Rabu, 14 Juli 2021

Tangan Tak Punya Air Mata

Djoko Pitono *
jawapos.com
 
MENGAPA banyak pemimpin tidak adil, korup, dan lebih memikirkan kepentingan sendiri? Salah satu jawaban atas pernyataan itu, mereka tidak membaca karya-karya sastra yang baik. Tidak percaya? Anda lihat sendiri di sekeliling Anda. Amati mereka. Kalau perlu, buat semacam penelitian secara sederhana.
 
Sebaliknya, banyak pemimpin terkemuka yang merupakan pembaca sastra yang baik. Entah sejarah, biografi, surat-surat, puisi, atau cerita-cerita fiksi.
 
Mengapa sastra sangat penting? Menurut novelis Inggris C.S. Lewis (1898-1963), sastra menambahkan (sesuatu) pada realitas, tidak hanya melukiskannya. Sastra memperkaya kompetensi penting yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, sastra mengairi kehidupan kita yang telah berubah menjadi gurun pasir. Pujangga terkemuka Jerman Johann Wolfgang von Goethe secara tersirat menyalahkan para pemimpin ketika sebuah bangsa mundur. “Mundurnya sastra menunjukkan mundurnya sebuah bangsa,” kata Goethe.
 
Alexander Solzhenitsyn, pengarang Rusia pemenang hadiah Nobel Sastra 1970, mengatakan, hanya ada pengganti pengalaman yang tidak kita punyai, yakni seni dan sastra. Sementara itu, Alfred North Whitehead (1861-1947), filsuf dan ahli matematika Inggris, menegaskan, “Hanya dalam sastra pandangan konkret tentang kemanusiaan memperoleh ekspresinya.”
 
Tetapi, itu kan omongan para sastrawan? Mari kita ambil contoh salah seorang pemimpin terkemuka Amerika Serikat, Jimmy Carter. Selain dikenal sebagai presiden ke-39 AS, Carter adalah pemenang hadiah Nobel Perdamaian 2002. Dia juga pensiunan laksamana.
 
Bila kita perhatikan kehidupan Carter 30 tahun terakhir, betapa besar perhatiannya pada isu-isu keadilan. Saat militer Amerika menyerang Iraq, Carter sangat sedih. Dia bahkan marah atas kebijakan keras Amerika di bidang keamanan setelah serangan terhadap WTC, New York, pada 11 September 2001.
 
Sejak menjadi presiden AS pada 1976, Carter dikenal sebagai pemimpin yang gigih memperjuangkan perdamaian di berbagai negara yang dilanda konflik. Adalah Carter yang memungkinkan perdamaian antara Mesir dan Israel setelah para pemimpin kedua negara berunding berhari-hari di Camp David. Namun, Carter justru dimusuhi lobi Israel yang merasa dirugikan sehingga dirinya tersingkir dalam pemilu 1979 oleh Ronald Reagan. Meski begitu, semangat Carter tak pernah surut dalam memperjuangkan perdamaian.
 
Berita besar terakhir yang menyangkut Carter terjadi pada 2006, saat dirinya menerbitkan buku Palestine: Peace Not Apartheid. Dalam buku yang diterbitkan Simon and Schuster itu, Carter mengkritik keras berbagai kebijakan Israel atas rakyat Palestina. Buku tersebut dikecam keras oleh Israel dan lobi Israel. Tetapi, pendirian Carter tetap kukuh.
 
Orang-orang mungkin bertanya, apa yang membuat hati Carter begitu halus dan peka? Jawabannya ternyata terkait dengan kedekatan Carter dengan dunia sastra, terutama karya penyair Dylan Thomas. Rasa kagum Carter pada sajak Dylan Thomas bermula di sebuah karung pupuk. Pada 1954, di bengkel belakang pabriknya, pengusaha kecil di Plains, Georgia duduk di atas karung itu dengan penuh perhatian.
 
Sebenarnya, laki-laki yang juga dikenal sebagai petani kacang tersebut agak iseng. Saat itu pembeli tidak banyak dan dia sendirian, lalu membaca sebuah kumpulan karya penyair modern. Tiba-tiba dia tertarik oleh sebuah nama yang sebelumnya tidak dikenalnya, Dylan Thomas, yang hidup mulai 1914 hingga 1953.
 
Seperti ditulis Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir 11 Februari 1978, Carter sebenarnya tidak memahami puisinya. Tapi, sebuah baris sajak tersebut memukau dia. “After the first death, there is no other (Setelah kematian pertama, tak ada lagi yang lain).”
 
Sejak saat itu, Carter sangat ketagihan membaca puisi-puisi Thomas, menelaah, dan mendiskusikannya. Pada 1974, saat menjadi gubernur Negara Bagian Georgia, petani kacang tersebut bahkan menggelar beberapa pertemuan di gedung legislatif. Sekitar 12 senator negara bagian itu diundang untuk mendengarkan rekaman suara Thomas yang membacakan puisinya.
 
Goenawan menulis, aneh memang. Thomas, penyair Welch yang sakit-sakitan serta dibelit utang dan alkohol, yang kemudian mati di New York pada usia 39 tahun, bukanlah penyair untuk para senator. Puisinya bukan puisi politik, juga tak ada protes sosial. Namun, puisinya memukau karena kata-katanya secara simultan menggetarkan bunyi dan melontarkan kekayaan gambaran ke dalam hati.
 
“Sulit menghubungkan sajak-sajak Dylan Thomas dengan pemerintahan praktis,” kata Carter, yang saat itu menjadi presiden AS, kepada penyair Harvey Shapiro, editor The New York Times Book Review yang menemuinya di Gedung Putih pada 15 Mei 1977.
 
Carter terus mengingat sebaris sajak Thomas yang fenomenal, “Hands have no tears to flow…(Tangan tak punya air mata yang akan mengalir…)”
 
Bagi Carter, apa arti baris itu? Apa pula arti kata-kata Thomas yang dia kutip dalam kata pengantar otobiografinya?
 
Great to the hand that holds dominion over.
 
Man by a scribbled name.
 
Carter mengatakan, “Bagi saya, itu berarti seorang kuat dengan daya terobos yang kukuh terhadap sebuah bangsa… dapat bersifat tak sensitif (kepada perasaan orang lain).”
 
“Terpisahnya kekuasaan dari rakyat kadang tak diketahui para pemimpin yang kuat. Sifat tak peka yang memang sudah terkandung dalam uap kekuasaan seharusnya merupakan peringatan bagi kita…” kata Carter pula. Hands have no tears to flow.
 
Goenawan benar. Salah satu potensi baik dalam diri Carter adalah kecenderungannya bertanya tentang keadilan. Mengutip ahli teologi Kristen Reinhold Niebuhr, Carter mengatakan bahwa tugas sedih politik adalah harus membangun keadilan di dunia yang penuh dosa. “Kapasitas manusia untuk berbuat adil mengakibatkan demokrasi mungkin; kapasitas manusia untuk sewenang-wenang mengakibatkan demokrasi perlu,” ucapnya.

*) Jurnalis dan editor buku. http://sastra-indonesia.com/2010/03/tangan-tak-punya-air-mata/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt