Kamis, 29 Juli 2021

Buku Fiksi: Ramai Pembaca Sepi Pembaptis?

Donny Anggoro *
sinarharapan.co.id
 
Pasar buku Indonesia dalam kurun waktu dua tiga tahun terakhir ini masih dibanjiri novel fiksi karya penulis perempuan dan sastra hiburan. Koran Tempo edisi 1 Agustus 2004 menurunkan catatan tak kurang dari 30.000 eksemplar novel karya mereka ludes di pasaran. Masih dari sumber yang sama, kebanyakan dari sastra hiburan tersebut dihasilkan oleh penulis perempuan usia di bawah 30 tahun. Seperti menguatkan data-data di atas, Rachmat H Cahyono (RHC) dalam tulisannya “Booming” Buku Fiksi (Kompas Minggu, 26 September 2004) berujar, sastra hiburan tampaknya tak akan kehilangan pembaca, sampai kapan pun.
 
Dalam tulisan tersebut RHC mencoba menengarai bahwa betapa ganjilnya di tengah ramainya kritik sastra baku, ternyata tak ditemukan pengamat yang intens mengikuti perkembangan teks sastra hiburan. Menurutnya tak semua teks sastra yang tergolong serius tergolong “berlian” yang kilaunya menggetarkan dan juga tak semua teks sastra hiburan adalah “sampah”. Ia memijakkan kalimat tersebut pada asumsi betapa keringnya pertumbuhan kritik sastra terkini kita, terutama sastra hiburan.
 
Pendapat RHC cukup beralasan walau di tengah sejarah sastra kita pertumbuhan kritik sastra bukannya sama sekali tak pernah “mampir” ke dalam wacana sastra hiburan. Jakob Sumardjo (JS) satu dari kritikus sastra senior yang sampai sekarang masih aktif berkarya dalam bukunya Sastra dan Massa (ITB Bandung, 1995) dan Konteks Sosial Novel Indonesia (Penerbit Alumni, 1999) pernah menulis ulasan cukup tajam terhadap sastra hiburan. Pamusuk Eneste (PE) juga pernah melakukannya dalam Novel-Novel dan Cerpen-cerpen Indonesia Tahun 70-an (Nusa Indah, 1980) walau sebagian besar tinjauan dalam buku tersebut lebih didominasi teks karya sastra serius.
 
Dalam konteks ini, posisi sastra hiburan menjadi marginal karena karya-karya tersebut kurang diminati oleh peminat sastra dengan latar belakang pendidikan sastra. Karya sastra lain yang kebetulan dilahirkan dalam label “sastra Islami” juga nyaris mengalami nasib serupa. Ulasan karya sastra yang dimotori kakak beradik Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia dalam organisasi FLP (Forum Lingkar Pena) walau secara kuantitas mengisi pasar buku fiksi Indonesia jarang dilakukan lantaran sebagian besar karya-karya tersebut lebih banyak masuk ke jalur sastra hiburan, bukan sastra pencerahan seperti karya Danarto, sastra transenden seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, sastra sufistik seperti karya Abdul Hadi W.M dan sastra profetik Kuntowijoyo.
 
Ulasan yang ada tak banyak, kecuali yang pernah dilakukan penggeraknya sendiri, Helvy Tiana Rosa dalam Segenggam Gumam (Syaamil Cipta Media, 2003) atau tulisan Ekky-al Malaky yang menyoroti selintas perjalanan “sastra Islami” dalam Tentang Mewabahnya Sastra Islami (Cybersastra.net, 3 Agustus 2004).
 
Memasyarakatkan Buku
 
Masih dalam tulisan yang sama RHC juga menghimbau berbagai pihak seperti editor, penulis, dan pengamat mengakui perlunya penajaman dalam spesialisasi kepengarangan. Imbauan ini sungguh relevan, hanya sayangnya masih menjangkau pada permukaan karena belum menyorot upaya lain sebagai contoh konkret.
 
Produksi buku memang menjadi usaha kapitalis, tak bedanya dengan usaha di bidang lain. Sayangnya pengertian produksi buku di negeri ini masih digayuti melulu pengertian “hanya menerbitkan buku” sehingga wajarlah produk buku tetap saja masih terjangkau segelintir orang.
 
Di Indonesia yang pasar bukunya tengah bergeliat memang belum menyadari betapa pentingnya semacam media perbukuan yang paling tidak dapat menjadi panduan membeli dan membaca buku. Begitu banyak buku yang terbit setiap tahun sehingga risiko luputnya buku-buku apa pun genre-nya yang sebenarnya layak mendapat perhatian sangat mungkin terjadi.
 
Di tengah-tengah “booming” buku yang notabene juga “booming” penerbit sesungguhnya masyarakat membutuhkan panduan buku apa saja yang pantas dibaca. Hadirnya rubrik resensi buku di berbagai media cetak atau talk show di radio swasta pada kenyataannya tetap saja kurang karena masih banyak hal lain yang belum dirambah.
 
Mungkin tak ada salahnya kita meniru cara Oprah Winfrey dalam upayanya “memasyarakatkan buku”. Acara talk show populer Oprah Winfrey memiliki program Oprah Winfrey Book Club setiap minggunya merekomendasikan 5 judul buku dari berbagai genre. Setiap 5 buku yang direkomendasikan Oprah Winfrey Book Club nyaris selalu menjadi best seller.
 
Diterbitkannya media perbukuan seperti Literary Journal, Publishers Weekly, The New York Review of Books, suplemen New York Times Book Review, dan lain-lain menyuburkan pertumbuhan kritik sastra dengan lebih sehat. Ulasan yang sungguh-sungguh, yang kemudian melahirkan sekian banyak pengulas buku ternama dari berbagai genre. Salah satunya bahkan penulis ternama seperti John Updike yang setia menulis ulasan buku di majalah The New Yorker. Begitu populernya sehingga ulasan Updike atau pengulas lain di media perbukuan dikutip sebagai blurb di tiap judul buku yang baru terbit.
 
Debut novel Zadie Smith, White Teeth dalam genre ChickLit generasi pertama sehingga mendapat ulasan positif oleh Mick Brown dalam U.K Daily Telegraph adalah bukti keberhasilan media “melahirkan” pengamat sastra yang juga intens terhadap perkembangan sastra hiburan.
 
Tanpa Kritikus?
 
Agak sulit menumbuhkan cita-cita berkembangnya kritik sastra modern jikalau produk buku fiksinya sendiri yang “merindukan pembaptis” nyatanya enggan dilirik kritikus. Tapi Satmoko Budi Santoso dalam Kompas, 8 Juni 2003 pernah mengemukakan pendapatnya yang bertentangan dengan kesehatan sastra modern kita, “Bolehlah disepakati bahwa sebagai salah satu penentu masa depan -peradaban estetik- cerpen Indonesia, tangan redakturlah yang kini mengemban tanggung jawab cukup besar karena kritikus telah mati- tak ada anasir the invisible hand dalam kemeriahan pasar buku sastra Indonesia karena sekalipun tak ada kritikus yang menjembatani karya sastra, cerpen Indonesia sudah berjalan sendiri?”
 
Kritikus sudah mati, menurut Satmoko sedangkan RHC malah cemas tanpa hadirnya kritikus yang bisa mengungkapkan -tak semua teks sastra yang tergolong serius tergolong “berlian” yang kilaunya menggetarkan dan juga tak semua teks sastra hiburan adalah “sampah”.
 
Memang, Satmoko memijakkan kalimat itu pada asumsi rendahnya mutu kritik sastra kita- paling tidak, dalam amatannya, kritik cerpen kita. Sayangnya dari asumsi itu ia langsung meloncat kepada seruan bahwa “kritikus sudah mati” yang notabene mengacaukan kesehatan sastra itu sendiri dengan menyempitkan pandangan bahwa mutu sebuah karya tergantung tangan redaktur (baca: selera).
 
Kehidupan sastra yang baik, lengkap dengan segala pernak-perniknya tetap membutuhkan kritikus yang mengingatkan pencipta ataupun pembaca kepada disiplin ilmu sastra. Kritikus tetap dibutuhkan selain sebagai jembatan antara pembaca dengan karya sastra, bahkan sebagai medium antara masyarakat peminat sastra dan seniman, bukan sebagai anasir penghambat demokratisasi sastra.
 
T.S Eliot dalam esainya Tradition and Individual Talent (The Sacret Wood, London:Methuen&Co, 1960) berseru, “kritik yang jujur dan apresiatif diarahkan bukan kepada penyair tetapi pada sajaknya. Jika kita memperhatikan omongan kacau para kritikus di koran serta desir ulangan populer yang menyusulnya, kita akan mendengar banyak nama penyair sedangkan jika kita mencari kenikmatan karya, kita akan jarang mendapatkannya.”
 
Ya, dinamika sastra tanpa kritik memadai laiknya kepala tanpa leher atau tangan tanpa lengan. Bukankah demokratisasi sastra yang sepertinya terlihat bergairah dengan banyak munculnya buku fiksi maupun sastra serius juga sebaiknya dilihat sebagai kesempatan memperbaiki lingkungan?
 
Dewasa kini aktivitas komunitas perbukuan yang bisa menghasilkan acara peluncuran buku hampir setiap minggu di berbagai tempat seperti di Rumah Dunia, Tobucil, dan Ommunium, diskusi bulanan yang diselenggarakan Jaker, komunitas AKY (Akademi Kebudayaan Yogyakarta), dan banyak lagi. Kehadiran mereka mungkin adalah pintu dari usaha yang diharapkan kelak dapat memunculkan pengamat yang juga berminat menjelajah sastra hiburan, sehingga kehidupan kritik sastra modern kita senantiasa berkembang.

Rawamangun, Oktober 2004 http://sastra-indonesia.com/2009/04/buku-fiksi-ramai-pembaca-sepi-pembaptis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt