Indra Tjahyadi
Persoalan cerpen, sebagaimana ragam jenis prosa lainnya seperti novel ataupun novelet, adalah persoalan bahasa. Dalam artian, bagaiamanakah sebuah kejadian atau peristiwa mampu diwujudkan dalam satu kontruksi bahasa naratif.
Ia jelas berbeda dengan puisi yang lebih menekankan diri pada kata. Menyoal hal ini, Wiratmo Soekito, pemikiran sastra Indonesia, pernah mengilustrasikannya dengan cerdas bahwa persoalan seorang prosawan adalah persoalan bahasa sebab ia berada dalam bahasa.
Menurut Wiratmo Soekito, hal ini jelas berbeda dengan penyair yang berada dalam kata. Pada mulanya, ia memaparkan, kata yang mengandung arti diciptakan oleh seorang penyair: kata yang diciptakan itu merupakan mitos, yang setelah "dipotret" oleh seorang prosawan dalam bentuk cerita diteruskan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Inilah, lanjutnya, sebabnya mengapa seorang prosawan (dalam kasus ini adalah seorang cerpenis) berada di dalam bahasa di luar kata.
Tetapi hal ini bukanlah serta-merta berarti bahwa seorang prosawan atau cerpenis, ketika ingin mewujudkan imaji kertaifnya, haruslah mengkontruksikan bahasa naratifnya dengan semangat berlebih-lebihan dalam karya-karyanya.
Bisa saja, sebuah cerpen dihadirkan dengan bahasa yang sangat sederhana, tidak berbelit-belit, ataupun tidak berusaha berindah-indah. Misalnya cerpen-cerpen karya Anton Chekov, O'Henry, Guy de Maupasant, Ahamd Tohari, Umar Kayam, Yanusa Nugroho, ataupun Budi Darma. Pada cerpen-cerpen mereka, kontruksi bahasa narasi yang dihadirkan terasa sangat sederhana, efentif, dan efisien.
Seperti juga pada cerpen-cerpen karya Zen Hae dalam kumpulan Rumah Kawin (Kata Kita, 2004). Pada cerpen-cerpennya, penggunaan bahasa yang lugas, sederhana, dan efektif, begitu ciamik diperagakannya ketika ia mengkonstruksi satu bangunan cerita. Tengok saja "Hikayat Siti Rahima" (2004: 67-74).
Pada cerpen itu, Zen Hae hanya ingin menceritakan riwayat keberadaan sebuah pohon tua yang menurut orang-orang di sekitarnya memiliki biografi yang gaib dan penuh kemukjizatan. Dalam cerpennya ia berbahasa dengan bersahaja sekali. Seperti ketika Zen Hae ingin mengutarakan sisi batin si pohon beserta kenangannya. Cerita mengenai tokoh pohon tua tersebut, oleh Zen Hae seakan terkesan ingin dibahasakannya dengan gaya bahasa yang santai sekali dengan sesekali agak terkesan centil.
Bukan hanya cerpen itu saja. Pengalaman yang sama dapat ditemui dalam cerpen lain. Cerpen "Rumah Kawin", "Taman Pemulung", "Rumah Jagal", ataupun "Kota Anjing". Bahkan pada cerpen "Hikayat Petarung Kampung", pembaca seakan-akan diingatkan pada gaya bahasa penceritaan komik-komik silat.
Selain pada cerpen-cerpen Zen Hae, dalam lapangan percerperan Indonesia, kesederhanaan bahasa narasi juga pada cerpen-cerpen karya M. Arman AZ. Contoh, cerpen "Surat dari Masa Lalu" (Logung Pustaka, 2004: 113-123). Pada cerpennya tersebut, dikesankan Arman, hadir simpul-simpul kontruksi bahasa yang amat sangat sederhana:
Cinta memang sesuatu yang pelik dan rumit untuk dimengerti. Itulah yang kurasakan setelah membaca sepucuk surat dalam amplop biru muda yang dialamatkannya kepadaku. Terlalu banyak yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun setelah kita berpisah dengan seseorang. Tapi, ternyata dia masih teringat pada seorang lelaki sepertiku. (2004: 113).
Dari secuplik kutipan di atas dapatlah dilihat, betapa Arman mencoba menghadirkan bahasa yang sederhana dalam mewujudkan konstruksi narasi. Ia tidaklah berusaha berindah-indah, ataupun berumit-rumit ketika menceritakan sesuatu. Ini mengingatkan pada cerpen-cerpen karya Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulan Kejantanan di Sumbing (Balai Pustaka, 1982).
Dalam kumpulan, Subagio Sastrowardoyo sengaja menggunakan bahasa-bahasa yang efektif dan efisien. Baca baris-baris kalimat pada salah satu cerpen "Kejantanan di Sumbing": Waktu malam di Gunung Sumbing sangat dinginnya. Bagi orang yang baru mengungsi dari kota, hawa dingin itu merupakan momok yang paling mengerikan. Sama dahsyatnya dengan ketakutan kepada tentara Belanda yang mengejar-ngejarnya siang hari. (1982: 17)
Hasif Amini dalam sebuah tulisannya, pernah mengatakan sebuah cerpen yang sekedar hendak bercerita, dan betul-betul bercerita dengan bahasa yang lugas dan terang, jalan cerita yang sederhana dan wajar, dan tokoh-tokoh biasa dalam keseharian, tentu saja sudah memadai, bahkan bisa jadi sebuah cerpen yang bagus. Sebab, kekuatan sebuah atau suatu cerpen terkadang justru muncul dari kesederhanaan tema dan kewajaran cara ungkap, bukan dari kecanggihan ataupun keelokannya.
Meskipun demikian, di satu sisi, ia juga tidak menutup kemungkinan hadirnya cerpen-cerpen yang dimuati kecanggihan ataupun keelokan bahasa. Misalnya cerpen-cerpen Milan Kundera ataupun William Carlos Williams. Menurutnya, jika sebuah cerpen tidak sekedar bercerita, tapi berminat (entah diam-diam atau terang-terangan) menawarkan keelokan dan kecanggihan pikiran serta bahasa, tentu ia menjanjikan pengalaman membaca yang berbeda. Yang bisa terasa demikian asyik dan mengejutkan.
Hal ini lebih dikarenakan dalam cerpen-cerpen semodel tersebut, pembaca tidak hanya akan bertemu sebuah jalan cerita, tetapi dengan sejumlah perayaan kemungkinan narasi yang bisa terbangun dalam pelbagai anasir verbal. Seperti pada cerpen-cerpen karya Danarto, Sony Karsono ataupun cerpen-cerpen karya Riyono Pratikto.
Dalam lapangan percerpenan Indonesia saat ini kecanggihan ataupun keelokan bahasa narasi juga dapat dilihat pada cerpen karya Nirwan Dewanto yang berjudul "Getah" (Jurnal Kalam, No. 15, th 2000: 127-142). Dalam cerpennya Nirwan Dewanto berusaha menghadirkan kecanggihan dan keelokan bahasa:
Bahkan tubuhnya mengelabu, hangus oleh waktu, kainnya yang sama benar dengan kainku tergeletak lusuh di atas jerami. Surga kini tak lagi dapat membedakan sepasang perenung gila itu: keduanya berkilau-kilau keemasan, seluruh cahaya dari segala matahari, bulan, planet dan bintang berekor jatuh di tubuh mereka.(2000: 128).
Hal sama juga dapat kita temui pada cerpen-cerpen Imam Muhtarom, ataupun pada salah satu cerpen Nukila Amal, "Surat Seorang Seniman Tua kepada Anaknya" (Jurnal Kalam, No. 21, th 2004: 113-122). Dalam cerpennya tersebut Nukila Amal ingin memperlihatkan kemampuan dan kekuatan kontruksi bahasa narasi. Dalam artian, ia dapat hadir dengan keelokan dan kecanggihannya yang tak kalah menakjubkannya dengan bahasa puisi: Tubuhnya, terus membisikkan imaji-imaji, tak berhingga. Tubuhnya, juga membisikkan waktu, yang tak berhingga. Sedang ia belum selesai.(2004: 118).
Sampai di sini, dapatlah dikatakan, persoalan cerpen adalah persoalan bahasa. Dalam pemahaman sampai sejauh manakah sebuah basa cerpen mampu hadir dalam kontruksi bahasa narasinya yang ciamik. Meskipun adakalanya, merujuk pada pemikiran Hasif Amini, kecenderungan menghadirkan bahasa yang ciamik tersebut dapat membawa pembacanya dampai pada sebuah oksimoron, yaitu sebuah pesona yang menjemukan.
***
*) Penyair, Staf Pengajar Fakultas Sastra & Filsafat Universitas Panca Marga, Probolinggo.
http://sastra-indonesia.com/2009/07/persoalan-cerpen-persoalan-bahasa/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar