Kamis, 16 April 2020

Tantangan Big Data dalam Studi Sastra

Mohammad Rokib *

Selama berabad-abad, intuisi dan intelegensi telah memainkan peran utama dalam aktivitas studi kesastraan. Kehadiran big data belakangan ini yang dilirik baik dalam ilmu sosial apalagi ilmu eksakta telah menawarkan sekaligus menantang tentang bagaimana pendekatan baru ini dapat diterapkan pada disiplin ilmu tradisional seperti studi sastra.

Oleh sebagian kecil ilmuan humaniora, big data juga digadang dapat memperbarui, melalui teknologi komputer, banyak disiplin keilmuan yang mempelajari pemikiran manusia dan produk-produk budaya. Area kajian keilmuan baru seperti ini kerap menyebut rumpun keilmuan mereka sebagai Digital Humanities.

Apakah mungkin bila kita mengkaji sastra dengan penerawangan big data? Lalu apa pentingnya mengkaji sastra, misalnya, dengan big data?

Disiplin ilmu sastra sesungguhnya selaras dengan pendekatan baru ini. Bukan hanya karena disiplin sastra sudah sangat lama dan bahkan tertua di bidang humaniora, melainkan juga karena sudah berjuta karya, penulis, genre, dan tema yang sudah ada, digunakan, dan didiskusikan oleh banyak orang baik secara luring (offline) maupun daring (online).

Belakangan ini saya berupaya untuk terus mencari jawaban atas kemungkinan dan relevansi big data dengan studi sastra. Bukan untuk memaksakan big data yang memang sedang menjadi tren dalam berbagai disiplin keilmuan untuk masuk dalam kajian sastra, tetapi usaha ini muncul dan terinspirasi pertama kali ketika membaca karya Franco Moretti berjudul Distant Reading (2013).

Karya ini tidak hanya mempertanyakan kembali konsep novel yang sangat eurosentris dan kenapa novel selalu lekat dalam bentuk prosa, tetapi juga membuka mata bahwa nyatanya komputer dapat membantu untuk mengunyah ribuan data teks sastra dari abad ke abad dalam satu waktu.

Moretti mengakui bahwa penelitiannya cenderung berbeda dan anti-mainstream karena bekerja secara kuantitatif untuk menggali data tentang ragam jenis sastra, judul karya sastra, penulis, dan seterusnya dengan suguhan hasil berupa diagram, peta, tabel, dan sejenisnya. Untuk menuju hasil tersebut, bantuan data yang diolah secara komputasional telah mendukung dan memudahkan kerja tersebut.

Meskipun tidak menyebut secara eksplisit tentang big data dalam bukunya, apa yang dikerjakan Moretti pada dasarnya sebanding dengan cara kerja big data.

Sebuah artikel yang ditulis Jennifer Schuessler (2017) menyinggung pendekatan big data dalam kajian sastra dengan asumsi yang merujuk Moretti bahwa kajian (kritik) sastra cenderung menganalisis satu karya pilihan yang terbatas pada waktu tertentu. Karya pilihan tersebut hanya sampel. Kritikus sastra perlu mempertimbangkan puluhan ribu karya lainnya baik di waktu yang sama maupun berbeda.

Tantangan tersebut menggiring pada sebuah jawaban bahwa ilmuan sastra memerlukan bantuan alogaritma komputer dan data digital untuk memetakan sejarah sastra dalam kurun waktu yang panjang. Ini juga yang meyakinkan sebuah sebuah kritik baru yang disebut sebagai computational criticism atau kritik komputasional.

Dalam disiplin ilmu sastra, cara kerja big data tentu saja akan berbeda dengan cara kerja yang sudah lazim dalam pendekatan ilmu kesastraan.

Kita tentu saja sudah akrab dengan ragam aliran (ism) dalam kajian sastra seperti formalisme, freudianisme, strukturalisme, poskolonialisme, dan posmodernisme. Ragam isme tersebutlah yang selama ini galib selalu dipakai untuk menafsir sastra, politik ataupun budaya.

Berbeda dengan isme-isme tersebut, big data bukan untuk analisis makna atas simbol atau perlambangan tertentu, tetapi lebih mendalami kata kunci apa saja yang banyak digunakan orang dari abad ke abad. Big data diyakini telah mampu menyuguhkan pada pembaca, kritikus, dan pencinta sastra terhadap jutaan data sastra melalui kata kunci tertentu dengan visualisasi kuantitatif seperti grafik dan peta.

Pendekatan seperti ini lebih menekankan aspek jejaring pada diskursus kesastraan. Pemaknaan atas jejaring itu bisa digapai dengan pendekatan lain lagi, tetapi dengan suguhan hasil pemetaan big data, makna tertentu sebenarnya dapat dengan mudah dijabarkan. Ini juga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan pendekatan lain bila ingin mendalami satu topik atau kasus tertentu.

Dalam buku lainnya berjudul Graph, Maps, Trees (2005), Moretti sudah menunjukkan hasil penelitiannya yang fantastik tentang sejarah sastra. Beragam jenis genre sastra Inggris antara tahun 1740 dan 1900 ditelisik dan terdeteksi terdapat 44 genre selama lebih dari 160 tahun.

Hasil penelusuran ini disajikan dalam sebuah grafik yang komputasional. Hasil pemetaan lainnya seperti pohon asal muasal fiksi detektif antara tahun 1891 dan 1900 dan peta desa dalam sastra Inggris yang populer pada abad 19 juga sangat menarik dalam kajian sastra.

Meskipun pendekatan baru ini mendapatkan kritikan tajam dari ilmuan humaniora lainnya, secara umum mereka tetap berkesan terhadap cara kerja ala big data. Persoalan tersisa yang memang masih terus dikembangkan adalah tentang apa makna sebuah data kuantitatif bagi ilmu humaniora.

Galibnya, ilmu humaniora -terutama sastra- selalu bertujuan untuk memahami dan memberi makna pada bahasa dan simbol yang sukar dipahami oleh orang awam. Karena itu ilmu sastra lekat dengan pertanyaan-pertanyaan sukar tentang estetika, eksistensi, dan makna.

Selanjutnya, pertanyaan yang muncul adalah apakah mungkin hal-hal seperti ini juga dapat dijawab melalui pendekatan big data.

Salah seorang sejarawan bernama Anthony Grafton sebagaimana dikutip Patricia Cohen (2010) menyatakan bahwa dirinya sangat mempercayai kuantifikasi. Dia juga mengagumi bagaimana bidang digtal humanities telah melakukan kerja-kerja fantastis.

Tetapi dia tidak percaya bahwa kuantifikasi dapat melakukan apa saja karena masalah-masalah kemanusiaan dalam ilmu humaniora adalah tentang pemaknaan, tentang penafsiran. Ini nyaris tak mungkin dilakukan dengan cara kuantitatif.

Bagi saya, hasil pemetaan dengan menggunakan big data dalam studi sastra sebenarnya menyuguhkan sebuah pemahaman tertentu, meskipun belum bisa mendalam sebagaimana cara kerja pendekatan sastra umumnya.

Yang menjadi titik terpenting dalam pendekatan ini bukan pada pemaknaan atas karya atau topik tertentu dalam karya melainkan bagaimana memahami pasang surut produktivitas seorang penulis, kecenderungan tema karya sastra sepanjang sejarah, kecenderungan genre dalam kurun waktu tertentu, dan perkembangan topik maupun genre sastra dari waktu ke waktu.

Maret 2018 lalu saya pernah membandingkan resepsi warganet atas dua sastrawan yang pernah berseteru pada masanya yaitu Hamka dan Pramoedya Ananta Toer melalui sebuah aplikasi khusus milik Google. Hasilnya fantastis.

Terdapat sebuah hasil analisis berupa grafik dalam hitungan detik tentang bagaimana catatan resepsi atas karya maupun tentang eksistensi dua sastrawan tersebut dari tahun 1930 hingga 2015. Pada masing-masing tahun kita dapat mengetahui sumber-sumber yang membuat keduanya banyak diresepsi di internet.

Ahli sastra Indonesia asal Jerman bernama Arndt Graf pada tahun 2007 juga menerbitkan hasil penelitian yang berbasis kritik komputasional. Dia memanfaatkan mesin pencari Google untuk mengukur popularitas sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Internet.

Dengan pendekatan kuantitatif yang diperkaya dengan pendekatan deskriptif, Graf menemukan bahwa novel Bumi Manusia menjadi paling populer dengan disertai lima faktor yang mendukung persepsi atas novel tersebut.

Saya membayangkan, pemanfaatan big data dalam kajian sastra sangatlah signifikan bila ingin mengetahui atau mengukur berapa banyak orang telah membicarakan karya tertentu atau sastrawan tertentu; atau, misalnya, bila ingin mengetahui topik maupun genre apa saja yang paling diminati oleh pembaca.

Bila kelak muncul pertanyaan tentang jumlah novel yang sudah ditulis oleh para penulis Indonesia sejak angkatan Balai Pustaka, kita tentu butuh data seberapa banyak jumlah novel tersebut. Atau, bila ada pertanyaan tentang genre yang paling diminati oleh pembaca Indonesia terhadap novel-novel Indonesia sejak periode Balai Pustaka hingga kini, kita membutuhkan data yang mendukung jawaban atas pertanyaan tersebut.

Pada konteks inilah big data sangat mungkin, penting, dan relevan untuk dimanfaatkan dalam studi sastra yang sudah lama sekali belum memercikkan sebuah revolusi kritik. Tidak berlebihan kiranya bahwa gagasan kritik komputasional ala Moretti akan menjadi pendekatan revolusioner dalam studi sastra di masa mendatang.

*) Mohammad Rokib, pengajar pada jurusan Bahasa Indonesia, FBS, Universitas Negeri Surabaya.
https://beritagar.id/artikel/telatah/tantangan-big-data-dalam-studi-sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt