Sabtu, 21 September 2019

Puisi-Puisi Dwi Pranoto

Dalam Keringat Petani

Dalam keringat petani ada petak-petak sawah lengkap bergalengan,
gunung-gunung di latar belakang. Langit menghampar di atasnya
tempat meletak harapan. Sedang kecemasan mengeram di mata bajak,
dihela bersama gumpal tanah basah dan tahi sapi sebagai rumah bayi-
bayi padi tumbuh.

Dalam keringat petani ada pondok kecil tempat kata menindih waktu,
atau tempat senyap menyaru angin dan kerisik dedaunan. Tak jarang
Ibu Sri
singgah di sini, mengusap tubuh yang sedang ruapkan mimpi.
Dalam keringat petani ada kali kecil gemericik, tempat kecemasan
dibasuh sebelum senja memanggil.
Dalam keringat petani ada malam yang ditambati suluk wayang atau
gending langendriyan. Di dalamnya ia gembalakan ingatan-ingatan
dari masa kakek buyut.

Dalam keringat petani ada tikus, wereng, atau walang sangit. Mereka
keringkan mimpi, runtuhkan langit dan merundung Ibu Sri. Mereka
membakar malam, merampas pusaka kakek buyut. Mereka menghisap
tandas-tandas kali. Para petani tahu, mereka bukan binatang
pengerat atau serangga, mereka adalah raksasa-raksasa lapar yang
lahir di atas meja negara.



Cakrawala yang Mengelupas

Saya akan berbicara tentang hantu, api, butiran abu.                                                                        (Derrida)

Kini, tak lagi ada kejutan dalam hari-hari dan tahun-tahun,
cakrawala telah mengelupas, bikin kita tahu seperti tuhan sendiri,
serupa tubuh Odysseus yang teronggok sehijau Ithaca, belaka punya
hanya kenangan tahun-tahun dan hari ini yang hadir sebagai replika-
replika dalam sebentuk mimpi, karena waktu telah sampai ujung
buntu, bongkok dan tertatih menyusur kembali momen-momen rombeng
sambil menggembalakan kata dengan seranting angin, bersama itu kita
dengar rintih bumi yang tua, suaranya seperti dentum-dentum dalam
ruang diskotik tempat tubuh-tubuh dibebaskan dan hanya mengenal
sejenis kelamin dan senjata, tubuh-tubuh yang diasuh oleh imajinasi
dari imajinasinya Quixote.



Waktu dan Impian

Pertama-tama manusia menjinakkan waktu,
mengurungnya ke dalam almanak,
mencencangnya dengan jarum,
tapi itu tak cukup,
dengan cahaya ia membekukannya,
menggunting-gunting lalu merakitnya menjadi kenyataan lain,
kenyataan lain yang diimpikan,
manusia meletakan mimpi ke dalamnya,
mimpinya sendiri,
seluruhnya ditandas,
hingga tak lagi ada untuk sendirinya,
lalu manusia hijrah ke dalam kenyataan lain yang diciptakannya itu,
agar dapat kembali merasakan lain mimpi,
mimpi tentang kenyataan yang ditinggalkannya,
mimpi tentang dunia,
hasrat dunia,
dunia yang diimpikan dari dalam impian dunia.



Metafor

Ini seperti topeng
Mestinya memang topeng-topeng
Selubung yang seolah lejas, tapi tak.
Janji yang diletak di dalam suatu janji
Sepengetahuan siapapun dan dibuat seremang mungkin
Agar seolah menemukan dengan menggenggam pelita dari hati mereka sendiri
Agar seakan terlempar dalam kegelapan,
                        keasingan yang membuat ketakjuban.
Tapi bukan keasingan benar,
                        sehanya ketaktahuan yang diijinkan
Mereka yang seolah menemukan dan tak menemukan bisa menghibur diri



Di Tepian Kali 1

Lempang jalan
Lengang batu-batu
Tajami desir air



Pepokok Pohon Lambang

Beragam gagasan ilmu pengetahuan dilahirkan oleh epos penulisan
tertentu (Derrida, 1967)

Api Promotheus itu telah begitu rupa teranyam di antara langit dan
bumi: di tengah keramaian orang sedang bertunas sebentuk kenyataan
lain, semirip gambaran yang menyerang benak Ikarus ketika ia
membumbung, tapi tak persis sama dengan terbang, barangkali
tepatnya ia menghisap segala, menyengatkan sejenis bisa lupa
hingga orang-orang dapat mengigaukan kejadian-kejadian saat jaga,
melemparkannya ke antara dunia nyata dan kerajaan mimpi di mana
percakapan yang mungkin terjalin adalan dengan dirinya dan nama-
nama karena bahasa telah menciptakan orbitnya sendiri dalam
lintasan yang sangat tertutup, ramalan-ramalan selalu kembali
menjadi ramalan lain karena di dunia yang tanpa cuaca ini riwayat
pencarian Oedipus hanya menceritakan ia menusuk kedua biji matanya,
dengan begitu tak ada kampung halaman, setiap kelahiran selalu
sudah dilupakan tanpa ancang-ancang sebelumnya, maka kehangatan dan
keintiman seperti benua nostalgis tanpa sejarah penciptaan, ia
dikelilingi lautan yang kelewat berkabut untuk ditembus, satu-
satunya cara mengunjunginya adalah dengan sebuah kendaraan mitologi
baru yang dirakit dari pokok-pokok pohon lambang, pokok-pokok yang
menyesatkan Baudelaire, pokok-pokok yang membuatnya menggentayangi
kota-kota yang lantak itu kini adalah peradaban itu sendiri,
peradaban yang mengingatkan pada kisah tragis dua hamba setia
Ajisaka: suara tubuh-tubuh yang tersungkur dalam keheningan itu
terus-menerus menggema simpang-siur hingga terdengar tak berasal
dari tubuh-tubuh; seperti suara panggilan dari dalam diri sendiri
atau siul angin.



Pemandangan di dalam Telur

Dimanakah cerita besar bersumber?
mengalir cepat melewati garis batas, dan tak terduga
api menyertai perjalanannya yang berair.
Bermula dari sini, cita-cita atau kemustahilan.
Kesan terbentuk dari kursi-kursi yang jungkir balik, lilin
menyerupai tombak dengan kepala bercahaya, dewa-dewa bergerak
cepat membuat bayangan membingungkan, suara-suara
belum merupakan bahasa, hanya isyarat
yang memahami dirinya sendiri. Sirene,
bel, alarm bekerja dalam samar-samar, bunyi yang terkacau
derak mesin-mesin, sebagian menghasilkan menara-menara,
sebagian dirampas srigala.

Perempuan berrambut ular itu muncul seribu kali, sejak
laki-laki tua bercawat daun itu mendapat malu. Bayangannya
menempel pada dinding-dinding gua, membekaskan kelaparan
dalam mulut-mulut licin berlendir, srigala-srigala
bersarang dalam riak-riak sungai kerongkong, ancaman
berbaju bagus sekali, bersinar seperti cahaya bulan.

Waktu meretak cangkang kapur, rel-rel mengantarnya menuju
dunia matahari, dimana kematian adalah perjalanan pulang
yang sedih. Tempat patung-patung diberi makna seribu kali
dalam mimpi-mimpi yang lain, setelah
Tuhan mengasingkan diri.
Kunang-kunang menjaga kanal hitam yang mengancamkan kesedihan, aku
menggeliat, perlahan keluar daripadanya dengan tubuh berliur.
Lidah-lidah bercabang membacakan peta dengan suara berdesis.



Banyuwangi

Berabad kabut turun begitu padat
Pekat belantara dan simpang siur sulur akar gantung
Kemudian cercah cahaya dari bahasa pengasingan
Membentuk gugus-gugus dongeng

Sejak perahu-perahu layar Madura dan Bugis menepi
Bercakap dengan orang-orang Bali yang telah lama memberi garam dan darah
Kampung-kampung tumbuh di pesisir bersama semarak warna layar
Hingga Belanda dan Inggris membawa bubuk mesiu
ke Ulu Pampang dan muara kali Lo
Orang-orang pribumi kembali belajar mengenali dirinya sendiri
Dari genjah arum pun kopi seraya mengingat
nafas bala Mataram yang belum lagi dicerna
Deru ombak dan semilir angin persawahan membawa kembali nyanyian purba
Ular berkepala manusia, omprog, dan sampur merah mengapung di udara
Ditiup kiling angklung paglak.

_______________
Dwi Pranoto lahir di Banyuwangi. Sempat setahun bekerja di sebuah perusahaan pelayaran yang beroperasi di selat Bali, kemudian pindah ke Cilegon, Jakarta, kembali ke Banyuwangi, terus ke Jember. Di Jakarta sempat bergabung dengan Teater Tanah Air dan Kelompok Teater Kami. Di Jember bergabung dengan Kelompok RumahKata sambil mengisi siaran Apresiasi Seni dan Budaya di RRI Pro 1 Jember.
http://kepadapuisi.blogspot.com/2015/10/hantu-api-butiran-abu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt