Indra Intisa *
Konon, ikan salmon merupakan ikan yang lahir di sungai tetapi hidup di laut. Ikan salmon betina akan bertelur di dataran sungai yang tinggi. Sebelum bertelur, ia akan mengepakkan ekornya dengan tujuan untuk menyapu kerikil dari dasar sungai. Akibatnya di dasar sungai terbentuk cekungan. Nah, di cekungan itulah ikan salmon betina bertelur. Jumlahnya bisa sekitar 5.000 ekor. Telur yang telah dibuahi oleh ikan salmon jantan, akan ditutup dengan kerikil. Ikan salmon betina lalu pergi ke tempat lain untuk bertelur lagi dan bertelur lagi sampai telur dalam ovariumnya habis. Ikan salmon betina itu bisa bertelur sampai 7 kali. (2)
Ikan salmon yang siap bertelur itu, akan berlomba-lomba menuju sungai dataran yang tinggi. Sebagian dari ikan salmon tersebut akan mati sebelum sampai ke sungai yang ia tuju. Bisa karena lelahnya pejalanan, dimakan musuh, jejak yang sulit, dan sebagainya. Bayangkan saja, jarak yang ditempuh rata-rata lebih dari 1000 km. Selama perjalanan ikan salmon puasa. Perjalanannya menanjak dan melawan arus. Karena itu Ikan salmon berenang dengan cara melompat. Selepas bertelur, biasanya ikan salmon akan mati karena kehabisan tenaga. Orang-orang bias melihat banyak bangkai ikan salmon di hulu sungai itu karena selesainya proses ia bertelur. Bangkai ikan salmon ini akan terurai sehingga memberikan nutrisi pada pengurai, serangga dan ikan kecil. Konon itu semacam pengorbanan diri untuk generasi penerusnya. Sebab, dengan banyaknya pengurai, serangga, dan ikan kecil, maka akan memberikan nutrisi dan makanan khusus untuk calon anak-anak salmon. Makanan tersebut cukup untuk anak salmon sebelum ia migrasi ke laut.
Lupakan sejenak ikan salmon. Beberapa tahun terakhir, dunia sastra khususnya puisi, terguncang oleh eksperimen salah seorang penyair muda berbakat yang bernama Shiny. Sekalipun, guncangannya tersebut belum memberikan pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia sastra. Tetapi, jika ia bias konsisten, dan punya power yang kuat, hasil pemikirannya tersebut bias memberikan jalan baru bagi dunia puisi, kalau meminjam kata Arizal Malna, “Membuat irisan lain atas kanon sastra dan menjanjikan sudut pandang lebih cair dalam menghadapi perubahan ekosistem antara bahasa dan teknologi.” Benar, Shiny mencoba lebih jauh bermain-main dengan puisi yang menggabungkan ranas sains dalam karyanya. Boleh saja banyak orang atau mungkin sastrawan berkata, Shiny tidak benar dalam menulis sebuah puisi, jika merujuk makna dasar puisi, yang sesuai standar KBBI, atau standar pemahaman umum—bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait, atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Tetapi lebih dari itu, Shiny tidak berkutat lagi dengan huruf dan angka, larik bait, metrum, irama, dsb. Itu adalah pengertian kuno dari sebuah puisi. Kalau menurut Shiny, puisi harus dikembalikan ke pengertian awal, yaitu: poesis (Yunani), membuat. Tetapi kata “membuat” ini memang perlu kita kaji secara khusus, membuat seperti apakah yang layak dikatakan sebagai puisi?
Beberapa sastrawan dan penyair secara umumnya mengatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang terikat oleh tata tulis—yang sebelumnya bunyi-bunyian: dalam bentuk mantra, irama, dsb., menimbulkan magis—dibaca dan dipanggungkan, dituahkan, dan sebagainya. Tetapi, pemaknaan akan symbol-simbol dalam sebuah puisi, yang biasa kita kenal sebagai kata konkret, pelambangan, majas, diksi, dan sebagainya, juga dikembangkan lebih luas dalam bentuk visual. Maka kita tidak heran akan banyak menemukan puisi dengan ruh gambar atau visual seperti puisigram, puisi visual, puisi tifografi, atau puisi konkret yang lebih dalam mengambil gambar dan symbol sebagai pemaknaan. Beberapa penyair Indonesia, senior, pernah mengembangkan ini, anggap saja Sutardji, Remy Sylado, Jeihan, dan lain sebagainya. Beberapa puisi jenis ini masih bias dibaca dengan jelas melalui suara, dan diperdengarkan oleh orang lain. Sebagian yang lain harus menyimak dalam-dalam, semacam memaknakan sebuah lukisan abstrak, tetapi kaya symbol. Mereka masih berkata ini adalah bagian dari sastra. Lalu sastra adalah?
Sapardi Djoko Damono pernah berkata bahwa, puisi masa depan adalah gambar (visual). Sekalipun di lain waktu, ia mengatakan puisi adalah bunyi. Artinya puisi itu luas dan bekembang. Ia bisa berubah menjadi apa saja. Ia terus mengikuti perkembangan zaman. Maka tidak heran kita akan mulai banyak menemukan puisi dalam format digital yang lebih banyak. Pemakaian atau pemanfaatan digital ini, berimbas kepada puisi yang tercampurbaur dengan teknologi semacam Youtube, Fb, Twitter, dan pemakaian latar belakang suara dan gambar lebih luas.
Shiny sendiri, seolah sangat siap untuk terjun langsung dengan puisi masa depan ini. Ia seolah membunuh dan melawan para sastrawan dan penyair yang masih lapuk oleh aturan konvensional tentang puisi atau sastra: puisi itu bla dan bla, harus bla dan bla. Baginya itu adalah mitos. Shiny seolah melawan kebiasaan orang-orang yang terlalu nyaman dengan bentuk puisi. Maka bagi orang-orang yang lapuk, mereka akan cenderung terkejut, “Apakah yang dibuat Shiny ini benar sebuah puisi? Atau sebuah ilusi yang ia sendiri merasa sebuah puisi? Seperti sebuah mangga yang mengaku sebagai pisang? Itu tidak mungkin.” Pendapat mereka, tak sepenuhnya salah dan benar. Karena puisi adalah ragam sastra selain prosa dan drama …, tapi tunggu dulu, kalau kita telaah lagi, bukankah yang dibuat Shiny juga selain prosa dan drama?
Shiny sebagai pemuda super milenial tidak main-main dengan eksperimennya. Ia tidak begitu peduli dengan orang-orang tua sana yang memandangnya sebelah mata. Baginya, mata mereka itu sebenarnya buta. Tetapi pura-pura buta saja. Barangkali, Shiny seolah menyindir begitu. Lihatlah, puisi-puisi yang ia tulis dalam bukunya. “sains puisi’ 2019, seolah berkata: ini loh, puisi itu. Yang selama ini kalian buat adalah. Bagian kecil dari puisi—yang akan membuat kalian lapuk dan kehilangan ide.
Puisi-puisi dalam buku Sains Puisi banyak berisi tentang symbol yang gelap, sebagian super gelap—mengambungkan banyak unsur digital, puzzle, teka-teki, visual, symbol, logo, matematika, dan sebagainya. Pembaca atau penikmat akan kesulitan untuk menelaah apa yang sedang dibuat oleh Shiny. Tentu saja mereka akan berkata, “Ini apaan” Tetapi Shiny kadang sengaja mengerjai si pembaca melalui beberapa puisinya yang memuat keterangan di dalam tubuhnya: bukan link youtube ini, IG ini, dsb. Seolah puisi itu hidup dan mengajak lebih dalam si pembaca untuk turut serta memecahkan isinya. Sebagian yang lain pembaca diminta membuat pemaknaan sendiri pada puisinya (lihat gambar).
Shiny sedikit banyaknya ada kesamaan dengan salmon, kenapa? Begini:
1. Ikan salmon berasal dari kata salmo. Salmo berasal dari kata salira yang berarti melompat. Shiny juga melompat ide dan pikirannya dalam membuat arah baru sebuah puisi;
2. Ikan salmon sekalipun hidup di laut, ia lahir dan besar di sungai. Seperti Shiny sekalipun tidak hidup dalam dunia para sastrawan, yang kebelet manggung, ngoran (masuk Koran), antologi sesame penyair TOP, dsb, atau tidak dikenal sebagai sastrawan, tetapi ia justru masuk lebih dalam dari mereka—lebih jauh;
3. Kehidupan ikan salmo sampai sekarang masih sering dianggap misteri, sama misterinya dengan puisi-puisi Shiny;
4. Ikan salmon dewasa mengorbankan diri demi kehidupan baru (untuk anak-anaknya), seperti Shiny yang mengrbankan banyak hal, seperti tata bahasa umum, symbol umum, dalam sastra, sehingga orang akan kesulitan, dsb., tujuannya tentu demi sesuatu yang baru—jalan baru bagi dunia perpuisian;
5. Ikan salmon berjuang ketika ia akan bertelur, menaiki air yang menanjak, ia melompat, dsb. Seperti Shiny yang berjuang sendirian di tengah gempuran puisi naratif—yang semakin keterbacaan dewasa ini. Ia kukuh dan siap mati. Hihi;
6. Ikan salmon kecil, muda, memberikan nutrisi baru bagi sekitar, seperti halnya ide-ide Shiny yang memberikan gizi baru bagi pembaca dan orang-orang di sekitarnya;
7. Ikan salmon mulai berjuang dan siap berkorban ketika ia mau bertelur dan kawin dengan salmo jantan dewasa, dan sepertinya, buku Sains Puisi ia terbitkan saat momen-monennya ia kawin (menikah) Hihihi (poin ke-7 ini tidak penting. Sama tidak pentingnya dengan poin nomor 8);
8. Shiny mempunyai ciri khas akut, poni samping. Campuran dari opa Korea dengan Andika Kangen Band. (Beda nasib dengan poni saya. Tanpa opa Korea). Ia rela memangkas dan memotong poninya saat menikah (begitu pesannya). Itu seperti pengorbanan ikan salmon untuk kehidupan yang baru selepas ia kawin. Hihi.
Pulau Punjung, 01 Desember 2019
Daftar Pustaka:
(1). Shiny.ane el’poesya. 2019. Sains Puisi. Jakarta: Penerbit Mata Aksara;
(2). Aan Madrus, Siklus Hidup Salmon, Ikan Laut yang Lahir di Sungai, https://bobo.grid.id/read/08681460/siklus-hidup-salmon-ikan-laut-yang-lahir-di-sungai
*) Indra Intisa, penikmat puisi yang tinggal di Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Buku-bukunya: Puisi Mbeling “Panggung Demokrasi” (2015), Puisi Lama—Syair, Gurindam, Pantun, Seloka, Karmina, Talibun, Mantra “Nasihat Lebah” (2015), Puisi Imajis “Ketika Fajar” (2015), Putika (Puisi Tiga Kata) “Teori dan Konsep” (2015), Dialog Waktu (2016), dan sebuah Novel: “Dalam Dunia Sajak” (2016).
http://sastra-indonesia.com/2019/12/shiny-sains-puisi-dan-ikan-salmon/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar