Minggu, 07 Januari 2018

MANUSKRIP DAERAH: PELESTARIAN IDENTITAS KULTURAL MENUJU KOMODITAS

Agus Sulton
Radar Mojokerto, 1 Mei 2011

Mayoritas masyarakat kita tidak mengenal apa itu filologi, apa itu manuskrip, dan arti pentingnya. Ini setidaknya menjadi suatu fenomena besar, mungkin terjadi kesalahan dari sistem pendidikan kita sehingga hal semacam ini tidak diperkenal di tingkat sekolah lanjutan. Padahal orang yang kredibel dibidang ini berpendapat manuskrip adalah benda bersejarah dan masuk dalam cagar budaya yang harus dilindungi akan keberadaannya.
Edwar Djamaris menyayangkan apabila manuskrip tidak dirawat dengan cermat akan cepat sekali hancur dan tidak bernilai lagi sebagai warisan budaya nenek moyang. Manuskrip bukanlah perhiasan yang harus dibanggakan dan mempertontonkan saja. Manuskrip itu baru berharga apabila masih dapat dibaca dan dipahami isinya.

Jurang yang telah tumbuh antara sastra lama dan manusia modern akan bertambah besar bila tidak ada pemeliharaan yang terarah dalam bentuk pelajaran sekolah dan pengadaan buku tentang sastra lama itu sendiri. Keasingan ini menyebabkan orang enggan mempelajarinya, yang mengakibatkan karya-karya sastra lama tidak dipelihara dan akhirnya punah. Padahal dari tulisan-tulisan itulah kita bisa memperoleh gambaran lebih jelas mengenai alam pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai orang pada zaman lampau; suatu pengertian yang tidak mungkin tercapai jika bahan-bahan keterangan kita hanya terdiri dari peninggalan material, karena hal itu banyak kesimpulan akan berdasarkan dugaan belaka. Dalam penelitian, peninggalan tulisan dan kebendaan merupakan dua unsur yang saling melengkapi (Ikram, 1997: 24-32).

Dalam konteks itu, manuskrip merupakan produk nenek moyang yang menyimpan nilai-nilai keagungan dan wajib segera kita ungkap agar dapat menjadikan bangsa yang kokoh tetap berpedoman pada akar budaya masa lampau, walaupun budaya asing semakin beragam menghiasi bumi Nusantara tetapi pendukung kebudayaan lokal masih mewarnai kreativitas kelompok etnis dari beberapa suku di setiap daerah. Setidaknya, manuskrip sebagai dasar jembatan penghubung ke dunia masa kini. Bukan malah menjadikan benda keramat yang membuat seseorang ketakutan layaknya punya arwah yang akan menghantui seseorang apabila orang itu belum cukup usia atau bahkan tidak perlu dibuka, beranggapan di dalamnya mengandung ajaran tentang Tuhan dan deskripsi terciptanya Nabi Adam.

Anggapan-anggapan tersebut tak asing lagi ditelinga kita. Bahkan pemegang manuskrip akan merasa dirinya bangga karena telah memiliki manuskrip yang mereka anggap sebagi bagian urgen dan menyimpan aroma mistik, secara tentatif anggapan itu salah kaprah. Indikasinya, seseorang yang ingin meneliti kandungan teks mejadikan obsesi idiosinkrasi dan terjepit. Kalau sudah seperti ini peneliti jelas merasa kesulitan dan pihak pemegang manuskrip tetap berpedoman pada praduga-praduga yang kita sebut sebagai kesenjangan impulsifitas.

Diskursus ini segera harus kita kembangkan, dikemas menjadi sesuatu yang lebih menarik dan mencari alasan atau titik temu terhadap pemikiran masyarakat yang masih lekat dengan pedoman-pedoman kolot (kuno). Oleh karena itu, tidak lepas dari substansi kaum intelektual untuk mendongkrak generasi muda agar tidak menggangap hal semacam itu seperti banda yang tabu. Pemberontakan semacam ini tidak berarti resistensi pada aturan-aturan para pendahulu kita, tetapi bagaimana teks ini dapat bermanfaat disemua pihak, toh masyarakat (pembaca) yang akan menilai dan berpendapat benar atau tidaknya.

Pada sisi yang lain, generasi pemuda kita enggan menikmati sastra lama mereka menganggap sastra lama kurang bisa menawarkan gagasan-gasan yang relevan, dipihak lain akses untuk membaca manuskrip merupakan kesulitan tersendiri. Tidak ada yang ditawarkan secara gratis atau sekedar pengganti ucapan trimakasih, padahal hanya sebuah foto copy dari hasil digitalisasi. Bahkan pengelola perpustakaan dibawah naungan pemerintah mematok harga Rp. 3500/lembar. Bagaimana kalau ada salah seorang yang sekedar ingin membaca manuskrip babad atau Serat Ambiya setebal di atas 150 halaman, apakah mereka harus merogoh kantong lebih dari lima ratus ribu? Infeksi ini akan terus menghantui kita, terutama generasi muda yang status ekonominya kurang beruntung.

Kalau problematika ini dibiarkan berlarut-larut tidak ada salahnya apabila masyarakat kita berfikir apatis tanpa ada stimulasi-gairah untuk menyelamatkan dan mempelajari sastra lama. Ada semacam dikotomi antara dua pihak yang saling pertentangan, yaitu masyarakat yang mensakralkan suatu manuskrip tanpa memperhatikan akan kandungan teks dan masyarakat yang kurang bisa menghargai warisan nenek moyangnya, bisa jadi manuskrip tersebut tidak dirawat akhirnya dijual atau dibakar, seperti apa terjadi pada manuskrip cerita salinan Aji Saka di Mojowarno Jombang dan beberapa manuskrip cerita Nabi dan cerita pewayangan yang sering dibacakan di era sebelum tahun 1950-an sekarang bukti fisiknya sangat sulit untuk kita temukan. Sumber interview menjelaskan manuskrip-manuskrip tersebut sudah banyak yang hilang, dijual, dan dibakar.

Pemerintah yang seharusnya berwenang mewadahi dan lebih kooperatif, malah kurang begitu ambisi terhadap permasalahan manuskrip kita yang masih banyak tersimpan secara pribadi. Preservasi setidaknya menjadi perkara tersendiri yang dihadapi para kolektor, termasuk strategi untuk memanfaatkan dan mengkaji ulang. Sangat disayangkan apabila manuskrip tersebut alih generasi tinggal menyisakan serpihan potongan-potongan kertas sisa diakhir usia menjelang ajal karena perawatan dari pihak pemilik tidak ada kekuatan dalam pemahaman.

Selama penulis melakukan codicology independent research data lapangan menunjukkan bahwa, manuskrip yang masih tersimpan di masyarakat kondisinya banyak berlubang karena dimakan serangga, lapuk karena kurang perawatan termasuk usia, dan ditumbuhi jamur terutama berbahan daluwang. Kondisi seperti itu akan lebih parah lagi kalau pihak pemerintah dan kaum intelektual bidang pernaskahan tidak proaktif untuk memberikan kontribusi pembinaan atau penyelamatan.

Manuskrip merupakan salah satu bukti peradaban suatu bangsa bahwa bangsa itu memiliki tradisi kebudayaan yang maju. Bisa juga sebagai pencitraan kredit yang menyimpan banyak dokumen sejarah masa lalu dan cerminanan akan zamannya. Jika saja perlindungan pemerintah dan kepedulian masyarakat begitu tinggi terhadap manuskrip sungguh suatu hal yang menarik, bermanfaat besar untuk pengkajian ilmu pengetahuan pada bangsanya. Karena tonggak kekuatan suatu bangsa bisa kokoh tidak terlepas dari ketahanan dan pelestarian budayanya, akhirnya menuju komoditas aset pariwisata budaya.

Negara Indonesia patut berbangga diri karena termasuk paling kaya di dunia yang mewarisi khazanan manuskrip kedaerahan. Kekayaan ini seharusnya diimbangi dengan rasa kepedulian kita, mengingat manuskrip adalah artefak budaya penanda capain kebudayaan suatu bangsa. Strategi ini menjadi kunci, kekuatan tersendiri untuk tetap melestarian indentitas kultural agar akar budaya tiap-tiap daerah tidak tercerabut dari penjajahan budaya secara perlahan.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt