Senin, 19 Juli 2021

9 Pertanyaan untuk Zara Zettira ZR: Menulis adalah Kebutuhan

Grathia Pitaloka
jurnalnasional.com
 
SATU dekade menghilang dari dunia kepenulisan di Tanah Air, kini Zara Zettira ZR kembali hadir bagi para pembacanya. Roda waktu yang berputar selama 10 tahun tak mampu menggerus pesona ibu dua anak ini. Zara masih seperti dulu: cantik, langsing, dan penuh kelembutan.
 
Zara yang sore itu terlihat anggun dibalut kebaya putih bertutur bahwa dirinya tidak absen 100 persen dari dunia kepenulisan. Waktu satu dekade itu ia habiskan untuk membuat karya dalam bentuk skenario. Ternyata skenario tak mampu menampung hasrat Zara untuk berbagi. Mantan model era 80-an ini merasa bisa berhubungan lebih intim dengan pembacanya melalui novel.
 
Tanpa melalui pergulatan panjang, Zara pun kembali ke “kekasih” lamanya dan lahirlah Cerita Dalam Keheningan dan Samsara. Dua novel yang mengangkat cinta sebagai tema besar tersebut merupakan cuplikan perjalanan hidup Zara. Berikut petikan obrolan dengannya di Restoran Harum Manis, Jakarta, beberapa waktu lalu.
 
1. Ke mana saja Anda selama 10 tahun belakangan ini?
Sebenarnya saya tidak 100 persen berhenti menjadi penulis. Selama sepuluh tahun saya produktif menulis skenario untuk sinetron. Menulis skenario menjadi rutinitas saya sehari, di samping mengantar-jemput anak-anak ke/dari sekolah. Dalam sehari saya bisa menghasilkan tiga episode untuk beberapa judul sinetron.
 
Lambat laun saya mulai merasa tidak cocok dengan ritme kerja penulis skenario yang harus bergelut dengan deadline. Belum lagi dari segi cerita, saya harus berkompromi dengan banyak pihak seperti produser, stasiun televisi, dan penonton. Saya jadi merasa kehilangan independensi sebagai seorang penulis. Tidak ada lagi kenikmatan berkarya yang saya rasakan. Sampai pada satu titik, saya pun memutuskan untuk berhenti dan kembali menulis novel dan lahirlah Cerita Dalam Keheningan dan Samsara.
 
2. Ceritakan mengenai karya terbaru Anda itu?
Samsara merupakan rangkaian pengalaman spiritual saya. Selama 40 tahun menjalani kehidupan, banyak kisah yang sudah saya alami dan sebagai penulis saya merasa berdosa bila tidak membagi pengalaman itu dengan para pembaca saya.
 
Inti cerita Samsara sebenarnya sama dengan karya-karya saya sebelumnya yaitu cinta. Bila pada Cerita Dalam Keheningan saya menceritakan hubungan anak dengan ayah, maka dalam Samsara saya bertutur mengenai hubungan anak dan ibu.
 
Dalam Samsara saya mencoba mengulas mengenai takdir dari perspektif Jawa. Saya percaya, sudah ada garis yang mengatur hidup manusia dan kita semua tinggal menjalaninya. Banyak orang berpikir bahwa orang miskin atau penderita kanker harus berjuang untuk bertahan hidup, padahal untuk mencapai kematian pun bukan sesuatu yang gampang. Banyak orang berkali-kali berusaha bunuh diri namun gagal.
 
3. Apa yang membuat Anda tertarik mengangkat budaya Jawa dalam Samsara?
Meski dalam tubuh saya hanya mengalir 25 persen darah Jawa. Namun, sejak kecil saya sudah akrab dengan budaya Jawa, bahkan banyak orang mengira saya orang Jawa. Semua itu bermula dari kedekatan saya dengan pengasuh di rumah atau yang sering dipanggil Si Mbok. Nilai-nilai Jawa yang beliau tanamkan melekat pada alam bawah sadar saya dan terbawa hingga saat ini. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengkaji lebih jauh tentang budaya Jawa, namun karena keterbatasan waktu saya baru bisa melakukannya sekarang.
 
4. Sekian lama absen menulis novel, apakah Anda merasa canggung saat memulainya kembali
Sama sekali tidak, karena meski tidak menulis novel saya tetap membuat catatan tentang ide-ide yang ingin ditulis. Selain itu, saya juga rajin menulis pengalaman dalam buku harian. Bahkan, di antara karya yang saya hasilkan, saya merasa tulisan dalam catatan harian merupakan karya terbaik karena dibuat dengan jujur dan merdeka.
 
5. Anda memiliki waktu khusus untuk menulis?
Selama 30 tahun lebih berkecimpung di dunia kepenulisan membuat menulis menjadi sebuah kebutuhan bagi saya. Ada sesuatu yang hilang dalam diri saya bila sehari saja tidak menulis. Bentuk tulisan itu bisa bermacam-macam, bisa cerita pendek, novel, skenario atau sekadar catatan harian. Boleh percaya atau tidak, dalam sehari saya bisa menulis catatan harian sepanjang 10 halaman.
 
6. Apa Anda pernah mengalami mati ide?
Alhamdulillah, sampai saat ini saya belum pernah mengalami mati ide. Banyak ide yang muncul di kepala saya, sayang tidak semuanya bisa ditulis karena keterbatasan waktu. Dalam sehari saya bisa menghasilkan tiga episode dari beberapa sinetron dengan judul berbeda. Satu episode itu panjangnya sekitar 55-65 halaman. Bahkan, kalau aku suka dengan ceritanya sehari aku bisa menulis sampai lima episode. Begitu pula dengan novel, cerita pendek atau cerita bersambung.
 
7. Apakah Anda setuju dengan dikotomi novel populer dan novel sastra?
Sebenarnya saya kurang sepakat dengan pengotak-ngotakan itu. Tetapi dalam kenyataan penulis tidak bisa menghindari pemberian label novel sastra atau novel populer pada karyanya. Saya sendiri membebaskan pembaca membuat pengategorian untuk karya saya.
 
Saya tidak keberatan bila karya saya disebut novel populer karena karya saya memang dibungkus oleh cerita dan bahasa yang dekat dengan keseharian. Menurut saya, karya yang membumi membuat pembacanya merasa dekat sehingga mereka bisa becermin, bukan merasa digurui.
 
8. Bagaimana Anda melihat dunia kepenulisan saat ini?
Menggembirakan. Dunia kepenulisan saat ini jauh lebih semarak dibandingkan dengan masa awal saya menulis. Munculnya banyak penulis baru memberi ragam dan warna, sehingga pembaca bisa memilih mana karya yang sesuai dengan seleranya.
 
Pengembangan budaya membaca dan menulis sangat penting bagi kelangsungan sebuah bangsa. Tanpa dua hal itu, sebuah negeri rasanya akan sulit untuk berkembang. Apalagi era teknologi menuntut manusia berhubungan lebih sering dengan tulisan.
 
9. Apa kesibukan Anda selain menulis?
Saya menghabiskan waktu bersama keluarga kecil, suami, dan dua anak. Menyenangkan sekali. Kami sekeluarga tinggal di Caledon, dengan luas tanah sekitar empat hektare. Caledon itu adalah dataran tinggi dengan pemandangan indah. Kalau cuaca cerah, Toronto Tower keliatan dari situ. Tempatnya masih segar. Sering ada rusa ngintip-ngintip dan cayote (sejenis anjing hutan) melolong-lolong kalau malam. Burung tiap pagi berkicau depan jendela. Tupai suka jalan-jalan di bingkai jendela. Saya memang memilih tinggal di lingkungan yang masih alami, saat anak-anak bebas lari-lari tanpa perlu takut ketabrak mobil. Sesekali kami sekeluarga pulang ke Indonesia, biasanya pas anak-anak liburan. Kesempatan pulang selalu kumanfaatkan bertemu dengan kerabat dan para sahabat.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/09/9-pertanyaan-untuk-zara-zettira-zr-menulis-adalah-kebutuhan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt