surabaya.tribunnews.com, 3 Jan 2012
Hal itu tergambar di dr Ananto Sidohutomo, setelah Lan Fang meninggal 25 Desember 2011 lalu. Penggagas acara Festival Lan Fang, yang diawali dengan pembacaan cerpen karyanya di gedung baru Suara Surabaya Media, Selasa (3/12), itu menyebut Lan Fang ada di dua dunia berbeda. “Dunia sastra dan dunia aktivitas sosial dan kemanusiaan,” kata dokter sebagai owner dan pendiri Bidadariku itu.
Sekitar lima bulan sebelum meninggal, Lan Fang menggelar parade sastra. Acara itu untuk mencari dana bagi seorang sastrawati yang sedang menderita kanker payudara. “Saat itu, Lan Fang, menghubungi saya dan mengkonsultasikan penyakit sastrawan itu. Kemudian saya beri tahu, pengobatannya dan perkiraan biaya,” jelas dr Ananto.
Dengan semangat Lan Fang mendengarkan dan mengharapkan parade sastra yang digelarnya itu bisa membantu sastrawati itu berobat. Dan saat ini, sastrawati itu sudah operasi dan sedang menjalani kemoterapi untuk proses penyebuhan.
“Dan ketika Lan Fang meninggal, ternyata penyebabnya adalah kanker hati dan kanker tulang, yang penyebab primernya adalah kanker payudara,” ungkap dr Ananto.
Tapi Lan Fang tidak pernah mengeluh, atau mengungkapkan penyakitnya itu. Padahal sejak kenal dengan Lan Fang, dr Ananto sudah langsung mengajak Lan Fang menjadi aktivis di Bidadariku. Dengan penyebab kematian Lan Fang itu, dr Ananto menduga, Lan Fang sudah terkena kanker payudara itu sejak dua atau tiga tahun lalu.
“Pilihannya untuk menyembunyikan penyakit itu. Tapi ini menunjukkan betapa mulianya hidup Lan Fang, dia berusaha membuat hidupnya bermanfaat, meski sebenarnya dia sedang menderita,” tandas dr Ananto.
Sementara itu, acara pembacaan cerpen dan puisi karya Lan Fang yang digelar kemarin, menampilkan beberapa tokoh yang hadir untuk membacanya. Diantaranya, Wakil Gubenur Jatim, Saifulah Yusuf atau Gus Ipul, anggota DPR RI Indah Kurnia, Direktur SS Media Erol Jonathan, Johan Budhi Sava dari TB Togamas, Jl Diponegoro, Ina Silas dari House of Sampoerna, M Shoim Anwar dari Unesa, penulis Surabaya Suparta Brata, dan lain sebagainya. Cerpen karya Lan Fang yang dibacakan berjudul Qiu Shui Yi, Bai She Jing, dan Malam-Malam Nina.
Hadir pula dalam acara itu, Gatot S Santoso, wakil ketua INTI (Indonesia Tionghoa) Jatim. Gatot yang tampil sebagai pembuka acara, menyebut INTI sangat kehilangan Lan Fang. “Pertama, Lan Fang adalah bagian dari pengurus INTI. Dia adalah aset yang luar biasa, dengan sosoknya yang tidak sekedar orang China,” kata Gatot. Lan Fang juga sosok yang ringan tangan dan bisa mengenalkan INTI kepada luar komunitas Tionghoa.
Saat hari terakhir disemayangkan di Yayasan Adi Jasa, Gatot terkejut dengan banyaknya sahabat Lan Fang, yang datang dari berbagai kalangan. “Dia adalah seorang Indonesia. Tidak hanya seorang Tionghoa dan Budhis,” tandas Gatot.
Festival Lan Fang sendiri akan berlangsung hingga 11 Maret 2012 mendatang. Kegiatannya meliputi talkshow di stasiun televisi lokal tentang Lan Fang pada 5 Januari, baca puisi karya Lan Fang di Bidadariku, Jl Trunojoyo 63 pada 8 Januari, dan musikalisasi di Matchbox Too, Jl Jawa 33 pada 5 Februari. Tanggal 16 dan 17 Februari, bedah novel “Perempuan Kemban Jepun” di perpustakaan kota Malang, dan lain sebagainya.
***
http://sastra-indonesia.com/2012/01/kenang-lan-fang-lewat-festival-lan-fang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar