Sutejo *
Kompas, 26 Jan 2004
Diskursus korupsi di sekolah, yang dimuat Kompas beberapa waktu lalu,
sangat menarik untuk direspon masyarakat agar korupsi sebagai salah satu jenis
“penyakit mematikan” itu tidak berkembang biak di sekolah. Kalau Budiyana di
harian ini (Kompas, 12 Januari 2004) setengah “menyangkal” atas “gugatan”
Syukur Budiardjo, yang mensinyalir guru sebagai pelaku korupsi di sekolah yang
dimuat sebelumnya (Kompas, 15 Desember 2003), boleh jadi itu hanya semata
perbedaan persepsi dan cara pandang.
Namun, terlepas dari itu semua, polemik tersebut mengingatkan saya akan
“laporan” Indonesia Corruption Watch (ICW) yang mengungkapkan sejumlah sekolah
di Jakarta dan Jawa Barat yang diduga tidak transparan dalam mengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (Kompas, 7 November 2003). Hal ini terjadi
karena kewenangan masih terpusat di kepala sekolah. Sementara, komite sekolah
yang mestinya melakukan kontrol justru melegitimasi pungutan-pungutan dari
masyarakat tanpa disertai pertanggungjawaban. Investigasi ini dilakukan selama
enam bulan terakhir pada sejumlah SD, SMP, dan SMU.
Sebagaimana kita sadari, korupsi di sekolah dilakukan dengan jalan
memanipulasi perbelanjaan sekolah yang dibebankan kepada orangtua murid,
manipulasi dana PMR, penulisan ijazah, rapat guru, dan lain-lain sebagaimana
juga disinyalir ICW. Diakui atau tidak, guru dan kepala sekolah sebagai pelaku
korupsi di sekolah menarik untuk didiskusikan. Bagaimana untuk mengatasi
korupsi itu di lingkungan sekolah? Hal ini mengingat sekolah merupakan benteng
pembentukan mental siswa didik untuk tidak bersikap koruptif. Untuk inilah maka
tulisan ini menawarkan semacam solusi antisipatif (kuratif) atas terjadi
korupsi di sekolah.
***
Pertama, sekolah harus dikelola secara transparan dan akuntabel. Pemikiran
ini menyaran pada bagaimana semua program sekolah dan pendanaan (sumber,
distribusi, dan pertanggungjawaban) dilakukan secara terbuka. Artinya,
program-program yang dimunculkan di sekolah diawali dengan analisis kebutuhan
masyarakat, dirancang menjadi program, diajukan ke komite sekolah, baru
diputuskan menjadi program sekolah.
Salah satu kelemahan yang terjadi selama ini, kecenderungan kepala sekolah
masih berpola “kekuasaan”, bukan play maker yang demokratis. Maka, tidak jarang
ia dilingkari oleh orang-orang yang ABS, brutus, dan ingin memanfaatkan demi
kepentingannya. Tidak heran jika sekolah demikian rawan konflik dan iklim
komunikasi warga sekolah terhambat. Program sekolah tidak dikawal bersama,
sebaliknya, saling “menjegal” dan sinis terhadap kreasi dan kebijakan sekolah.
Dalam konteks ini maka sebaiknya sekolah memiliki sistem komunikasi dengan
orangtua, masyarakat, dan komite sekolah dalam hal program dan
pertanggungjawaban keuangan. Jika dimungkinkan, sekolah dapat membuka website
khusus untuk komunikasi dengan stakeholder-nya. Seorang calon kepala sekolah di
Ponorogo sebelum memimpin salah satu sekolah negeri favorit, pernah
merencanakan ini, tetapi setelah setahun berjalan hanyalah isapan jempol.
Padahal, dana yang dikelola dari masyarakat tidak dapat dikatakan sedikit.
Terkait dengan bentuk korupsi guru yang disinggung Syukur Budiardjo, di
mana korupsi guru yang mencakup korupsi waktu, korupsi (manipulator) nilai,
pedagang dan calo barang jasa, pembeli jabatan, dan koruptor dana, maka, kedua,
dibutuhkanlah reformasi dan revitalisasi mental guru dan insan sekolah lain.
Artinya, jika guru terpaksa harus menjual buku kepada siswa, jangan dijadikan
“obyek sampingan” yang justru mengesampingkan kualitas di satu sisi, dan jangan
mengorbankan idealisme di sisi yang lain. Hanya hati nuranilah tampaknya yang
dapat berperan awal dalam mengatasi kecenderungan korupsi jenis ini.
Ketiga, perlu adanya pertanggungjawaban balik sekolah kepada masyarakat
(akuntabilitas). Jika ini dilakukan, maka kemungkinan permainan uang (korupsi)
di sekolah dapat ditemukan. Minimal, mereka berhitung atas apa yang dilakukan
atas keuangan sekolah. Akuntabilitas, sebagai poin pertama, harus difasilitasi
oleh sistem komunikasi dan kran keterbukaan yang baik. Masyarakat dalam konteks
ini dapat mempertanyakan bagaimana uang yang disumbangkan kepada sekolah
tertentu, dipergunakan untuk apa, dengan cara-cara bagaimana, dan sejauh mana
hasilnya atas finansial yang telah dikeluarkan.
Keempat, perlunya revitalisasi komite sekolah. Sebagaimana diusulkan
Budiyana, komite sekolah memang dapat dioptimalkan sebagai pengontrol sekolah.
Sebab, hakikatnya komite sekolah merupakan organisasi pendamping dalam
mendorong peran serta masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Di sinilah
pentingnya memberdayakan peran dan fungsi komite sekolah sebagaimana
disosialisasikan Mendiknas melalui lampiran keputusan Mendiknas Nomor
004/U/2002 Tanggal 2 April 2002. Maka, peran komite sekolah harus mencakup: (a)
sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (b) sebagai pemberi pertimbangan
(supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c) sebagai pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitasi
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan (d) sebagai
mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.
Fungsi komite sekolah sebagai pengontrol (controlling agency) itulah yang
akan mendorong terciptanya transparansi dan akuntabilitasi penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Komite sekolah, karena itu, bukan
lagi sebagai stempel (legalisasi) di tubuh sekolah. Ia memiliki hak penting
untuk terlaksananya pendidikan di institusi sekolah secara bersih dan bebas
korupsi.
Jika idealisme kontrol komite sekolah ini diterapkan, secara teoritik
sangat bagus. Namun, dalam praktiknya sekarang ini mereka tidak jauh berbeda
dari BP3 yang sebelumnya ada. Kesalahan awal yang terjadi adalah karena
perekrutan kepengurusan komite sekolah sendiri tidak proporsional dan
profesional, dan tidak jarang hanya formalitas. Tidak mengherankan jika komite
sekolah sering dikritisi masyarakat sebagai format baru BP3.
Kelima, perlunya semacam lembaga independen semacam education watch di
daerah, yang secara khusus akan melakukan kontrol mandiri terhadap lembaga
sekolah di satu sisi; dan melakukan advokasi kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Lembaga ini akan menjadi lembaga yang independen, yang terlepas
dari berbagai kepentingan pihak-pihak tertentu. Fokus utamanya, tentu advokasi
kepada masyarakat, baik itu masyarakat sekolah maupun masyarakat yang secara
finansial terkait langsung dengan sekolah.
Akhirnya, mudah-mudahan sinyalemen yang dimunculkan ICW dan Syukur
Budiardjo di awal tulisan ini akan menjadi “lampu kuning” bagi sekolah dan
guru, kemudian ada kesadaran dari berbagai pihak untuk ikut mengawal
terbebasnya institusi luhur pembangunan moral itu agar bersih dari korupsi. Di
sinilah dibutuhkan masyarakat yang kuat, cerdas, dan berani menuntut hak-haknya
atas lembaga pendidikan yang tidak memberikan “layanan” selayaknya. Apalagi
mengindikasikan “tanda-tanda” koruptif.
***
*) SUTEJO, Guru SMU Bakti Ponorogo, Anggota Komite Sekolah SMU Negeri 2
Ponorogo. https://sastra-indonesia.com/2013/04/mengatasi-korupsi-di-sekolah/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar