Minggu, 11 Juli 2021

Suara Hening Aktivis Buku di Karnaval Politik yang Riuh

Muhidin M. Dahlan *
jawapos.com
 
PARA analis menyebut, demokrasi kita masih mengidap cacat ketika cara dan tujuan berselimpang akibat warisan kebudayaan dan kekuasaan otokratik yang ditanam kuat dalam rentang waktu yang panjang.
 
Tapi saya lebih bersepakat dengan Kishore Mahbubani, dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, yang mengatakan demokrasi Indonesia adalah keajaiban; lebih mengesankan dibandingkan Amerika Serikat. Catatan saya dalam Kronik Pemilu 1999-2009 menunjukkan memang selalu ada kejutan dan kebaruan yang diperagakan Indonesia soal demokrasi politik (baca: pemilu) pasca Orde Soeharto ambruk. Mirip dramaturgi novel-novel panjang yang menanam konflik dan kejutan di halaman-halaman tertentu ketika pembaca sudah menapaki tangga frustasi.
 
Pemilu 1999 adalah pembuka jalan bagi lahirnya pasar bebas partai yang langsung membelokkan ingatan kolektif kita pada pemilu 1955. Pada Pemilu 2004 masyarakat Indonesia dengan berani memilih sistem pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Kesuksesan itu disusul masyarakat di daerah-daerah memilih pemimpinnya secara langsung di mana sebelumnya dipilih DPRD dan disahkan presiden. Ada riak dan kekacauan di sana-sini memang, tapi pada akhirnya selalu berakhir ”baik” seperti praktik demokrasi yang luar biasa dipertontonkan warga Jawa Timur baru-baru ini.
 
Kini kita berada di titik ingar-bingarnya Pemilu 2009. Ada komposisi yang berubah dari pemilu sebelumnya. Di era ini, dominasi partai sedikit ”dikendorkan” dan diganti dengan persaingan kandidat parlemen untuk meraih simpati pemilih. Inilah babak ketiga eksperimentasi demokrasi di mana warga berhak memilih sendiri wakilnya di parlemen (kabupaten/kota, provinsi, pusat) dan tak lagi dipilihkan partai.
 
Lalu, muka-muka berlomba pamer di pinggiran jalan. Ada yang manis, lucu, lugu, wagu. Juga tak sedikit muka-muka muak. Ribuan jumlahnya. Dari Sabang sampai Merauke. Di darat, laut, dan udara. Nyaris tak ada lagi ruang kosong tanpa serbuan muka-muka itu. Pohon-pohon yang biasa dipakai tukang sedot wc/ledeng untuk naruh pengumuman, disikat juga. Masing-masing berlomba menampilkan diri paling hebat dengan mimik yang nyaris seragam.
 
Di sini, tampak betapa kepercayaan itu menjadi demikian mahal. Anggota PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di Bali harus menggaruk hutan dengan cara haram untuk membeli kepercayaan. Kader terbaik PAN (Partai Amanat Nasional) di Sulawesi Selatan mesti merampok miliaran rupiah untuk menalangi tender kepercayaan.
 
Sebut saja ikhtiar merebut kepercayaan itu sebagai ”political marketing”, di mana kandidatlah yang datang ke warga dengan berbagai media atau pendekatan personal dengan tokoh-tokoh berpengaruh dalam masyarakat terbawah. Sebuah peristiwa yang nyaris tak teramalkan oleh buku-buku teori politik mana pun yang diajarkan di ruang kuliah. Bahkan tidak juga buku ajar politik yang nyaris klasik seperti Dasar-Dasar Ilmu Politik-nya Miriam Budiardjo dan Hukum dan Politik di Indonesia-nya Daniel S. Lev.
 
Dalam ”political marketing”, apa boleh buat, uang masih menjadi jalan satu-satunya untuk membeli kepercayaan. Namun, selalu ada –meminjam istilah biolog Ilya Prigogine–”dissapative structure”: sezarah zat yang meloncat dari kebiasaan struktur utamanya. Selalu ada ”liyan” yang meloncat dari kerumunan uang itu.
 
Dan, saya menemukan ”liyan” itu di sepotong nama perempuan berusia belia dengan misi yang juga tak kalah absurd-nya. Diana A.V. Sasa namanya. Barangkali ia adalah satu-satunya aktivis dan penenun buku yang tekun di rubrik ”Di Balik Buku” koran ini yang menyorongkan diri dalam kancah politik praktis yang dibentengi budaya uang di sembilan penjuru mata angin.
 
Umumnya para penulis dan aktivis buku atau seniman menjauhi dunia yang kadung dikutuk sebagai tempat bersemayamnya hipokrisi itu. Tapi mungkin Diana berpikir lain. Atau barangkali ia menafakuri nubuat dari komposer Lekra terdepan, Amir Pasaribu: ”1001 kali seni menghindar dari politik, 1001 politik akan mencampuri urusan seni.”
 
Dan, ia memilih masuk ke dalam barisan karnaval politik yang riuh. Di sana, ia bisikkan suara hatinya: ”Usiaku baru 29 tahun. Dan, ini peran politik praktis saya yang pertama di mana uang menjadi panglima. Saya tak punya uang. Tapi saya harus bergerak. Yang saya punya hanya tenaga, pikiran, dan buku. Dengan tiga amunisi itu saya ketuk 20 pintu rumah setiap hari untuk menyentuh hati warga dan memberi buku sebagai kenang-kenangan. Dengan buku pula saya berkenalan dengan pemuda di Ponorogo. Juga di Pacitan. Mengajak mereka gemar membaca. Kelak jika politik ini berpihak pada penggiat buku, maka setiap desa dari balik-balik batu yang memberangkatkan saya dengan takzim dan penuh harap, akan saya upayakan sebuah perpustakaan mini yang tertata dan menggugah di mana anak-anak desa menulis sendiri takdir dan sejarah mereka sendiri.”
 
Keikutsertaan Diana itu sekaligus bisa dibaca sebagai maklumat bahwa jangan dilupakan politisi-politisi masa silam yang namanya menjulang karena ditopang kualitas individu hasil tempaan penjara dan buku. Nyaris seluruhnya adalah pemamah buku yang rakus. Soekarno adalah pelahap pelbagai macam buku yang membikin setiap ucapannya menggetarkan dan menggerakkan. Hatta adalah penimbun buku yang ulet yang membikin setiap sikapnya yang tenang menghidupkan refleksi.
 
Saya selalu membayangkan adegan ketika Diana memberi buku kepada warga di ambang pintu sebagai kenang-kenangan mirip seperti Michael Sessions yang menjadi wali kota Hillsdale, Michigan, Amerika Serikat, pada usia 18 tahun. Ia mengalahkan rivalnya, Douglas Ingles, 51 tahun, bekas wali kota sebelumnya yang seusia bapaknya, dengan ”hanya” bermodalkan uang 700 ribu rupiah. Yang sehari-hari dilakukannya adalah mengetuk setiap pintu saat senggang sekolah dan memberi kado berupa buku-buku kecil yang harganya tak seberapa. Dengan keyakinan yang hening itu, Michael berhasil melucuti hati masyarakat pemilihnya.
 
Diana saya kira sungguh tahu bahwa dunia buku itu hening dan politik itu karnaval yang riuh. Tapi ia ingin merujukkan dua antinomi itu menjadi kekuatan yang menggerakkan. Demokratisasi dan hak membaca untuk semua warga hanya bisa terwujud jika ada politik yang mendorongnya kuat-kuat. Untuk memuluskan program jangka panjangnya ”satu kampung satu taman bacaan bermutu”, Diana menumpangi politik sebagai generator.
***

*) Kerani di Indonesia Buku Jakarta. http://sastra-indonesia.com/2009/03/suara-hening-aktivis-buku-di-karnaval-politik-yang-riuh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt