Minggu, 01 Agustus 2021

NOVEL DENGAN SEMANGAT GURU SEJATI *

Maman S. Mahayana **
 
Fakta adalah realitas yang terjadi dalam kehidupan ini. Sastra coba mengangkat realitas itu tidak sebagaimana adanya. Ia telah mengalami proses pemilahan dan pemilihan, seleksi dan rekayasa. Maka, realitas dalam sastra adalah fiksional. Ia seolah-olah realitas an sich. Padahal sesungguhnya realitas itu hanya berlaku dalam karya itu sendiri. Tak ada hubungan wajib pembaca mempercayainya atau tidak. Ia bebas diperlakukan apa saja. Sastra jadinya bagai bangunan yang bahan-bahannya dapat kita kenali berdasarkan fakta yang pernah atau mungkin terjadi.
 
Novel Sedimen Senja (Jakarta: Penerbit Kompas, 2006; 192 halaman) karya SN Ratmana bolehlah kita tempatkan sebagai contoh kasus yang menarik, bagaimana pengarang coba mempermainkan fakta-fiksi. Sebagai fakta, keberadaan novel itu tentu saja faktual dan kita dapat menikmatinya untuk berbagai kepentingan. Sebagai fiksi, tidak dapat lain, kita mesti menempatkan fakta di dalamnya itu telah mengalami proses fiksionalisasi. Pengarang melalui imajinasi dan kecendekiaannya, mencampurbaurkan segala bahan itu sedemikian rupa. Boleh jadi, sebagian peristiwa dalam novel ini diambil dari pengalaman pengarangnya sendiri atau pengalaman orang lain yang pernah didengarnya. Tentu saja semua pengalaman itu telah mengalami proses pemolesan dan perekayasaan agar terbentuk sebuah kehidupan: kehidupan fiksional.
 
Kesan hendak menempatkan novel itu sebagai “sejarah” pengarangnya itu seperti sengaja ditekankan sebagai siasat untuk mengecoh pembaca. Periksa saja bagian (1) “Kado Ulang Tahun” yang di bagian akhirnya ditutup dengan surat yang seolah-olah segala bahannya berdasarkan fakta yang pernah terjadi: jangan-jangan itu pengalaman pengarangnya sendiri. Siasat itu dimunculkan lagi pada bagian (14) “Temu Kangen” yang menghadirkan perdebatan tokoh Yitno dan Aji, tentang peristiwa faktual dalam novel mantan gurunya itu. Meski perdebatan itu seputar tokoh Yono yang dicitrakan agak negatif, pengarang tampaknya sengaja menghadirkan peristiwa itu untuk memberi kesan faktual. Dengan demikian, sangat mungkin pembaca akan melakukan identifikasi tokoh Aji, guru matematika sebagai SN Ratmana (pengarang), guru fisika. Siasat bercerita yang mengingatkan saya pada novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja dan Anak Tanah Air karya Ajip Rosidi.
***
 
Novel Sedimen Senja bagaimanapun juga tetaplah sebagai karya fiksi. Meski begitu, secara sosiologis, ia seperti merepresentasikan semangat zamannya tentang sisi lain kehidupan guru. Di sinilah, pengalaman masa lalu pengarang menghadirkan semacam slide yang mewartakan kehidupan guru sekitar akhir tahun 1960-an sampai dasawarsa 1970-an. Sebuah potret yang tergeletak di pojok ruangan. Pengarang lalu memungutnya, membersihkannya dari segala debu, membingkainya dengan figura yang lebih baru, dan menggantungkannya di ruang tamu. Seperti sedimen yang mengendap sekian lama, tiba-tiba mencair, mengaliri obsesi yang lalu membentuk sebuah narasi. Ia sepatutnya dijadikan tugu peringatan, sebuah monumen berupa novel tentang serangkaian nostalgia yang indah bagi para pelakunya.
 
Dari sudut pandang itu, latar waktu dan peristiwa yang dihadirkan dalam novel itu, kontekstual pada zamannya, dan terasa membentangkan jarak yang jauh jika kita mengaitkannya dengan situasi sekarang. Perhatikan saja hubungan “percintaan” Hermiati-Aji yang penuh kesantunan, malu-malu, dan normatif. Berpegangan tangan bagi Hermiati adalah peristiwa dahsyat dan terindah dalam percintaan “Platonisnya” dengan Aji. Sebaliknya, bagi Aji, keindahan itu terasa kurang pas, lantaran Hermiati belum jadi muhrimnya. Seperti pisang ranum yang memancarkan selera, ia hanya akan mengupas dan merasakan kenikmatannya, jika pisang itu telah menjadi miliknya yang sah. Tidak sekadar sah secara sosial, tetapi juga sah secara agama.
 
Keindahan peristiwa itu tetap bertahan lantaran keduanya terus-menerus menghidupkannya kembali dalam batin. Jika berpegangan tangan dan saling meremas jari itu saja sudah menjadi peristiwa luar biasa, maka kata “peluk” maknanya akan jauh lebih mendalam dari itu. Sebuah percintaan zaman itu yang menempatkan norma sebagai perisai; agama sebagai bagian tak terpisahkan dari aturan main kehidupan.
 
Dalam konteks sekarang, percintaan model itu mungkin saja dianggap kuno. Tetapi itulah potret zaman. Pengarang tak berpretensi mendesakan semangat zaman itu berlaku untuk percintaan sekarang. Ia sekadar sebuah potret nostalgia masa lalu. Mungkin tampak kusam, tetapi tak salah pula jika ditempatkan sebagai cermin. Maka, bangunan cerita dalam novel itu berkutat seputar tokoh Aji-Hermiati. Penghadiran tokoh Yono yang kemudian menjadi suami Hermiati, memungkinkan kedua tokoh itu (Aji-Hermiati) merangkaikan kisah perjalanan hidupnya sendiri-sendiri.
***
 
Jika karya sastra diyakini sebagai ekspresi dan sekaligus juga representasi ideologis pengarang, maka Sedimen Senja seperti mewartakan itu. Toleransi, sikap, pandangan hidup, dan harapan ideal atas kehidupan, terpancar di sana-sini menjiwai karakter tokoh-tokohnya. Hermiati, misalnya, di awal cerita digambarkan agak pendendam. Belakangan, ia tampil sebagai sosok guru yang penuh tanggung jawab, punya integritas atas profesinya dengan dedikasi yang tinggi dalam usahanya memajukan dunia pendidikan. Yono yang “merebut” Hermiati dari Aji, juga tetap digambarkan sebagai sosok guru yang baik dan bertanggung jawab. Utari, siswi yang nakal, pada akhirnya “dikebalikan” lagi ke jalan yang benar, meski ia tak sempat meminta maaf kepada Hermiati, guru yang pernah disakitinya. Bahkan, Pak Kromo, sang dukun, dicitrakan sebagai paranormal yang menjunjung keadilan.
 
Dalam konteks itu, potensi konflik dan kekayaan pengalaman pengarang yang sesungguhnya bisa menjadikan novel ini menjadi salah satu monumen penting dalam perjalanan novel Indonesia, tidak dieksploitasi secara paripurna semata-mata demi kepentingan mengusung tema. Latar belakang kehidupan keluarga Hermiati yang tak jelas agamanya, Yono yang konon aktif dalam kegiatan politik, Pak Kromo yang hidup dalam dunia klenik, semua dibiarkan begitu saja dan tidak dimanfaatkan untuk membangun konflik. Demikian juga tokoh Aji dengan latar belakang kehidupan pesantrennya. Ada kesan, pengarang tak hendak mengulangi kasus cerpen “Kubur” yang menghebohkan itu. Ia telah memilih masa lalu sebagai nostalgia yang indah. Dan sebagai guru, kenangan paling indah lainnya adalah ketika sejumlah mantan muridnya mengapresiasi pengabdian dan dedikasinya sebagai guru. Sekadar pengakuan bahwa ilmu yang telah ditanamkannya, berbuah segala kebaikan berupa prestasi, reputasi, karier, kekayaan, dan pangkat bagi para mantan muridnya itu. Sekadar legitimasi, bahwa dedikasi dan pengabdiannya tak sia-sia.
 
Sedimen Senja telah merepresentasikan ruh guru sejati. Ia tak berkhotbah, tetapi peristiwa di dalamnya mengajari kita tentang etika korps, percintaan yang santun, toleransi, dan dedikasi. Jika ingin lebih dari itu, jadilah pengarang agar ada tambahan reputasi dan kebanggaan pada diri sang murid (dan mantan murid).
 
Tahniah untuk guru sejati: Pak Suci! Saya bukan mantan muridnya, namun tak dapat menyembunyikan kebanggaan saya atas prestasinya sebagai pengarang piawai!
 
Msm/06/03/2006
 
*) Pengantar Diskusi dalam Peluncuran Novel Sedimen Senja karya SN Ratmana (Jakarta: Penerbit Kompas, 2006, 192 halaman), diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki,.6 Maret 2006, Pukul 15.00-18.00.

**) Pengajar Fkultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok. http://sastra-indonesia.com/2010/07/novel-dengan-semangat-guru-sejati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt