Selasa, 27 Juli 2021

Sajak di Kampung dan Kafe-kafe

Tulus Wijanarko, Olivia Kristina Sinaga, Syaiful Amin, Faidil Akbar
majalah.tempointeraktif.com
 
SUATU hari pada tahun 2000. Di sebuah warung Internet di Depok, Gratiagusti Chananya Rompas duduk mencangkung di depan komputer. Tangannya memencet-mencet papan tombol, mengisi kolom-kolom pada tampil-an Yahoogroups. Anya, begitu ia biasa dipanggil, be-lum lama kenal Internet. Tetapi ia tahu, di ranah maya ini bisa terbentuk ruang diskusi. Ia memilih Bunga Matahari sebagai nama milis.
 
Selama beberapa waktu, milis itu hanya beranggotakan dua orang. Anya dan temannya, Danar Pramesti. Keduanya adalah mahasiswa Universitas Indonesia penyuka puisi. Bunga Matahari semula mere-ka bangun sebagai ajang rendezvous pertukaran puisi antar-mereka. “Sebelum di milis, kami tuker-tukeran puisi kalau ketemu di kampus,” kata Anya.
 
Kini, enam tahun kemudian, Danar sudah bekerja di bidang periklanan. Dan Anya baru saja kelar kuliah S2-nya di Universitas Stirling, Skotlandia. Ke-dua sahabat itu tak berubah, tetap menulis puisi. Tetapi- yang tak sama lagi adalah milis Bunga Matahari (Buma). Jumlah anggotanya kini sekitar 600 orang. Belum lama ini Buma meluncurkan kumpulan puisi pertama mereka, Antologi Bunga Matahari.
 
Jangan cari penyair bernama dalam buku itu. Tak ada Sutardji Calzoum Bachri, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, atau Acep Zamzam Nor. Para penulis Buma tak pernah dikenal di dunia sastra tanah air. Kebanyakan bahkan menggunakan nickname-Pepsi-_golda, Sihirhujan, Skeptical_jo, Yohihup, Stormix_jungle, Bercaspa, Redi@nfield, plus sederet nama ajaib lainnya. Datang dari manakah “makhluk-makhluk” itu? Pada halaman identitas penulis, terungkap bahwa kebanyakan mereka adalah kalang-an profesional: perancang grafis, periklanan, perbankan, staf manajemen artis, konsultan arsitektur, otomotif, aktivis LSM, ada juga pemain band.
***
 
PUISI dan sastra tiba-tiba menjadi akrab. Di ranah- Internet, sastra menjadi membumi. “Saya pertama kali belajar menulis puisi di Buma. Makin sering nulis, makin ingin terus belajar,” kata Festi Noverini, seorang peserta milis yang bekerja di kantor manajemen artis. Seno Gumira Ajidarma dalam pengantar buku itu menyebut gejala ini sebagai keberhasilan sosialisasi sastra. “Prestasi sosialisasi sastra tercapai- ketika kesan sastra (sebagai sesuatu) yang kurang gaul dihancurkan. Sastra menjadi sesuatu yang sehari-hari saja,” katanya.
 
Kata kuncinya adalah komunitas. Selain berinteraksi di milis, Buma juga memiliki Kebun Kata-acara bulanan pembacaan puisi yang digelar di kafe-kafe. Selain Buma, ada pula milis sastra lainnya seperti Penyair, Bumi-manusia, Puisi Kita, Gedong Puisi, Musyawarah Burung, Apresiasi Sastra, Cerpen Indonesia, Sastra Pembebasan, dan sebagainya.
 
Perjalanan milis Penyair cukup unik. Semula milis- ini “dimiliki” dan dimoderatori Nanang Surya-di, seorang penyuka puisi dari Malang. Belakangan, milis ini dikelola oleh Yayasan Multimedia Sastra (YMS), lembaga yang didirikan sesama aktivis milis.
 
Soal peralihan “kepemilikan” ini, ada ceritanya. Awalnya ada posting dari seorang anggota milis yang minta dukungan dana agar bisa berangkat ke Amerika Serikat. Ia baru saja menang dalam sebuah kompetisi penulisan puisi- di sana. Tapi duit cekak. Perserta milis lainnya trenyuh.
 
Maka, bertemu daratlah beberapa anggota yang sebelumnya tak saling kenal. “Akhirnya kita sepakat membentuk suatu badan yang bisa mengayomi bakat-bakat muda seperti ini,” kata Medy Loekito, mantan Presiden YMS. Lembaga inilah yang kemudi-an me-ngelola milis Penyair, situs Cybersastra.net, dan menggelar berbagai kegiatan sastra. Dari sini komunitas terbentuk.
 
Mei 2001, komunitas ini meluncurkan antologi puisi pertama mereka, Graffiti Gratitude: Sebuah Antologi Puisi Cyber. Pada saat itu ikut pula diperkenalkan situs Cybersastra.net kepada khalayak. Sejumlah kalangan menyebut momentum ini sebagai semacam “proklamasi” sastra cyber.
 
Tahun-tahun berikutnya, YMS kembali menerbitkan antologi dari beberapa genre sastra. Misalnya: Cyber-Graffiti (kumpulan esai), Graffiti- Imaji (antologi cerpen-pendek), Les Cyberlettres (puisi), dan Cyberpuitika (lihat, Hutan Kata dari Internet).
 
Seperti Buma, anggota komunitas milis Penyair da-tang dari pelbagai kalangan. “Saya kira lebih dari 60 persen anggotanya dari kalangan profesional,” ka-ta Yono Wardito, Presiden YMS yang menggantikan- Me-dy Loekito. Yono adalah eksekutif di bidang teknologi informasi di Balikpapan. Hingga pertengahan Fe-bruari, anggota milis Penyair sekitar 2.600 orang.
 
Milis lainnya adalah Apresiasi Sastra (Apsas). Dijaga oleh sembilan moderator, secara rutin mereka menggelar pembahasan karya-karya anggotanya secara online. Tidak hanya itu, Apsas juga menggelar berbagai workshop yang berkaitan dengan dunia kata-kata.
***
 
TAK semua orang bisa menghargai komunitas sastra Internet ini-meski harus diakui kualitas pu-isi atau prosa mereka banyak yang biasa-biasa saja. Sutardji Calzoum Bachri mengkritik keras mutu sastra- cyber pada peluncuran Graffiti-Gratitude tahun 2001. Penulis Ahmadun Y. Herfanda di sebuah koran Ibu Kota mengibaratkan sastra cyber sebagai tong sampah. Resistansi masih berlanjut ketika Antologi Puisi Digital diluncurkan pada 2002. Beberapa penyair di Yogyakarta dan Bandung memandang skeptis. Tapi ini tak menciutkan nyali penggiat sastra cyber. “Puisi adalah milik semua orang,” kata Anya. “Ini milis asyik-asyik saja, kok. Yang penting teman-teman merasa pede menulis puisi.”
 
Menurut penulis Linda Christanty, pada dasarnya setiap orang ingin menulis puisi. “Lalu setelah itu se-lalu ada keinginan untuk berbagi,” kata pengarang- kumpulan cerpen Kuda Terbang Mario Pinto ini. Linda bersama Eka Kurniawan adalah pendiri mi-lis Bumi Manusia (lihat, Sejumlah Oasis Sastra Vir-tu-al-)-.
 
Sejatinya, milis sastra dipergunakan untuk mewadahi hasrat penulis yang karyanya tak lolos terbit di media cetak. Selain itu, menurut Saut Situmorang, penulis Yogyakarta, sastra ini menjadi “perlawanan” terhadap media cetak yang kerap menjadi “pembaptis” para penulis. Mereka yang karyanya pernah muncul di koranlah yang berhak menyebut diri penyair atau penulis. Jika lahan koran hanya bisa memuat lima dari 1.000 puisi yang masuk, “Tidak berarti 995 puisi lainnya itu sampah, kan?” kata Medy Loekito.
 
Tumbuhnya komunitas sastra ini disambut gembira Jamal D. Rahman, seorang pekerja harian di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Menurut dia, komunitas yang menyandarkan kegiatannya di dunia maya itu membuka kemungkin-an bagi sosialisasi sastra lebih jauh. Berbagai milis sastra dan situs sastra baginya adalah medan di mana orang-orang bisa saling berekspresi melalui sastra. “Karya sastra yang dulu terasing menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat kita,” katanya.
***
 
BICARA sosialisasi sastra, sebuah cerita datang dari Desa Ciloang, Serang, Banten. Di lahan seluas 1.000 meter, di kompleks Hegar Alam, ada sebuah komunitas yang menjadikan kesusastraan aktivitas sehari-hari. Inilah Rumah Dunia, yang dirikan pasang-an suami-istri Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) dan Tias Tatanka.
 
Rumah Dunia, yang didirikan pada 1990-an, mela-tih anak-anak desa menulis. “Mere-ka dilatih menulis puisi dan jurnalistik,” ujar Gola Gong. Selain itu-, ada pula latihan teater dan seni rupa. Semua gratis.
 
Untuk menggerakkan aktivitas itu, Gong dibantu sahabat-sahabatnya, antara lain Toto St. Radik, Firman Venayaksa, Qizink La Aziva, Ade, Piter Tamba, Indra Kesumah, Ibnu Adam Avicena, dan Deden. Ha-silnya, lumayan. Dalam tiga tahun terakhir, beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen pernah diterbitkan Rumah Dunia. “Mereka jadi lebih percaya diri,” kata Gola Gong.
 
Gagasan mendirikan Rumah Dunia berawal ketika Gola Gong kuliah di Universitas Padjadjaran, Ban-dung, 1982. Idenya terkesan muluk: mereka ingin terlibat dalam per-ubahan masyarakat. “Saya bukan yang- paling berkemampuan secara finansial, tapi sa-ya terdorong untuk memulai.”
 
Maka, dengan modal perpustakaan milik ayahnya. Harris Sumantapura, seorang pensiunan guru, dimulailah langkah itu. Tekad itu disokong oleh Tias Tantaka. Rumah Dunia kini menjadi semacam padepok-an bagi mereka yang ingin menggeluti sastra dan kesenian. Mereka datang dari berbagai kalangan. Termasuk guru-guru setempat yang ingin meluaskan wawasan dalam bidang tulis-menulis, seni rupa, dan teater.
 
Rumah Dunia terus bergerak. Sebuah perhelatan yang diberi tajuk Ode Kampung, Temu Sastrawan se-Kampung Nusantara, awal Februari lalu, menjadi arena mengasah kemampuan menulis dan bersastra-. Ada diskusi, ada pula pembacaan puisi dan pentas kesenian. Pelbagai penulis diundang, di antaranya Gus tf. Sakai (Payakumbuh), Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung), Saut Situmorang (Yogya-karta), Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya), dan Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta). Selain itu, datang pula 12 mahasiswa dari Universitas Sriwijaya.
 
Hujan sesekali mengguyur arena acara. Tetapi itu tak mampu membendung keakraban yang tumbuh di antara seniman dan masyarakat sekitar. Tidak ada jarak. Semua merasa “Ode Kampung” adalah wujud keprihatinan bersama: jalan-an yang rusak, harga gabah yang ren-dah, lampu penerangan jalan yang byar-pret, dan budaya mem-baca yang sangat kurang. Dari Bu-nga Matahari hingga Rumah Dunia. Sastra menyusup dari kafe gemerlap hingga kampung-kampung.

06 Maret 2006 http://sastra-indonesia.com/2012/05/sajak-di-kampung-dan-kafe-kafe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt