Suminto A. Sayuti
Pengajaran Sastra: Hakikat, Tujuan, dan Perannya
Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan pada dasarnya merupakan hubungan
timbal balik. Begitu eratnya hubungan itu sehingga orang meyakini bahwa
pengelolaan kebudayaan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kerangka
pendidikan, dan sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan tanpa orientasi budaya
juga akan menjadi gersang dan jauh dari nilai-nilai luhur. Dalam hubungan ini,
upaya penanaman nilai budaya lewat pendidikan, yang salah satu manifestasinya
berupa pembelajaran sastra di sekolah, merupakan upaya yang tidak boleh
diabaikan begitu saja. Apalagi jika disadari bahwa hakikat pendidikan adalah
upaya pengembangan manusia dalam arti seluas-luasnya, yang berlangsung dalam
suatu iklim budaya tertentu. Di tempat mana pun kebudayaan berada, diniscayakan
terjadi proses pendidikan; sebaliknya, di mana pun terdapat proses pendidikan,
di situ terdapat pula transmisi dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan. Ketika
disadari bahwa sastra merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, pengajaran
sastra pun berpeluang besar untuk menunaikan imperatif edukasional dan
kultural. Keberhasilan pengajaran sastra dalam menunaikan imperatif tersebut
niscaya akan begitu dirasakan signifikansinya tatkala perubahan sosial yang
telah, tengah, dan akan terjadi disadari sebagai suatu proses yang membawa
serta pengaruh yang tak terhindarkan bagi kehidupan dalam berbagai sendinya.
Bagaimana meluaskan jangkauan wilayah pembaca (baca: apresiator) sastra di
tengah masyarakat, terutama generasi mudanya, merupakan masalah penting yang
tidak boleh diabaikan begitu saja dalam kehidupan sastra kita secara
keseluruhan. Karena, luasnya jangkauan wilayah pembaca teks-teks sastra dapat
dipertimbangkan sebagai indikasi meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap
sastra. Tanpa mengesampingkan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini,
agaknya pengajaran sastra memang berada dalam posisinya yang begitu strategis
dalam kaitan ini. Artinya, di samping sebagai agen edukasional, pengajaran
sastra dapat menjadi agen kultural dalam rangka meluaskan (baca: menyiapkan)
jangkauan wilayah pembaca sastra. Dinyatakan demikian karena melalui
pengajaran, karya-karya dan mitos sastra berikut nilai-nilai yang dikandungnya
disosialisasikan, bahkan dalam sifatnya yang regeneratif. Reinterpretasi,
reposisi, dan refungsionalisasi terhadap pengajaran sastra diniscayakan
menemukan relevansinya dalam konteks ini.
Secara hakiki tujuan pengajaran sastra di sekolah selalu mencakup dua hal,
yakni agar siswa memperoleh pengalaman sastra dan pengetahuan sastra. Karena
hakikat pengajaran sastra di sekolah merupakan pengajaran sastra anak-anak/remaja,
di antara kedua hal itu, yang pertamalah yang diutamakan, yang akan diperoleh
melalui kegiatan berapresiasi dan berekspresi sastra. Pengalaman berapresiasi
dapat diperoleh melalui sejumlah kegiatan, misalnya saja melalui kegiatan
membaca puisi dan cerpen secara kreatif, mendengarkan karya yang dibacakan
(misalnya melalui pita kaset atau langsung menghadiri acara pembacaan puisi).
Kegiatan membaca (dan juga membacakan), mendengar, dan menyaksikan pementasan
karya-karya sastra, misalnya pergelaran drama/teater, akan membawa siswa
memperoleh pengalaman apresiatif.
Di samping pengalaman berapresiasi, penting juga bagi para siswa buat
memperoleh pengalaman berekspresi sastra. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri bukan monopoli manusia dewasa, melainkan juga kebutuhan anak-anak/remaja:
aktualisasi diri merupakan kebutuhan setiap manusia. Bagaimana mengupayakan
agar sastra menjadi bagian dari upaya menjelmakan diri bagi para siswa tidak
boleh diabaikan. Untuk itu, kegiatan menulis puisi (sederhana) di lembar
kegiatan siswa atau untuk ditempel di majalah dinding, latihan memparafrasakan,
medramatisasikannya (dalam acara-acara sekolah), berdeklamasi atau membaca
secara nyaring (poetry reading), serta berbagai hal lain yang termasuk
ekspresif, seperti terlibat dalam pergelaran drama atau dramatisasi puisi.
Pengalaman berekspresi ini pada gilirannya diniscayakan akan berpengaruh pada
pengalaman berapresiasi.
Selanjutnya, tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra hendaknya tidak
dilaksanakan secara teoretis, tetapi diberikan dengan berpijak pada pengalaman
berapresiasi dan berekspresi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar pengajaran
sastra tidak menjadi pasif-verbalistik, tetapi cenderung menjadi
dinamis-kreatif. Untuk itu, dapat saja dijelaskan secara elementer ciri-ciri
formal karya sastra, seperti bentuk-bentuk puisi yang sudah pernah dibaca atau
didramatisasikan, ciri-ciri puisi yang sudah pernah dibaca, atau bahkan
diciptakan (karena tugas latihan menuliskan pengalaman individual dalam bentuk
puisi yang diberikan guru) oleh para siswa. Dengan cara demikian, pengetahuan
teoretis itu berperanan menjelaskan pengalaman, khususnya pengalaman
berapresiasi dan berekspresi. Pengetahuan sastra yang bersifat historis
hendaknya juga diberikan secara sederhana dan secukupnya saja, terutama dalam
rangka memperluas pengalaman tersebut, sehingga tidak hanya sebatas pengetahuan
historis yang dimaksudkan.
Apresiasi sebagai tujuan utama pengajaran sastra, proses terbentuknya
melalui tahapan-tahapan tertentu, yaitu menggemari, menikmati, mereaksi, dan
menghasilkan. Oleh karena itu, pencapaian atau terbentuknya memerlukan waktu
yang relatif panjang dan prosesnya berlangsung secara berkesinambungan.
Apresiasi yang sempurna sulit dicapai di bangku pendidikan formal. Apresiasi yang
dibina di sekolah dapat dikatakan sebagai dasar bagi proses menuju apresiasi
yang sebenarnya.
Untuk anak-anak dan remaja, fungsi sastra yang utama adalah memupuk minat,
di samping berfungsi dedaktis dan kesenangan. Oleh karena itu, dalam kaitan ini
yang penting adalah bagaimana mengarahkan mereka agar memiliki kegemaran, yakni
kegemaran bersastra sebagai dasar bagi pembentukan tradisi membaca dan menulis
sastra. Orientasi terhadap tumbuhnya kegemaran dan kesenangan membaca serta
menulis sastra menjadi prioritas utama pengajaran sastra di sekolah.
Berdasarkan teori-teori sastra yang ada, terdapat dua macam strategi
pengajaran sastra yang layak untuk dipertimbangkan pengembangannya, yakni
strategi yang lebih memperhitungkan pembaca, dan strategi yang lebih
berorientasi pada teks.
Keberadaan sastra dalam kurikulum bahasa dan sastra memungkinkan
dilakukannya pengkajian dan pengujian efek-efeknya pada diri siswa. Studi
sastra menjadi suatu eksplorasi terhadap motivasi dan respon pembaca.
Berdasarkan sejumlah pengkajian terhadap respons dapat disimpulkan bahwa respon
itu merupakan sebuah konstruk perkembangan. Di dalamnya terdapat sejumlah
tahapan respons terhadap sastra yang menekankan konstruk-konstruk psikologis
tertentu, seperti identitas diri, empati, refleksi, dan proyeksi.
Hasil-hasil tersebut memungkinkan pengajaran sastra untuk berkembang secara
lebih kritis. “Pemanfaatan” sastra dalam pengajaran dapat menghasilkan
pembacaan yang berbeda-beda terhadap teks tertentu, yang semuanya ditentukan
oleh tingkatan sofistikasi pembaca. Pemahaman hendaknya tidak selalu berpulang
pada teks. Teks-teks sastra bukanlah sesuatu yang tidak problematis. Makna
dalam teks tidak pernah baku sama sekali karena bahasa yang menjadi medium dan
materinya berubah terus-menerus. Bahkan, sebuah teks bukan saja menjadi unik,
melainkan juga merupakan campuran (amalgam) sejumlah teks lain. Oleh karena
itu, pengajaran sastra mestinya juga memperhitungkan proses bagaimana suatu
teks disusun dan bagaimana suatu teks dibaca: (a)makna suatu teks bisa saja
dikonstruksikan baik “bagi” pembaca maupun “oleh” pembaca; (b) teks tertentu
mungkin saja mempengaruhi pembaca dengan caranya yang khas tanpa keharusan
pembaca merealisasikannya; (c) setiap teks menawarkan, bahkan mengajarkan
“ideologi” tertentu; (d) konteks tempat teks dihasilkan merupakan hal yang
begitu penting dalam penyusunan teks; (e) terdapat makna ganda dalam teks,
beberapa di antaranya bersifat terkedepankan; (f) teks seringkali menyusun dan
sekaligus meminggirkan gagasan (individual) tertentu dengan cara menempatkannya
secara spesifik.
Ilustrasi di atas mengandaikan, sekali lagi, adanya kenyataan bahwa
terdapat sejumlah bacaan, termasuk bacaan sastra, yang tersedia secara memadai.
Dalam pelaksanaan pengajaran sastra, bacaan-bacaan tersebut mungkin saling
mendukung dan bersifat ko-eksisten. Ruang kelas diupayakan agar menjadi tempat
sejumlah “perbedaan ideologis” diperhatikan. Dalam setiap ruang kelas teks-teks
didekonstruksi dan kemudian direkonstruksi, karena teks sastra memang merupakan
sesuatu yang problematik. Dengan cara demikian, respons terhadap sastra dalam
suatu forum ideologis yang lebih publik dan lebih eksplisit, dimungkinkan
terjadi. Transformasi yang dikehendaki juga akan tercapai karena (kon) teks
psikologis tidak disamarkan dan disembunyikan.
Bersambung…
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar