Senin, 03 Mei 2021

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN TERCERAHKAN MELALUI PENDIDIKAN HUMANIORA (2)

: Kepribadian Tercerahkan dalam Dunia yang Berubah
 
Djoko Saryono *
 
Kita memang tidak harus menjadi insan cendekia atau cendekiawan sebagaimana dituntut Benda, Gramsci, Dhakidae, dan lain-lain. Tapi, agaknya, kita perlu menarik substansi ciri atau tanda manusia insan cendekia ke dalam diri dan hidup kita. Dengan kata lain, kita perlu membatinkan dan menginternalisasi berbagai ciri atau tanda manusia insan cendekia menjadi kepribadian kita – yang dapat kita sebut kepribadian insan cendekia, yaitu kepribadian yang bercirikan intelek, rasional, berpengetahuan (berilmu), dan imajinatif; kepribadian yang kuat berpikir, bernalar, berangan-angan, dan menggunakan pengetahuan untuk menjalani dan menjaga metabolisme kehidupan yang sehat. Kepribadian insan cendekia ini dapat dan memang penting kita miliki sekarang – apalagi bagi kita yang menjadi kaum terdidik. Mengapa kita memerlukan kepribadian insan cendekia? Karena perkembangan dunia tampaknya memerlukan kemudi kepribadian insan cendekia sekaligus rasional, spiritual, dan imajinatif. Seperti apakah kecenderungan perkembangan dunia yang memerlukan kepribadian insan cendekia yang tangguh?
 
Sebagaimana kita ketahui, sekarang kita melihat masa depan manusia makin dilanda oleh integrasi dan globalisasi yang makin bertubi-tubi. Anthony Giddens menengarai bahwa globalisasi ini telah membawa dunia dan masa depan manusia berlari kencang tunggang langgang, lepas kendali alias senantiasa mrucut. Manusia di berbagai belahan dunia kini berada dalam runaway world, kata Giddens. Menurut hemat saya, di sini manusia – termasuk kita di Indonesia – akan dihadapkan pada empat kenyataan atau kecenderungan pokok dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu (a) kecepatan perubahan yang demikian dahsyat dan susah diperkirakan jalan, proses, dan dampaknya [termasuk kecepatan perubahan informasi dan isi pengetahuan], (b) kebaruan segala sesuatu yang berlangsung sedemikian cepat dan kilat [termasuk kebaruan informasi dan isi penge-ahuan], (c) keusangan segala sesuatu yang sedemikian cepat dan kuat [termasuk keusangan informasi dan isi pengetahuan], dan (d) kesesaatan segala sesuatu dalam kehidupan manusia sehari-hari [termasuk keseaatan informasi dan isi pengetahuan]. Kecenderungan ini mendorong tumbuhnya budaya pakai-buang.
 
Budaya pakai-buang ini merombak kehidupan kita secara mendasar pada masa sekarang, lebih-lebih pada masa depan. Jika memiliki kemampuan dan kepribadian insan cendekia yang tangguh, maka kita dapat mengarungi globalisasi dengan baik dan selamat secara bermartabat Jika tidak memiliki kemampuan dan kepribadian insan cendekia yang tangguh, kata Alvin Toffler, maka kita niscaya terserang gegar budaya dan atau gegar masa depan (future shock). Gegar masa depan ini ditandai gejala awal berupa adanya pelbagai persoalan psikologis atau antropopsikologis yang mendera manusia, misalnya kepanikan, kebingungan, disorientasi, dan sebagainya. Dengan kepribadian insan cendekia dan rasional kita bisa terhindar dari pusaran arus kompleks masalah antropopsikologis atau neurotis tersebut. Kita bisa berdiri tegak dan hidup bermartabat di tengah dunia yang tunggang-langgang.
 
Berboncengan dengan globalisasi beserta segala eksesnya tersebut kita menyaksikan kapitalisme lanjut berseri-seri merayu-rayu kita – kalau bisa sampai kita terlena. Kapitalisme ekonomi, kapitalisme insan cendekia, dan kapitalisme hiburan merangsek kehidupan kita. Dengan kapitalisme ekonomi keadilan memperoleh sumber-sumber material dinafikan pada satu sisi dan pada sisi lain libido ekonomi kita diumbar sepuasnya (inilah yang disebut libidonomics oleh Baudrillard). Dengan kapitalisme insan cendekia, pengetahuan (ilmu) telah menjadi barang dagangan yang harus dibeli dan kehilangan dimensi kemanusiaan atau kemaslahatan umat sehingga petani harus membeli benih atau kaum miskin tak beroleh manfaat perkembangan bioteknologi. Di pelukan kapitalisme, tiba-tiba pengetahuan (ilmu) berwajah dan bertabiat Franskenstain, Faust, atau Gerandong (Mak Lampir juga boleh). Dengan kapitalisme hiburan, kita menghibur diri sampai mati (istilah Neil Postman); bermacam-macam hiburan (seks, sinetron, film, musik, dan lain-lain) dinikmati terus-menerus.
 
Pendek kata, dalam tiga varian kapitalisme ini pelbagai sendi kehidupan kita dijadikan modal sehingga menjadi komoditas yang laku dan laris dijual yang mendatangkan kapital. Hutan, tanah lapang, air, karya ilmiah, pemikiran, peperangan, rahasia perkawinan, percekcokan dan kegagalan berumah tangga, riwayat hidup, bagian-bagian vital tubuh kita, pakaian-pakaian bekas para bintang, dan lain-lain dikocok-kocok dan disulap menjadi komoditas – menjadi modal dan uang – oleh kapitalisme sehingga bisa mendatang¬kan kapital. Bahkan agama atau keyakinan juga disulap menjadi komiditas. Dalam konteks seperti ini, kita memilih menjadi partisipan atau pihak yang kritis? Menjadi partisipan mungkin memang enak, tapi boleh jadi kita cuma mengejar mimpi. Kalau hal ini sampai kita pilih, dengarlah dendang Iwan Fals://sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli/sampai habis sampai terjual harga diri//. Kalau kita hendak menjadi pihak yang kritis atas perkembangan kapitalisme, maka kepribadian insan cendekia (rasional, spiritual, dan imajinatif) kita harus tangguh.
 
Seiring dengan integrasi, globalisasi dan kapitalisme tersebut, kita juga sedang menyaksikan hadirnya abad pengetahuan. Drucker (1999) dan Stewart (1997) telah mencatat bahwa pada masa sekarang dan lebih-lebih pada masa depan keberadaan, kedudukan, dan peranan pengetahuan sangat vital, strategis, dan utama. Masa depan manusia dikendalikan, malah ditentukan oleh pengetahuan sehingga dunia bergantung pada sekaligus berpilar pengetahuan. Pada abad pengetahuan, semua hal bertumpu dan mempersyaratkan pengetahuan: ekonomi berbasis pengetahuan, pemerintahan berbasis pengetahuan, pekerja berpengetahuan, dan masyarakat pun berpengetahuan. Implikasinya, modal pengetahuan menjadi sangat penting, aset paling berharga, dan sekaligus dibutuhkan oleh semua orang selain modal alam dan modal sosial. Tanpa modal pengetahuan, orang akan terpinggirkan dan menjadi pecundang. Dengan modal pengetahuan yang baik dan kuat, orang akan mampu banyak berkiprah dan menjadi pemenang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Ini menunjukkan bahwa brainware sangat strategis dibandingkan hardware dan software. Namun, modal pengetahuan saja tak cukup; manusia masih memerlukan ketahanan-kemantapan mental-emosional di samping kecakapan mempraksiskan modal pengetahuan dan ketahanan-kemantapan mental-emosional secara sinergis. Sebagai bagian modal pengetahuan, kepribadian insan cendekia, rasional, spiritual, dan imajinatif tentu saja menjadi sangat penting dan aset sangat berharga. Karena itu, sudah sewajarnya kepribadian intelektual dikembangkan secara sungguh-sungguh.
 
Selain argumen atau tiga dasar pemikiran tersebut, bermacam-macam argumen lain tentu saja masih dapat ditambahkan untuk menyimpulkan bahwa kepribadian insan cendekia (rasional, spiritual, dan imajinatif) penting dikembangkan. Kita bisa menambahkan argumen pentingnya kepribadian insan cendekia untuk menyelesaikan kompleksitas permasalahan nasional dan lokal di Indonesia. Misalnya, masalah kontradiksi kebudayaan Indonesia atau kesemrawutan cara berpikir sebagaimana terlihat pada berbagai permasalahan sosial, lingkungan, ekonomi, dan politik yang diselesaikan secara ritual dan simbolis (mengganti istilah, melaksanakan ruwatan, melakukan berbagai upacara, dan salaman elite yang disorot kamera teve); bukannya diselesaikan secara rasional dan imajinatif.
 
Tiga ilustrasi di atas diharapkan sudah cukup untuk meyakinkan kita semua betapa pentingnya mengembangkan (bukan sekadar membentuk!) kepribadian insan cendekia. Persoalannya sekarang, bagaimanakah kita bisa melakukan pengembangan kepribadian insan cendekia sekaligus rasional, spiritual, dan imajinatif? [Lho kok empat? Ya, karena kata Ali bin Abi Thalib dalam 1001 Pintu Ilmu: Filsafat Hidup Pencinta Ilmu: //makrifat itu cahaya hati; ilmu adalah benih makrifat; ilmu itu pelita akal; ilmu itu keindahan yang tidak tersembunyi dan keturunan yang tidak terputus; ilmu itu membantu pikiran//]
 
Bersambung...
 
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.

http://sastra-indonesia.com/2021/05/pembentukan-kepribadian-tercerahkan-melalui-pendidikan-humaniora-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt