Minggu, 29 Agustus 2021

Sastra dan Politisasi Agama

Alawi Al-Bantani *
Radar Sampit, 24/06/2018
 
Secara pribadi saya kurang tertarik dengan analisis novel “Perasaan Orang Banten” yang dihubungkan dengan karya Solzhenitsyn (Sehari dalam Hidup Ivan Denisovitch). Sastrawan Rusia itu tidak menjawab problem yang diajukan kaum politisi tentang pembangunan masyarakat yang ideal. Sifat kesusastraan hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara mendasar, karena di situlah keterbatasan ruang-gerak sastrawan yang tidak memegang kendali dan kewenangan – seperti halnya penguasa – untuk memutuskan suatu problem kemasyarakatan.
 
Pendekatan yang lebih tepat justru adalah guru dari Solzhenitsyn, yakni Dostoyevsky (1821-1881) yang membedah perikehidupan manusia-manusia individualis sebagai korban dari manusia metropol dengan paham modernitas tentang kehidupan survive, termasuk ketegangan-ketegangan menghadapi hari esok yang tak menentu. Karena bagaimanapun manusia Indonesia sedang mengarah pada problem yang sama juga, dengan sikap yang dimungkinkan tumbuh subur dalam suatu pulau dengan macam-macam dialek bahasa dan separatisme yang beragam.
 
Dostoyevsky tanpa ampun membedah manusia-manusia modern yang dibeliti kesengsaraan dan penderitaan hidup di pusat perkotaan (Petersburg, Uni Soviet), yang merambah membangun diri dari tingkat pedesaan, meski masyarakatnya belum siap menghadapi perubahan. Tapi bagaimanapun eksplorasi alam – secara kias maupun harfiah – sebagai tugas manusia selaku khalifah terus berjalan. Hingga terbelahlah jiwa-jiwa si manusia kota menjadi pribadi-pribadi yang menderita kehausan penyakit yang patologis. Dostoyevsky pun meneropong dengan caranya sendiri ulah dan kelakuan kaum politisi yang gila kekuasaan, suatu pelukisan deformasi jiwa yang berhasil merekam manusia modern, tanpa disibukkan oleh asumsi dan hipothesa dari sejarawan yang sibuk membangun laboratoriumnya sendiri, berikut kesimpulannya yang sangat terbatas.
 
Tidak tanggung-tanggung disingkap pula suatu psike-individual yang mengakibatkan terbelahnya ideologi dan jurang pemisah antara generasi anak dan orang tua, kesenyawaan lembaga keluarga, masyarakat dan negara, hingga melahirkan suatu generasi baru yang mengidap sakit jiwa. Suatu keputusasaan dalam pengertian yang realistis, otentik, bukan semata-mata melodrama teatrikal semata. Di sisi lain para komprador penguasa yang menjelma menjadi hewan-hewan buas dan brutal, garuda dan buaya kapitalis, para penumpuk harta, pengoleksi barang-barang antik dan berharga, tanpa ambil pusing di sekelilingnya bergelimpangan orang-orang miskin yang merupakan korban perceraian maupun kematian karena perang.
 
“Mereka bilang, orang yang berharta melimpah seenaknya melupakan nasib orang-orang yang kelaparan, tetapi aku dapat membuktikan sekarang, mereka yang lapar pun tak pernah mau peduli kepada saudaranya yang sama-sama kelaparan,” demikian ujar seorang tokoh dalam novel Dostoyevsky (“Kesengsaraan di Petersburg”).
 
Kisah yang dituturkan Dostoyevsky bukan sebentuk manifes protes politik, dia menampilkan apa adanya tentang karakter dan watak politisi yang merasa kehausan patologis, gila pencitraan dan popularitas, yang merasa dirinya hidup dalam amukan zaman kejam dan penderitaan di tengah badai salju di trunda-trunda Siberia. Ciri khas dari sastra Rusia adalah persaksian otentik tentang figur-figur rakyat yang sederhana, namun menjadi korban pembodohan dan pendangkalan dari ulah kaum penguasa yang kawin dengan tuan tanah dan agamawan ortodoks. Tetapi sastra Rusia tidak pernah patah dari nilai-nilai humanitas dan solidaritas yang merupakan esensi dari ajaran agama yang mereka anut.
 
Dengan menampilkan nilai religiusitas dari figur yang masih memagang-teguh kekuatan iman yang original, maka Dostoyevsky tentu berbeda dengan Samuel Becket maupun Beltold Brecht, yang tergetar oleh gempa imperialisme dan kolonialisme yang dulu melanda negeri-negeri Eropa. Hingga kuliah-kuliah tentang pemikiran Karl Marx menyadarkan para penulis Eropa, bahwa sejarah dunia tergenangi oleh permasalahan para tuan dan para budak. Gugatan yang paling mendasar pada karya-karya Beltold Brecht adalah bagaimana peran agama yang menuntut penganutnya agar taat dan tunduk tanpa reserve, namun dalam praksisnya manusia tidak pernah diarahkan menjadi cerdas dan dewasa. Di situlah fungsi Tuhan seakan-akan hanya “tambal sulam” dari lubang kesulitan yang tak pernah dibereskan sendiri oleh penganut agama, sambil mengharap-harap mukjizat datang untuk membereskan kekalutan dan kerepotan yang sebenarnya dibuat oleh tangan manusia sendiri.
 
Pada dasarnya bukanlah atheisme anti-Tuhan yang diinginkan Brecht, juga bukan menyerang nilai ketuhanan itu sendiri, tetapi dia menyoal kaum politisi dan agamawan yang memproyeksikan fungsi Tuhan untuk kepentingan kekuasaannya. Citra Tuhan yang ditafsirkan masyarakat ternyata perlu dibersihkan dari proyeksi dan politisasi kaum elite borjuasi yang mengutamakan kepentingan diri sendiri, ketimbang berkarya membuktikan kemaslahatan dirinya di tengah masyarakat luas. Citra Tuhan ternyata masih dipenuhi unsur-unsur politik kotor, ideologi dan kritik-kritik palsu, propaganda kepahlawanan kosong, dicampuri urusan duit dan vested interest yang sama sekali tak ada hubungannya dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pencipta semesta.
 
Pada akhirnya penulis menolak suatu prinsip dari seorang birokrat yang tergesa-gesa menyimpulkan “Perasaan Orang Banten” yang dikatakan menyesatkan dari sisi keilmuwan dan kesejarahan. Padahal dari paragraf-paragraf awal sudah diperingatkan oleh penulis novel tersebut bahwa ia bukanlah hendak menulis sejarah Banten maupun Indonesia. Biarlah para sejarawan memasuki habitatnya di pusat laboratorium yang mereka program, sesuai dengan kapasitasnya sebagai sejarawan. Tak usah petantang-petenteng memasuki bidang-bidang lain yang bukan keahliannya. Juga tak perlu kegenitan kayak politikus yang side job sana-sini, keranjingan ingin jadi artis, tandatangan dengan production house, main sinetron dan penyanyi dangdut, padahal suaranya cablak pas-pasan. Lantas kapan dia mau bertugas mewakili kepentingan umat?
 
Bagaimanapun karya sastra tetaplah ciptaan dan rekaan manusia yang diakui secara jujur oleh setiap pengarangnya, dengan kekayaan linguistik yang dimiliki olehnya. Juga dengan totalitasnya sebagai pengarang yang peka dan peduli pada nilai-nilai dan keindonesiaan. Setiap karya sastra yang bertanggungjawab terhadap pembangunan peradaban manusia, tak lepas dari kecenderungan dakwah yang mengajak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
 
Kualitas sastra semacam itu semakin menyadarkan dan memperkuat keimanan kita, dari gempuran badai-badai modernitas yang mengepung keseharian hidup kita, dari ketegangan-ketegangan menghadapi hari esok yang tak menentu. Bahwa kita harus selalu percaya dan optimis, karena orang-orang jahat yang korup sekalipun masih diberikan peluang rizkinya oleh Tuhan Yang Maha Kaya, apalagi kita yang bergerak dan berjuang untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.
***

*) Mahasiswa Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, Rangkasbitung, Lebak. http://sastra-indonesia.com/2021/08/sastra-dan-politisasi-agama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt