita kaset atau langsung menghadiri acara pembacaan puisi). Kegiatan membaca (dan juga membacakan), mendengar, dan menyaksikan pementasan karya-karya sastra, misalnya pergelaran drama/teater, akan membawa siswa memperoleh pengalaman apresiatif.
 
Di samping pengalaman berapresiasi, penting juga bagi para siswa buat memperoleh pengalaman berekspresi sastra. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri bukan monopoli manusia dewasa, melainkan juga kebutuhan anak-anak/remaja: aktualisasi diri merupakan kebutuhan setiap manusia. Bagaimana mengupayakan agar sastra menjadi bagian dari upaya menjelmakan diri bagi para siswa tidak boleh diabaikan. Untuk itu, kegiatan menulis puisi (sederhana) di lembar kegiatan siswa atau untuk ditempel di majalah dinding, latihan memparafrasakan, medramatisasikannya (dalam acara-acara sekolah), berdeklamasi atau membaca secara nyaring (poetry reading), serta berbagai hal lain yang termasuk ekspresif, seperti terlibat dalam pergelaran drama atau dramatisasi puisi. Pengalaman berekspresi ini pada gilirannya diniscayakan akan berpengaruh pada pengalaman berapresiasi.
 
Selanjutnya, tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra hendaknya tidak dilaksanakan secara teoretis, tetapi diberikan dengan berpijak pada pengalaman berapresiasi dan berekspresi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar pengajaran sastra tidak menjadi pasif-verbalistik, tetapi cenderung menjadi dinamis-kreatif. Untuk itu, dapat saja dijelaskan secara elementer ciri-ciri formal karya sastra, seperti bentuk-bentuk puisi yang sudah pernah dibaca atau didramatisasikan, ciri-ciri puisi yang sudah pernah dibaca, atau bahkan diciptakan (karena tugas latihan menuliskan pengalaman individual dalam bentuk puisi yang diberikan guru) oleh para siswa. Dengan cara demikian, pengetahuan teoretis itu berperanan menjelaskan pengalaman, khususnya pengalaman berapresiasi dan berekspresi. Pengetahuan sastra yang bersifat historis hendaknya juga diberikan secara sederhana dan secukupnya saja, terutama dalam rangka memperluas pengalaman tersebut, sehingga tidak hanya sebatas pengetahuan historis yang dimaksudkan.
 
Apresiasi sebagai tujuan utama pengajaran sastra, proses terbentuknya melalui tahapan-tahapan tertentu, yaitu menggemari, menikmati, mereaksi, dan menghasilkan. Oleh karena itu, pencapaian atau terbentuknya memerlukan waktu yang relatif panjang dan prosesnya berlangsung secara berkesinambungan. Apresiasi yang sempurna sulit dicapai di bangku pendidikan formal. Apresiasi yang dibina di sekolah dapat dikatakan sebagai dasar bagi proses menuju apresiasi yang sebenarnya.
 
Untuk anak-anak dan remaja, fungsi sastra yang utama adalah memupuk minat, di samping berfungsi dedaktis dan kesenangan. Oleh karena itu, dalam kaitan ini yang penting adalah bagaimana mengarahkan mereka agar memiliki kegemaran, yakni kegemaran bersastra sebagai dasar bagi pembentukan tradisi membaca dan menulis sastra. Orientasi terhadap tumbuhnya kegemaran dan kesenangan membaca serta menulis sastra menjadi prioritas utama pengajaran sastra di sekolah.
 
Berdasarkan teori-teori sastra yang ada, terdapat dua macam strategi pengajaran sastra yang layak untuk dipertimbangkan pengembangannya, yakni strategi yang lebih memperhitungkan pembaca, dan strategi yang lebih berorientasi pada teks.
 
Keberadaan sastra dalam kurikulum bahasa dan sastra memungkinkan dilakukannya pengkajian dan pengujian efek-efeknya pada diri siswa. Studi sastra menjadi suatu eksplorasi terhadap motivasi dan respon pembaca. Berdasarkan sejumlah pengkajian terhadap respons dapat disimpulkan bahwa respon itu merupakan sebuah konstruk perkem­bangan. Di dalamnya terdapat sejumlah tahapan respons terhadap sastra yang menekankan konstruk-konstruk psiko­lo­gis tertentu, seperti identitas diri, empati, refleksi, dan proyeksi.
 
Hasil-hasil tersebut memungkinkan pengajaran sastra untuk berkembang secara lebih kritis. “Pemanfaatan” sastra dalam pengajaran dapat menghasilkan pembacaan yang berbeda-beda terhadap teks tertentu, yang semuanya ditentukan oleh tingkatan sofistikasi pembaca. Pemahaman hendaknya tidak selalu berpulang pada teks. Teks-teks sastra bukanlah sesuatu yang tidak problematis. Makna dalam teks tidak pernah baku sama sekali karena bahasa yang menjadi medium dan materinya berubah terus-menerus. Bahkan, sebuah teks bukan saja menjadi unik, melainkan juga merupakan campuran (amalgam) sejumlah teks lain. Oleh karena itu, pengajaran sastra mestinya juga memperhitungkan proses bagaimana suatu teks disusun dan bagaimana suatu teks dibaca: (a)makna suatu teks bisa saja dikonstruksikan baik “bagi” pembaca maupun “oleh” pembaca; (b) teks tertentu mungkin saja mempengaruhi pembaca dengan caranya yang khas tanpa keharusan pembaca mere­alisasikannya; (c) setiap teks menawarkan, bahkan mengajarkan “ideologi” tertentu; (d) konteks tempat teks dihasilkan merupakan hal yang begitu penting dalam penyusunan teks; (e) terdapat makna ganda dalam teks, beberapa di antaranya bersifat terkedepankan; (f) teks seringkali menyusun dan sekaligus meminggirkan gagasan (individual) tertentu dengan cara menempatkannya secara spesifik.
 
Ilustrasi di atas mengandaikan, sekali lagi, adanya kenyataan bahwa terdapat sejumlah bacaan, termasuk bacaan sastra, yang tersedia secara memadai. Dalam pelaksanaan pengajaran sastra, bacaan-bacaan tersebut mungkin saling mendukung dan ber­sifat ko-eksisten. Ruang kelas diupayakan agar menjadi tempat sejumlah “perbedaan ideologis” diperhatikan. Dalam setiap ruang kelas teks-teks didekonstruksi dan kemudian direkonstruksi, karena teks sastra memang merupakan sesuatu yang problematik. Dengan cara demikian, respons terhadap sastra dalam suatu forum ideologis yang lebih publik dan lebih eksplisit, dimungkinkan terjadi. Transformasi yang dikehendaki juga akan tercapai karena (kon) teks psikologis tidak disamarkan dan disembunyikan.
 
Bersambung…

http://sastra-indonesia.com/2014/06/bingkai-bingkai-kajian-sastra-dalam-konteks-pengembangan-pengajaran-sastra-i/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt