Rabu, 21 Juli 2021

Sedikit Gambaran Sastra Indonesia di Sumatera Barat

Tanggapan Terhadap Tulisan Darman Moenir dan Devy Kurnia Alamsyah
 
Sudarmoko *
harianhaluan.com
 
Sepanjang sejarahnya, Sumatera Barat menjadi bagian yang penting dari sedikit daerah di Indonesia yang dalam segi jumlah memberikan pengaruh penting dalam kesusastraan.
 
Hingga tahun 1977, kehidupan sastra Indonesia modern di Sumatera Barat dicatat dengan baik oleh Nigel Phillips dalam artikelnya di Indonesia and the Malay World (Vol. 5(12): 26-32),”Notes on Modern Literature in West Sumatera”. Dalam catatan yang dibuat di sela-sela penelitiannya tentang sastra lisan, terutama Si Jobang yang sudah diterbit?kan, ia mencatat sejumlah pencapaian dan sastrawan Sumatera Barat.
 
Mereka yang sudah aktif dalam dunia sastra di Sumatera Barat ketika itu adalah AA Navis, Rusli Marzuki Saria, Abrar Yusra, Chairul Harun, Leon Agusta, Hamid Jabbar, Zaidin Bakry, Wisran Hadi, Darman Moenir, Joesfik Helmy, Makmur Hendrik, Upita Agustin. Selain itu juga terdapat nama-nama seperti A. Damhoeri, Nurdin Jacub, Rivai Marlaut, dan juga yang khusus karena menulis cerita dalam bahasa Minangkabau, Nasrul Siddik.
 
Pilihan untuk menggunakan medium Bahasa Indonesia dibandingkan dengan Bahasa Minangkabau dibicarakan dengan singkat dalam artikel itu. Bahasa Indonesia lebih digemari sebagai pilihan bahasa karena cakupan pembaca yang lebih luas. Di samping itu, ada alasan bahwa Bahasa Minangkabau pada tingkat tuturan untuk pidato informal, dan sejumlah karya sastra yang lahir sebelumnya. Bahasa Minangkabau tulisan sendiri mulai diajarkan di sekolah-sekolah pada tahun 1930an. Tentu saja, Bahasa Minangkabau telah banyak digunakan bagi karya-karya sastra yang lahir sebelum dekade tersebut.
 
Pada tahun yang sama, 1977, Alberta Joy Freidus menerbitkan tesisnya di Universitas Hawaii berju?dul Sumateran Contributions to the Development of Indonesian Literature; 1920-1942. Freidus memberikan konteks sosial tentang kelahiran dan peran yang diberikan oleh para intelektual dan pengarang dari Sumatera, terutama Sumatera Bagian Barat, yang menurut catatannya menjadi bagian penting dari pertumbuhan sastra Indonesia, dengan kira-kira 85-90%, dari jumlah pengarang yang bergiat pada dekade bahasan bukunya.
 
Dari dua sumber di atas, terlihat bagaimana keberlangsungan sastra yang berkembang di daerah ini. Dalam pendekatan sosiologis yang dilakukan dalam melihat bagaimana sastrawan dan karya sastra muncul, penting untuk memperhatikan bagaimana berbagai unsur mempengaruhinya. Karya sastra memang tidak muncul dengan sendirinya, namun dipengaruhi oleh banyak hal, seperti ekonomi, pendidikan, politik, budaya, dan juga pengaruh yang lebih spesifik dan berlingkup kecil.
 
Sumbangsih Media Massa
 
Media massa salah satu bagian yang dibicarakan oleh Nigel Phillips dalam artikelnya itu. Kehadiran media massa sangat berarti bagi penyebarluasan dan penjaga pertumbuhan sastrawan dan karya sastra. Selain ruang-ruang untuk cerpen, puisi, dan artikel dan esai, cerita bersambung menjadi bagian yang banyak mendapat perhatian. Sejumlah media massa yang pernah dan terus menjadi bagian penting dalam pertumbuhan sastra di Sumatera Barat setelah masa kemerdekaan Indonesia adalah Haluan, Singgalang, Semangat, Padang Ekspres. Sejumlah media massa lain juga mem?berikan sumbangan berarti, meski berumur tidak begitu lama, seperti Mimbar Minang, Target, Padang Pos, Bukittinggi Pos, dan lainnya. Hingga kini pun, media massa ini masih memegang peran penting dalam kesusastraan kita, menjadi media publikasi dan apresiasi yang lebih besar dan luas ketimbang buku. Inilah juga yang harus dipertimbangkan dalam pembicaraan sastra. Tidak ada perbedaan mendasar antara karya sastra yang berbentuk buku atau yang diterbitkan media massa, dilihat dari segi kualitas. Apalagi ditinjau dari segi finansial yang diterima oleh penulis, media massa lebih menjanjikan.
 
Bagi sastra Indonesia modern yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Barat, beberapa informasi di atas memperlihatkan bagian yang penting dalam perjalanannya. Sejumlah perkembangan yang terjadi setelah catatan Nigel Phillips dan Freidus tersebut, tentulah banyak informasi dan data lainnya yang muncul belakangan. Bahkan, dari sejumlah nama yang disebut itu, telah lahir sejumlah karya penting yang diakui oleh kalangan sastra di Indonesia dan di tingkat regional serta internasional. Capaian ini tentu saja patut untuk dipikirkan dan dianalisis, guna mendapatkan sebuah gambaran mengenai keterus-berlangsungan sastra di Sumatera Barat.
 
Bahkan, pada perkembangan terkini, sudah semakin banyak capaian dan hasil karya sastra, baik yang sudah dibicarakan dan dianalisis maupun yang belum sempat dibahas dalam berbagai media pembicaraan karya sastra.
 
Untuk kasus yang lebih awal, dari dua tulisan yang disebut di atas, kita bisa membaca sejarah kesusastraan ini dalam buku saya, Roman Pergaoelan, dan juga tulisan Suryadi tentang Roman Indonesia, yang harus dikaji lebih dalam. Menyambung sejarahnya, patut untuk kemudian diletakkan tulisan Nigel Phillip dan Freidus di atas. Data-data yang disajikan dalam tulisan-tulisan itu cukup untuk membantu kita melihat dan membayangkan bagaimana Sumatera Barat tidak henti-henti melahirkan penulis, memberikan ruang eksplorasi penulisan, suasana kepenulisan, dan juga pemikiran dalam sastra Indonesia.
 
Sastra Indonesia di Sumatera Barat Kini
 
Betulkah dunia sastra Sumatera Barat sekarang, dan sejak dua atau tiga dekade ini, berhenti pada Gus tf Sakai. Apa ukuran yang dilekatkan untuk mengucapkan klaim seperti itu? Inilah tampaknya yang dibenarkan oleh Darman Moenir dalam tulisannya di Haluan, Minggu 23/1/2011. Dua paragaraf terakhir menunjukkan alasan tulisan itu dibuat, yang merujuk pada ucapan kepala Balai Bahasa Padang yang pernah dilansir media massa besar di Jakarta dan mendapatkan tanggapan beragam dalam media jejaring sosial. Sebenarnya saya berha?rap Darman Moenir dapat memberikan latar belakang klaim isi tulisannya, dengan memberikan gambaran seperti apa kesusastraan Indonesia di Sumatera Barat belakangan ini, sehingga menuntunnya untuk memberikan penilaian bahwa tidak ada novel yang bermutu, selain dengan penyebutan sedikit karya yang dianggapnya bermutu.
 
Jika tulisan itu berangkat dari serangkaian pembacaan dan analisis terhadap karya-karya sastra yang lahir, tentu akan memberikan sumbangan yang berarti bagi wacana sastra Indonesia di Sumatera Barat. Tetapi sayangnya kedua klaim yang dimunculkan itu terkesan hanya ungkapan sambil lalu, dan bahkan mengundang pertanyaan akan kredibilitas kesastrawanan penulisnya dan juga posisi peneliti di Balai Bahasa yang dikutipnya. Sepanjang tulisan yang dihadirkan oleh Darman Moenir, hanya enam paragraf terakhir yang ditulisnya. Bagian sebelumnya hanya kopi paste yang tidak disebutkan sumbernya, yang patut untuk disayangkan karena dilakukan oleh seorang penulis yang sudah dikenal dengan novel Bako tersebut.
 
Selama 30 tahun terakhir ini, tidak sedikit karya sastra yang muncul dari Sumatera Barat. Baik dari tangan penulis yang masih berdomisili di Sumatera Barat maupun penulis-penulis asal Sumatera Barat yang berproses di luar. Jika mutu yang dipertanyakan, diperlukan kajian yang betul-betul mendalam untuk kemudian keluar pernyataan apakah karya-karya itu bermutu atau tidak. Jika hanya komentar dan klaim tanpa kajian yang dikeluarkan, saya khawatir kasusnya akan sama dengan komentar Kepala Balai Bahasa Padang yang disiarkan di media massa besar itu, yang juga disinggung Darman Moenir, bahwa tidak ada karya sastra bermutu di Sumatera Barat.
 
Selain kajian-kajian yang mendalam, pengakuan-pengakuan atas prestasi para penulis Sumatera Barat juga dapat mendukung kita untuk kemudian dapat dijadikan bahan dalam membuat penilaian. Penilaian ini dapat dilihat bukan hanya dari segi sayembara, hadiah, tetapi juga dalam pembicaraan, diskusi, pemuatan karya, artikel-artikel, dan sebagainya. Keutuhan sudut melihat pertumbuhan karya sastra dan juga penulisnya akan membantu kita untuk menilai dan mendalami kondisi literer.
 
Tindakan Estetik dan Realistik
 
Satu hal yang mungkin perlu dilanjutkan adalah terus memperbincangkan dan mendalami isi estetika dan literer karya-karya yang muncul. Selain itu juga menjaga kondisi lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan sastra kita secara umum terus subur. Ini yang mungkin terlupakan dalam mengeluarkan pernyataan-pernyataan dan penilaian selama ini. Apresiasi yang muncul tidak hanya berpengaruh positif, namun kadang kala bernilai negatif dan mematikan. Kesadaran seperti ini diperlukan untuk setidaknya membuka kemungkinan yang lebih luas dalam mengembangkan potensi sastra kita.
 
Jaringan kanonik sastra yang ditengarai oleh Devy Kurnia Alamsyah (Haluan, 30/1/2011), misalnya, harus diperlebar dengan tindakan nyata membuka ruang kreatif bagi penulis dan pembaca, siswa dan mahasiswa, penerbit maupun media massa, dan juga lembaga-lembaga, untuk mendukungnya. Di tengah kelesuan penerbitan buku, termasuk karya sastra, apalagi karya sastra penulis Indonesia karena karya terjemahan menjadi lebih disenangi penerbit, mendapatkan novel atau karya sastra penulis Indonesia saja akan sangat membahagiakan. Di tengah-tengah koleksi dan bacaan karya terjemahan, tentu akan sangat menyenangkan bila ada karya-karya penulis Indonesia yang berada di rak buku kita, menjadi bacaan kita.
 
Dalam sejarah penerbitan Sumatera Barat, misalnya, dikenal penerbit-penerbit Penjiaran Ilmoe, Tsamaratul Ichwan, Nusantara, Limbago dan sebagainya. Selain hadir pada masa sulit ekonomi, mereka memberikan sumbangan yang penting bagi dunia pendidikan dan melek huruf di Sumatera Barat dan Indonesia. Mereka memberikan tindakan nyata dalam membangun kelangsungan kepenulisan dan sumbangan karya, tidak sekadar mengonsumsi karya. Elan vital ini masih terasa, pada sejumlah penulis dan lembaga di Sumatera Barat. Tidak hanya mengeluh dan berkoar, tetapi sedikit berkarya. Jika dibalik, tentu akan lebih menarik.

*) SUDARMOKO (Visiting Lecturer Di Hankuk University Of Foreign Studies Korea). http://sastra-indonesia.com/2011/08/sedikit-gambaran-sastra-indonesia-di-sumatera-barat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt