Rabu, 18 Maret 2020

MEMBACA PERISTIWA, MENJUMPAI MANUSIA

Catatan Kesan atas Kumpulan Puisi “Nyala Abadi"
A. Syauqi Sumbawi

Peristiwa kemanusiaan merupakan inti, sekaligus menggerakkan kehidupan dunia. Di sini, keterlibatan manusia menjadi sebuah keniscayaan, dimana keberadaannya tidak hanya sebagai subjek, tetapi juga sebagai objek peristiwa. Sederhananya, manusia adalah pembaca, kauniyah, dan proses itu sendiri. Karena itu, sangat dipahami jika perintah pertama yang diberikan kepada manusia adalah perintah membaca—proses intelektualitas dan spiritualitas—, yang pada gilirannya melahirkan kesadaran atas kemanusiaannya.

Hal di atas merupakan catatan kesan penulis terhadap puisi yang terbukukan dalam antologi “Nyala Abadi” ini. Dari keseluruhannya, peristiwa dan proses kemanusiaan menjadi ekspresi umum dari pembacaan dan kreativitas para penyairnya.

Peristiwa Kemanusiaan

Salah satu tema penting terkait peristiwa kemanusiaan, terutama sebagai sebuah bangsa adalah sejarah perjuangan kemerdekaan. Hal inilah yang tergambar dari puisi “Nyala Abadi” karya Herry Lamongan—menjadi judul buku ini—, yang secara umum memproyeksikan nilai dan semangat nasionalisme (religius). Begitu juga puisi karya Diyan Shodik Nurhadi H—“Bambu Runcing”—, puisi karya Dwi Da’watus Sholikha—“10 November 1945”—, puisi karya Evi Dwi Widowati—“Semangat Pahlawanku”—, puisi karya Tasliman—“Sang Jenderal besar Pahlawanku”—, dan puisi karya Nurul Komariyah—“Tekad Bulat”—.

Dalam spektrum yang lebih luas, perjuangan kemerdekaan sebagai proses yang terus menerus dapat kita temukan dalam puisi karya Ahmad Rizanu Alami—“Sang Veteran”—, puisi karya Deny Fatmawati—“Pejuang”—, puisi karya Imam Sudjadi—“Ladang Juang”—, puisi karya Sukur—“Padamu Negeriku”—.

Peristiwa kemanusiaan lain yang ditampilkan dalam buku ini adalah bencana alam, yang pada gilirannya menggerakkan spiritualitas dan rasa sosial pada diri manusia. Di sini, rasa empati terhadap nasib sesama menjadi ekspresi yang paling kentara, sebagaimana diungkapkan dalam puisi karya Herry Lamongan—“Maha Dukana”—, puisi karya Nur Kholis Huda—“Mahligai Duka”—. Sementara kondisi alam yang turut mempengaruhi kehidupan manusia disajikan dalam puisi karya Sukur—“Kemarau”—, dan puisi karya Nur Kholis Huda—“Gerimis di Atas Kertas”—. Juga, puisi karya Herry Lamongan—“Pasar Dukana”— yang melukiskan kenangan terkait kebakaran.

Kemudian, peristiwa kemanusiaan yang secara khusus mengarah pada permasalahan sosial, baik politik, ekonomi, agama maupun pendidikan, diungkapkan oleh beberapa puisi berikut, yaitu puisi karya Dwi Da’watus Sholikha—“Indonesiaku adalah Indonesiamu”—, 3 puisi karya Iva Titin Shovia—“Umrah Kreditan”, “Ada Bibir di Dahimu”, dan “Wajah Anak Sekolah Kita”—, puisi karya Nur Kholis Huda—“Seragam Tua”—, puisi karya Rohmat Qosyim—“Lampu Merah Dekat Alon-alon Kota”—, puisi karya Teguh Maranata—“Make Up Tebal Bangsaku”—. Hal yang perlu digarisbawahi dari puisi-puisi di atas, yaitu keberadaannya sebagai puisi sosial, yang umumnya mengekspresikan kritik konstruktif untuk perubahan yang positif. Dalam sifatnya yang personal, peristiwa kemanusiaan diungkapkan puisi Herry Lamongan—“Tukang Kayu”— yang menghadirkan simpati atas perjuangan seorang tua dalam menjalankan peran dan amanah.

Proses Manusia

Salah satu keunikan manusia adalah upayanya untuk memahami diri sendiri. Dalam proses awal, keberadaan persona (manusia) sebagai role model dan inspirasi, tidak bisa dipisahkan, serta potensial dalam membangun diri manusia. Hal tersebut dapat dijumpai dalam puisi karya Evi Dwi Widowati—“Bianglala Hidupku”— dan puisi karya Sukur—Untukmu Ayahku”—, yang menampilkan nilai-nilai ideal orang tua. Sementara pada dunia pendidikan, panutan dan inspirasi menunjuk pada keberadaan guru atau pendidik, sebagaimana puisi karya Dwi Da’watus Sholikha—“Pahlawan Tak Berpedang”—, puisi karya Siti Fatimah—“Muara Senja”—, puisi karya Sukur—“Elegi Guru”—, puisi karya Taslimin—“Piala Cinta”—, dan puisi karya Muhajiron—“Sang Pencerah”—. Pada dunia seni, inspirasi terkait kepenyairan diungkapkan oleh puisi karya Dwi Da’watus Sholikha—“Pujangga”—. Sementara inspirasi terkait emansipasi, ditampilkan puisi oleh puisi karya Yohanes Yusi Ari—“Dara di Garis Batas”—.

Idealitas dan inspirasi di atas, pada gilirannya mengarahkan untuk menjadi sesuatu yang sama [profesi]. Di sinilah proses kesadaran berlangsung, dimana nilai-nilai ideal menjadi standar dalam evaluasi peran yang dilakukannya, sebagaimana diungkapkan 2 puisi karya Ahmad Rizanu Alami—“Sang Pendidik” dan “Maafkan ‘Bapak’ Nak”—, puisi karya Deny Fatmawati—“Batik Pikirku”—, serta puisi karya Teguh Maranata—“Aku Bukanlah Guru”—.

Di samping itu, nilai-nilai ideal juga menjadi dasar dalam memahami dan menilai keberadaan sesama, seperti yang diungkapkan oleh puisi karya Sukur—“Pesan Untuk Abangku”—, puisi karya Iva Titin Shovia—“Buat Tia”—, puisi karya Teguh Maranata—“Sombong”— dan puisi karya Taslimin—“Jika 1”—. Kemudian, dalam sifatnya yang umum, pemahaman atas peran manusia diungkapkan oleh 2 puisi karya Nur Kholis Huda—“Tukang Goreng” dan “Bersemuka”—.

Proses menjadi manusia sebagai pribadi, yang sarat dengan berbagai permasalahan dan pertanyaan hidup serta pengalaman dan harapan, digambarkan oleh puisi karya Deny Fatmawati—“Atta Dippa”—, 3 puisi karya Imam Sudjadi—“Pilihan”, “Ilalang”, dan “Sunyi Sepi”—, puisi karya Diyan Nur Shodik—“Ruang Semu Teman Sejati”—, puisi karya Evi Dwi Widowati—“Bayangan Semu”—, puisi karya Rohmat Qosyim—“Terik Mentari”—, 2 puisi karya Teguh Maranata—“Galau” dan “Kertas Putih”—, 2 puisi karya Windhi—“Hanya Sepenggal” dan “Kamar Gelap”—.

 Pemahaman terkait manusia sebagai “jenis”—laki-laki dan perempuan—melahirkan kedekatan emosional terhadap lawan jenis yang dikenal dengan istilah “cinta”, yang pada gilirannya menciptakan kisah cintanya sendiri yang unik. Keberadaan cinta sebagai anugerah menjadi kesan dari 2 puisi karya Taslimin—“Dag Dig Dug Der” dan “Buat Kamu”—, puisi karya Rohmat Qosyim—“Mencintaimu dengan Sederhana”—. Sementara puisi karya Sazma A. Al-Kautsar—“Apa itu Cinta”—, menampilkan ekspresi cinta dalam kerangka yang lebih universal, yaitu kasih sayang.

Ekspresi harapan dari yang tercinta, diungkapkan oleh puisi Imam Sudjadi—“Melati”—, 4 puisi karya Nurul Komariyah—“Rona Cinta”, “Pijar Asmara”, “Siapakah Kau?”, dan “Egois dan Puitis”—, puisi karya Rohmat Qosyim—“Semangat Juang” dan “Senyummu Pesonamu”—, puisi karya Sazma A. Al-Kautsar—“Semoga Kelak”—, puisi karya Siti Fatimah—“Kasmaran”—, puisi karya Taslimin—“Jika 2”—. Berikutnya, ekspresi rindu dalam cinta ditampilkan oleh puisi karya Evi Dwi Widowati—“Ruang Rindu”—.

Kisah kebersamaan laki-laki dan perempuan dalam cinta diungkapkan oleh puisi karya Diyan Shodik Nurhadi H—“Pemilik Hati”—. Sementara kisah cinta yang tak bersama, ditampilkan oleh puisi karya Diyan Shodik Nurhadi H—“Doa Dalam Duka”—, puisi karya Sazma A. Al-Kautsar—“Sebuah Kisah yang Kosong” dan “Perihal Cinta Berakhir”—.  Keberadaan cinta dalam kaitannya dengan permasalahan rumah tangga digambarkan oleh puisi karya Iva Titin Shovia—“Pesta Jeruk di Syurga”—, puisi karya Siti Fatimah—“Saat Karut”—, puisi karya Windhi—“Wanita”—.

Kemudian, cinta dalam bingkai kenangan diungkapkan oleh 2 puisi karya Ahmad Rizanu Alami—“Setidaknya Aku Pernah Berjuang” dan “Nyanyian Jiwa”—, puisi karya Diyan Shodik Hurhadi H—“Jalan Cerita”—, puisi karya Siti Fatimah—“Tentang Dia”—. Sementara kenangan dalam pembacaan lebih luas, disajikan oleh puisi Sazma A. Al-Kautsar—“Kala Senja di Kampungku”—, puisi karya Yohanes Yusi Ari—“Ingatan Memutih”—, puisi karya Taslimin—“Senandung Kata Pisah”—.

Proses menjadi manusia, tentunya tidak bisa dilepaskan dari asal kehadirannya di dunia. Di sini, pengenalan terhadap Dzat yang menguasai hidup dan kehidupannya, melahirkan berbagai interpretasi dan ekspresi dinamis atas hubungan manusia dengan-Nya. Proses pengenalan juga menjadi “pintu pertama” yang pada gilirannya melahirkan ragam spiritualitas manusia.

Pengenalan terhadap Tuhan melalui ciptaan-Nya ditunjukkan oleh puisi karya Evi Dwi Widowati—“Sejuta Misteri di Balik Puncak”—, puisi karya Siti Fatimah—“Gemintang”—, puisi karya Yohanes Yusi Ari—“Mata Embun”—. Sementara pemahaman bahwa segala kejadian tidak bisa dilepaskan dari kehendak-Nya, ditampilkan oleh puisi karya Muhajiron—“Tiki Taka Petaka”—, puisi karya Yohanes Yusi Ari—“Lepas Maret”—. Demikian pula, 2 puisi Deny Fatmawati—“Balutan Ragu” dan “Yang Mulia”—, puisi Dwi Da’watus Sholikha—“Bersimpuh”—, puisi karya Yohanes Yusi Ari—“Doa Seuntaiku”— di mana Tuhan menjadi sandaran atas berbagai permasalahan hidup manusia. Pemahaman dan kesadaran di atas, pada gilirannya melahirkan rasa cinta dan kesetiaan kepada-Nya, seperti diungkapkan puisi karya Muhajiron—“Kamu” dan “Ketika Istiqamah Diuji”—.

Proses pengenalan Tuhan yang lebih mengarah pada tataran hakikat, diungkapkan oleh puisi karya Zehan Zareez—“Sumpah, Ini Puisi!”—, melalui upaya pengenalan diri sendiri secara filosofis. Dari sini, tampak bahwa menjadi manusia bukan proses yang instans, melainkan proses yang sarat perenungan menuju kesadaran, serta melibatkan seluruh potensi dan segala keterkaitan yang menyertai kehadirannya. Hal inilah, yang juga menjadi kesan dari puisi karya Herry Lamongan—“Outbond Lima Cangkir Kopi”—.

Penutup

Ulasan ini merupakan pembacaan sederhana terhadap seluruh puisi yang terkumpul dalam buku ini. Dengan lebih diarahkan untuk mencari makna umum dan kategorisasinya, tentunya catatan ini memiliki banyak kekurangan, serta belum mewadahi seluruh unsur yang terkandung di dalamnya.

Sebagai penutup, jika perintah pertama manusia adalah “membaca”, maka perintah kedua adalah “menulis”. Hal inilah yang tampaknya disadari oleh para penyair dengan kehadiran kumpulan puisi “Nyala Abadi” sebagai satu episode dalam proses manusia yang diharapkan dapat menjadi manfaat dan menyebarkan rahmat bagi sesama.
***

http://sastra-indonesia.com/2020/03/membaca-peristiwa-menjumpai-manusia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt