Senin, 03 Mei 2021

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN TERCERAHKAN MELALUI PENDIDIKAN HUMANIORA (3)

: Kontribusi Pendidikan Humaniora
 
Djoko Saryono *
 
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, kepribadian insan cendekia (sekaligus rasional, spiritual, dan imajinatif) berpihak kepada kemanusiaan; kebebasan dan kelangsungan hidup manusia. Untuk bisa membela dan menjaga kemanusiaan atau kelangsungan hidup manusia secara berke-lanjutan diperlukan – pertama-tama – ketajaman pikiran, kejernihan akal-budi, kecermatan nalar, kedalaman hati nurani, kepekaan rasa, dan keindahan angan-angan manusia; dan kemudian – kedua – pengetahuan (ilmu) yang mampu mengasah rasa kemanusiaan dan pemikiran kita. Hal ini memerlukan peran penting humaniora. Mengapa demikian? Kata Sartono Kartodirdjo, “Humaniora berperan atau berfungsi sangat strategis dan sentral … karena dapat menggarap dan mengolah rasa kemanusiaan ke arah lebih bermutu. Insan cendekia terkemuka kita, Soedjatmoko, juga berkata bahwa, "... humaniora merupakan sesuatu yang sentral bagi proses pembangunan, dan bahwa banyak penyimpangan yang kini terlihat dalam pembangunan muncul karena diabaikannya humaniora".
 
Hal tersebut menunjukkan, humaniora dapat menjadi instrumen atau wahana efektif pengembangan (atau pembentukan) kepribadian insan cendekia, rasional, spiritual, dan imajinatif karena humaniora memang berurusan dengan keruhanian manusia atau kemanusiaan; bukan berurusan dengan aspek-aspek teknis-analitis dari kehidupan dan peradaban manusia. Humaniora akan mampu menyediakan kerangka insan cendekia, rasional, moral, dan imajinatif bagi pengambilan keputusan atau tindakan manusia yang benar-benar didasari oleh kecermatan pikir, kejernihan nalar, kedalaman hati, dan keindahan rasa. Humaniora juga akan dapat membangunkan kesadaran-kesadaran baru, pikiran-pikiran segar, dan perasaan-perasaan empatik-toleran dalam menanggapi isu-isu atau persoalan kontemporer. Di sinilah, saya kira, kontribusi penting humaniora dalam pengembangan kepribadian insan cendekia.
 
Pengembangan kepribadian insan cendekia melalui humaniora tentu saja melalui proses pendidikan. Ini berarti pendidikan humaniora diorientasikan bagi pengembangan kepribadian insan cendekia, rasional, spiritual, dan imajinatif. Dalam pendidikan humaniora ini, sejarah, antropologi, filsafat, etika, sastra, dan bahasa sebagai bidang-bidang pokok humaniora harus disajikan dan digarap secara sungguh-sungguh. Demikian juga perbandingan agama, hukum, arkeologi, psikologi, sejarah seni, kritik seni, dan kritik ilmu yang juga sering dipandang sebagai humaniora perlu diberikan (bila dipandang perlu). Khusus pendidikan humaniora di perguruan tinggi, rasanya semua mahasiswa – apapun fakultas, jurusan, dan program studinya – layak mendapat pendidikan humaniora yang bersangkutan dengan bidang-bidang yang sudah disebut di atas. Dalam struktur dan isi kurikulum perguruan tinggi perlu dimasukkan bidang-bidang humaniora di atas. Selanjutnya, pendidikan humaniora harus ditempatkan dan dianggap sebagai substansi pendidikan tinggi; pendidikan tinggi tidak boleh hanya menggarap persoalan teknis dan membentuk kemampuan-kemampuan teknis semata, yang ujungnya memenuhi DUDI. Jika hal tersebut terjadi, maka perguruan tinggi menjelma menjadi “bengkel manusia atau toko kelontong pengetahuan semata”. Hal tersebut jelas sebuah reduksi atau simplifikasi hakikat perguruan tinggi.
 
Pendidikan humaniora (pada semua jenjang pendidikan – termasuk pendidikan tinggi) memang penuh tantangan berat, tidak mudah dillaksanakan secara berhasil). Mengapa? Pertama, sekarang kita bukan hanya berhadapan dengan kenyataan dead poet society seperti ditengarai N.H. Kleinbaum, tapi malah dead humaniora society. Masyarakat kita cenderung menyanjung dan menjunjung sains dan teknologi sembari menyepelekan humaniora meskipun bukan sains dan teknologi dalam arti sebenarnya. Tandanya, mereka rabun sastra, berbahasa kacau atau centang-perentang, terjangkiti amnesia sejarah, menjauhi etika, tidak suka baca filsafat, dan mengidap pandangan stereotipis tentang manusia. Sebaliknya, mereka suka nonton telenovela, suka melahap infotainment, gemar baca chicken literature saja, dan sebagainya. Kedua, kita berhadapan dengan kenyataan bahwa pendidikan tinggi – juga perguruan tinggi – telah mengalami McDonaldisasi, bukan hanya industrialisasi. Seperti hukum waralaba McDonald, dalam McDonaldisasi perguruan tinggi ini pendidikan cepat disajikan, cepat dimakan, dan cepatlah pergi setelah habis santapan. Tak pelak, kampus sudah menjelma menjadi perluasan pasar dan proses pendidikan tinggi telah sepenuhnya menggunakan hukum pasar, mengalahkan hukum-hukum penguasaan ilmu.
 
Ketiga, pendidikan humaniora berhadapan dengan kenyataan masyarakat yang makin menghargai teknikalisasi-spesialisasi yang segera dapat dipakai dalam dunia kerja; bukan hidup manusia. Dalam perspektif ini jelaslah pendidikan humaniora tidak memperoleh atmosfer yang nyaman karena akan dianggap buang-buang waktu atau uang mempelajari humaniora. Bisa jadi masyarakat mengembangkan semboyan: no humaniora no cry (analogi lagu No Woman No Cry) sekalipun mereka didera stres, fanatisme, kehampaan makna hidup, dan kekosongan jiwa, dan lain-lain – yang semuanya justru merupakan topik-topik humaniora. Keempat, pendidikan humaniora memerlukan praksis, bukan teori semata; memerlukan teladan dan contoh, bukan perintah. Ini jelas tidak mudah dilaksanakan karena kurikulum pendidikan lebih condong kepada persoalan teknikalistik. Dengan empat tantangan tersebut jelaslah pendidikan humaniora memerlukan “orang-orang keras kepala”; orang-orang yang berani dianggap berteriak di tengah gurun pasir luas.
 
Paparan-paparan di atas telah memperlihatkan bahwa kepribadian intelektual penting dikembangkan karena relevan dengan kelangsungan hidup kita. Humaniora memiliki kontribusi penting dalam proses pengembangan kepribadian insan cendekia tersebut karena ia memang berurusan dengan aspek-aspek yang menjadi karakteristik kepribadian insan cendekia. Untuk itu, pendidikan humaniora layak dikembangkan agar memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan kepribadian insan cendekia. Akan tetapi, masalahnya, pendidikan humaniora belum beroleh tempat dan perhatian dari khalayak. Bahkan ada kecenderungan makin terpinggirkan di perguruan tinggi sekalipun kuantitas kelembagaannya luar biasa banyak melebihi kebutuhan. Karena itu, pendidikan humaniora menghadapi banyak tantangan. Untuk mengatasinya diperlukan para pendidik humaniora yang tangguh dan berdaya tahan tinggi.
 
Sekian dulu, selamat menjalani ibadah puasa Ramadan.

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/05/pembentukan-kepribadian-tercerahkan-melalui-pendidikan-humaniora-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt