Minggu, 01 Agustus 2021

Duel di Ruangan 203

Wildan Nugraha
ruangbaca.com
 
Ayo buku, baca mataku! (“Duel”, Joko Pinurbo)
 
Sebuah film populer remaja, Freedom Writers, cukup bagus dan praktis memerikan hal-hal seputar dunia literasi. Membincangkannya saya kira baik buat melihat perilaku membaca dan menulis yang teralami dengan serius tapi menyenangkan. Diangkat dari kisah nyata, Freedom Writers menceritakan pengalaman Erin Gruwell (diperankan Hilary Swank) dan murid-muridnya di SMA Woodrow Wilson, Long Beach, California, Amerika Serikat, pada 1990- an. Waktu itu di sana sedang terjadi kekerasan geng dan ketegangan rasial. Mudah menyulut keributan hebat dengan isu perbedaan warna kulit.
 
Alkisah, Erin Gruwell adalah ibu guru baru mata pelajaran bahasa dan sastra. Di Wilson itu kali pertamanya dia mengajar. Wajah mudanya yang menggelora dan sumringah di hari awal masuk kelas sontak berubah saat mengetahui anak-anak didiknya bengal dan hampir pemberang semua, membandel dan melawan. Mereka berkelompok sesuai warna kulitnya. Si kulit hitam tidak mau akur dengan si kulit kuning atau dengan murid kulit hitam lainnya yang berbeda kelompok (geng), apalagi dengan siswa kulit putih tulen.
 
Kehidupan mereka keras di luar sekolah, yang terbawa-bawa ke sekolah. Ada yang baru mendekam atau bahkan sudah terbiasa dengan penjara anak-anak sejak bocah. Banyak yang hampir hanya mengerti bahasa rudin: kata-kata kasar, pelecehan dan kekerasan seksual, obatobat terlarang, bergabung dengan kelompok geng tertentu dengan inisiasi pukulpukulan sampai berdarah-darah, hingga letusan pistol dalam menyelesaikan masalah. Dan masih banyak lagi.
 
Dan si ibu guru awalnya hampir tidak mengerti. Tapi dia bukan orang yang pesimistis dan fatalistis, ternyata. Tidak seperti kebanyakan staf sekolah dan guru lainnya yang sepertinya sudah mentok mengulik pendidikan di tempat itu –setelah berlaku beberapa tahun sebuah aturan pembauran sehingga murid-murid “kelas bawah” yang kebanyakan kulit berwarna bisa masuk.
 
Berawal dari satu insiden, yakni sebuah gambar muka seorang berkulit hitam yang bibirnya dimoyongkan beredar dari bangku ke bangku untuk menghina seseorang, kelas sekonyong-konyong berbelok membahas holocaust. Bukan membahas, tepatnya, tapi Si Ibu seperti tiba-tiba saja kepikiran tentang tragedi kemanusiaan itu buat memojokkan perangai buruk siswa-siswanya. Mungkin karena dramatisasi dan sofistifikasi filmis, perdebatan itu membuat otot rahang jadi tegang tapi indah dan menyentuh, dan beberapa siswa perempuan menangis: tahu apa kamu, hei guru kulit putih! Tapi agak konyol, setelah berargumen berpilin-pilin dan menyentil polah buram seputar rasialisme, dan kelas menjadi hening, seseorang mengangkat tangan. Dia bertanya ragu apa itu holocaust sebenarnya. Dan ternyata semua murid banyak omong tidak tahu apa makna kata itu.
 
Semangat pendidikan literasi dalam film karya sutradara Richard Lagravenese ini kian jelas tatkala Gruwell mengarahkan anak-anak didiknya menggauli teks dengan intensif tapi mesra, menyenangkan. Meski sulit dan berbusabusa bagi Gruwell, teks lantas perlahan-lahan menjadi sesuatu yang terlibat dalam hidup mereka: anak-anak itu membaca dan kemudian menulis dengan sungguh-sungguh.
 
Diarahkan oleh lbu Gruwell untuk penasaran dengan holocaust dan sebuah geng bernama Nazi, yang ternyata fasis dan amat sangat tidak humanis, mereka pun membaca Catatan Harian Anne Frank. Si Ibu memang cerdik. Terjadilah proses identifikasi. Mereka merasa sama dengan Anne Frank, tengah menghadapi dunia yang mengimpit, mengancam, meneror dengan gilanya. Namun, seperti Anne, mereka jadi percaya diri untuk bisa terus hidup menatap masa depan yang cerah gara-gara membaca dan menulis.
 
Ya, tentu saja tidak sesederhana itu. Yang menonton film keluaran 2006 ini mungkin bisa mengerti bagaimana segerombolan murid bengal jadi keranjingan menulis catatan harian. Kepada buku hariannya masing-masing, mereka mengisahkan diri sendiri apa adanya. Tentang masa kecil yang kebanyakan penuh teror, keluarga yang berantakan kayak tembikar pecah, harapan yang seakan terus saja menjauh seperti batas cakrawala bila dikejar.
 
Ya, barangkali, dengan menulis pelan-pelan mereka menjadi lebih mengenali identitas diri sendiri sebagai manusia. Pelan-pelan, ada yang sadar untuk pulang ke rumah dan kembali tersenyum kepada ibunya setelah lama memilih tinggal di jalanan karena amarah: semacam polah rekonsiliasi berkat, salah satunya, persentuhan dengan dunia literasi. Ada yang diam-diam membuang pistolnya ke selokan. Ada yang tidak lagi mengagung-agungkan gengnya sendiri meski jadi dimusuhi. Dan di room 203 (nomor ruangan kelas mereka di Wilson), mereka menjadi sebuah keluarga. Di antara mereka tak ada yang tidak saling kenal satu dengan Iainnya.
 
Tertarik lebih jauh oleh wacana holocaust, mereka bersama-sama berkunjung ke Museum Toleransi Simon Wiesenthal di New Port Beach. Di sana mereka mendapatkan cerita sejarah yang mengenyangkan tentang bencana rasialisme. Tidak berhenti di sana, Ibu Gruwell memfasilitasi mereka untuk bisa bertemu dengan korban-korban yang selamat dari kekejaman Nazi di kamp-kamp konsentrasi. Mereka yang sudah pada sepuh itu duduk-duduk di sebuah restoran mewah, membagikan pengalaman pahit yang sudah lalu dengan menawan kepada generasi yang lebih muda, yang diam-diam haus hal-hal mencerahkan.
 
Tidak berhenti di sana, Ibu Gruwell menukar tugas menulis ulasan buku Anne Frank dengan menulis surat ke Miep Gies –perempuan yang menolong keluarga Anne bersembunyi dari kejaran Nazi –yang masih hidup di Eropa. Saking semangatnya, mereka pun keukeuh ingin mengundang Miep Gies berkunjung ke Wilson buat mengisi sebuah acara bincang santai. Didukung koran lokal dalam menyebar kabar, mereka menggelar pelbagai acara untuk pengadaan dana: hari kuliner, bazar barang-barang, konser musik amal –sesuatu yang sangat luar biasa bila melihat mereka beberapa bulan sebelumnya antara satu dengan lainnya sangat saling sinis.
 
Ya, di titik itu, sebuah kesadaran kolektif yang positif telah terbangun dengan mantap. Di titik itu, peran mengonsumsi dan memproduksi teks sangat besar (teks yang ternyata bukan hanya tulisan): lingkungan adalah teks, perang antargeng adalah teks, diri sendiri adalah teks, Anne Frank adalah teks; masa lalu, masa kini, dan masa depan adalah teks yang senantiasa menunggu untuk dihidupkan, diperjuangkan, diwarnawarnikan.
 
Demi menghidupkan kesadaran kritis seperti itu, di pertengahan-awal film, kita melihat Ibu Gruwell merayu muridmuridnya yang sudah jinak-jinak merpati: “Semua orang punya kisahnya masing- masing. Dan amatlah penting menceritakan kisahmu sendiri untuk diberikan kepada diri sendiri. Jadi, apa yang akan kita lakukan adalah menulis setiap hari di dalam jurnal. Kalian boleh menulis apa pun yang kalian mau. Masa lalu, masa kini, masa depan. Atau kalian boleh menulis lagu, puisi, hal bagus, hal buruk. Apa pun. Tapi kalian harus menulis setiap hari. Siapkan pena di dekatmu kapan pun kalian punya inspirasi. Buku-buku ini takkan dinilai. Aku takkan membacanya kecuali kalian izinkan…”
 
Sebagai projek terakhir sebelum lulus dari Wilson, Ibu Gruwell meminta semua tulisan mereka diketik rapi, dikumpulkan menjadi satu bundel naskah. Projek itu tanpa tujuan muluk pada awalnya; hanya sebuah upaya pendokumentasian dan penegasan bahwa mereka pernah ada di sana, sebelum harus berpencar dan melanjutkan hidup masing-masing. Harus ada yang diutarakan dalam bentuk karya, minimal buat konsumsi bersama mereka internal. Tapi pada 1999, bundelan itu berhasil terbit menjadi sebuah buku yang beredar luas, berjudul The Freedom Writers Diary. Dengan kesadaran literasi yang kritis, mereka, The Freedom Writers, di ruangan 203 itu saya kira dengan cantik telah mengalami sebuah “duel” (teringat sajak mini Joko Pinurbo: Ayo buku, baca mataku!) dan sukses keluar dari lingkaran kekerasan sehari-hari yang banal dan rawan.

*) Alumnus Faperta, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bergiat di Forum Lingkar Pena Band. http://sastra-indonesia.com/2010/04/duel-di-ruangan-203/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt