Minggu, 01 Agustus 2021

ruangguru: Guru yang Tak Tergantung

Judul : Tergantung Guru
Penulis : I Nyoman Tingkat
Tebal : i-viii, 270 halaman
Penerbit : Arti Foundation
Tahun : November 2009
Peresensi: I Made Sujaya
balipost.com
 
JUDUL buku “Tergantung Guru” (TG) ini mengingatkan kepada buku karya A Teeuw yang menjadi salah satu “buku suci” dalam studi sastra yakni “Tergantung pada Kata” (TpK). Buku terbitan Pustaka Jaya tahun 1980 itu berisi kumpulan kajian mendalam Teeuw atas sajak-sajak sejumlah penyair terkemuka Indonesia. Barangkali judul buku Teeuw itulah menginspirasi Nyoman Tingkat untuk menggunakan TG sebagai judul bukunya.
 
TG merupakan buku kedua Nyoman Tingkat setelah buku pertamanya, “Berguru dalam Jejak Sastra” (BDJS). Seperti halnya buku pertama, TG juga sebuah buku kumpulan tulisan. Ada 50 tulisan yang dimuat dalam TG yang sebagian di antaranya telah dimuat di Bali Post dalam kurun waktu 2002-2008. Ke-50 tulisan dalam buku ini dibagi dalam tiga tema: pendidikan (20 tulisan), budaya (16) dan sastra (14).
 
Agen Perubahan
 
Dalam TG, Tingkat mengemukakan pandangannya bahwa guru sebagai faktor penting dalam pembangunan bangsa. Guru merupakan agen perubahan. Mengutip wejangan Kepala SPG Negeri Denpasar di era 1980-an, W.D. Duarsa, masa depan bangsa berada di tangan guru. (hal.6).
 
Tulisan-tulisan Tingkat dalam TG lebih mengedepankan spirit tiada putus berguru, kapan saja, di mana saja. Ketika berkunjung ke Yogyakarta, Tingkat tak lupa memanfaatkan kesempatan itu untuk berguru (“Berguru ke Yogyakarta Soal Pendidikan”, “Yang Tercecer dari Perjalanan ke Yogyakarta” serta “Vibrasi Inspirasi Kawasan Malioboro”). Ketika Kota Singaraja berulang tahun, Tingkat juga melihat momentum untuk berguru (“Berguru ke Singaraja”).
 
Tingkat juga menyediakan ruang dalam dirinya untuk berguru kepada tradisi (“Cerita Pengalu dari Bukit Badung”, “Tradisi Munuh yang Hilang”, “Memaknai Tradisi Ngulur di Kaki Pulau Bali”). Tingkat juga berendah hati untuk berguru pada alam (“Menangkap Sasmita Alam”). Terlebih lagi kepada sastra (karya sastra maupun sastrawan) yang dijadikan Tingkat sebagai sahabat paling dekat. Yang paling puncak tentu saja berguru kepada diri sendiri, berguru dari kedalaman hati.
 
Seorang guru tidak hanya dituntut rendah hati untuk tiada henti berguru, tetapi juga seorang guru yang “mudah terangsang”. “Rangsangan” itu kemudian menjelma menjadi kegelisahan kreatif. Dikatakan sebagai kegelisahan kreatif karena kegelisahan itu ditumpahkan ke dalam tulisan.
 
Dengan menulis, seorang guru menjadi guru di ruang kelas yang terbatas, tidak pula menjadi guru hanya selama hayat dikandung badan. Dengan menulis, seorang guru memberi jalan bagi dirinya untuk menjadi guru pada ruang kelas yang tak terbatas yakni masyarakat. Tulisan-tulisannya yang dipublikasikan secara meluas menyebabkan seorang guru menjadi guru masyarakat, guru loka, guru masyarakat.
 
Tak hanya itu, dengan menulis, seorang guru akan dikenang sebagai guru sepanjang masa, melampaui batas usianya. Tulisan-tulisannya akan menjadi dokumen sejarah yang akan disimak generasi masa mendatang, bertahun-tahun, belasan tahun, berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun kemudian. Dengan menulis, guru telah membuat berumah dalam sejarah. Seperti diungkapkan Pramudya Ananta Toer, “Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah”.
 
Guru Menulis
 
Budaya menulis dinilai Tingkat sebagai salah satu jalan agar guru bisa mewujudkan gagasan sebagai agen perubahan. Seperti dikatakan Scholes, scribo ergo sum yang artinya “aku menghasilkan tulisan, karena itu aku ada”. Ini merupakan analogi atas aksioma Descartes, cagito ergo sum (aku berpikir, karena itu aku ada) (hal.3). Walaupun, diakui Tingkat, melakoni budaya menulis harus dijemput dengan kesediaan diri untuk bergelut dengan jalan sunyi.
 
Terlebih lagi kini, kompetensi dalam bidang penulisan bagi seorang guru menjadi persyaratan pokok. Seorang guru yang hendak tersertifikasi atau naik pangkat mestilah memiliki karya tulis. Namun, menulis hendaknya tidak dilakukan karena semata-mata dan pertama-tama untuk kepentingan sertifikasi atau kenaikan pangkat seperti yang kini menggejala di kalangan guru-guru. Menulis merupakan sebuah proses belajar, proses berguru. Artinya, seorang yang ingin memiliki kemampuan menulis yang baik mestilah bersedia untuk berproses, penuh dedikasi dan disiplin.
 
Tulisan-tulisan Tingkat dalam TG juga memperlihatkan daya kritis yang tinggi terhadap lingkungannya. Hal ini yang menyebabkan Tingkat sebagai guru yang tak tergantung. Tingkat menjadi guru yang mandiri dan merayakan kebebasan dalam memaknai segala hal yang dialami dan diamatinya.
 
Simak saja tulisan-tulisannya yang mengritisi sistem dan fenomena dunia pendidikan, kesemarakan ritual dan kepunahan tradisi masyarakat Bali serta hajatan tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang menjadi ikon Bali. Menariknya, kritik Tingkat itu terelaborasi dengan baik dan tersampaikan secara etis sehingga tidak berpretensi menyakiti perasaan orang lain. Tingkat benar-benar menyadari kekuatan bahasa dan sastra lalu memanfaatkannya dengan efektif untuk menyampaikan gagasan kritisnya.
 
Sampaikan Pesan
 
Melalui TG, Tingkat memang sedang menyampaikan pesan agar guru tak selalu tergantung dalam melakoni jalan pilihan sebagai guru. Sebagai misal, tatkala mengajar, guru semestinya tak semata-mata tergantung kepada kurikulum tetapi mencoba membuka ruang bagi inovasi dan kreativitas.
 
Begitu juga melakoni kegiatan menulis, seyogyanya guru tak tergantung pada waktu adanya sertifikasi atau kebutuhan kenaikan pangkat. Menulis mestilah dilakoni sepenuh hati sebagai sebuah panggilan hati. Guru mesti memaknai menulis sebagai bagian tradisi keilmuan yang patut dijalaninya. Yang paling puncak tentu saja pemaknaan bahwa guru mengajar dan mendidik tak tergantung batas-batas ruang kelas. Guru seyogyanya tidak hanya menjadi guru di dalam kelas, tetapi juga ribuan warga di tengah-tengah masyarakat.
 
Guru yang tak tergantung juga berkaitan dengan kemandirian atau kebebasan dalam memaknai apa yang tersaji dalam hidup dan kehidupan ini, termasuk dunia pendidikan yang dilakoni sang guru. Dengan daya kritis melalui budaya menulis, guru tidak mesti menjadi pengonsumsi pemikiran dan kemampuan orang saja, tetapi juga mampu secara cerdas mengonstruksi pemikiran sendiri melalui tradisi olah pikir yang tak pernah berhenti.
 
Sebagai sebuah kumpulan tulisan, agak sulit untuk mendapatkan pembahasan yang utuh dalam buku ini. Seperti lazimnya buku kumpulan tulisan atau bunga rampai, pembaca diajak bertamasya pemikiran serba sedikit. Namun, sebagai sebuah produk pikiran, sebuah buku, betapa pun sebagai kumpulan tulisan, merupakan sebuah monumen yang pantas untuk diapresiasi.
 
Kontribusinya dalam pembentukan karakter bangsa tidaklah bisa dibilang kecil. Buku TG malah layak direkomendasikan untuk dibaca, tidak saja oleh para guru, pelajar dan mereka yang bergelut di bidang pendidikan, tetapi juga para pengambil kebijakan. Suara-suara kritis dari sudut pandang seorang guru semacam Nyoman Tingkat penting untuk diperhatikan.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/12/guru-yang-tak-tergantung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt