Selasa, 02 Juli 2013

Abdoel Moeis dan Hari Sastra

Beni Setia *
Lampung Post, 28 April 2013

AKHIRNYA, di Bukittinggi, Minggu (24/3/2013), Wakil Menteri Pendikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryarti resmi menatapkan 3 Juli sebagai Hari Sastra Indonesia –dengan berpatokan ke hari kelahiran Abdoel Moeis. Jadi tak heran kalau momentum pengumuman resmi itu dilakukan di kompleks SMAN 2 Kota Bukittinggi, yang dulu pernah jadi tempat sastrawan Abdoel Moes bersekolah. Sesuatu yang rasanya terlalu dicari-cari–agar acara itu dilakukan di Bukittinggi–, dengan melupakan fakta Abdoel Moeis itu tidak tamat Stovia. Kenapa tak di Bandung yang lama jadi tempat Abdoel Moeis bermukim, bergaul, dan berproses kreatif?

Jawabannya mungkin faktor Taufiq Ismail yang menjadi sponsor penetapan itu–sehingga Maklumat Hari Sastra pun dibaca Upita Agustine. Di luar isu provinsial nan menggelikan, sesungguhnya penetapan itu bisa diperdebatkan–ini terlepas dari fakta salah karya Abdoel Moes, Salah Asuhan, merupakan novel fenomenal, karena berani bersiterang mempertanyakan keabsahan pendidikan Barat bagi orang Minang, dalam menjaga harmoni budaya dan adab Timur yang selalu bersendi agama dan menghargai orang tua. Setidaknya lingkaran Jurnal Boemi Poetra menganggap pemilihan 3 Juli itu tidak tepat karena Abdoel Moes dianggapnya bukan sastrawan Indonesia yang diakui secara internasional.

Karena itu, lewat release di TBJT Solo belum lama ini, mereka lebih memilih 6 Februari sebagai Hari Sastra Indonesia. Tanggal 6 Februari ini dipilih dengan merujuk hari kelahiran Pramudya Ananta Toer, seorang sastrawan yang dianggap sangat tegas memihak rakyat dengan menggarisbawahi keserakahan kolonialisme Belanda dan ide oprtunisme penguasa lokal yang selalu memilih laku asal senang sendiri dengan terus menjaga status quo sebagai penguasa di antara pemerintahan kolonial dengan rakyat pribumi, dengan menggarisbawahi pederitaan rakyat yang dieksploitasi kolonialisme Belanda dan separuh dikorbankan penguasa feodalistik Jawa, dan dengan memilih dan menggarisbawahi tokoh lokal non-priyayi yang tegar melawan Belanda meski selalu kalah. Spririt nasionalisme tragis Pram itu dianggap bisa menggugah, serta dikuatkan fakta karya-karyanya diakui secara internasional–jadi tidak terlalu memalukan kalau Hari Sastra Indonesia jatuh pada 6 Februari.

Kita tak tahu persis, kenapa Pemerintah lebih memilih 3 Juli, dan bukan merujuk ke 22 April, hari kematian Chairil Anwar, yang di selama ini selalu dijadikan pijakan banyak komunitas sastra, sebagai momen buat melakukan kenduri sastra, dengan titik tekan pada puisi dan eksplorasi Chairil Anwar dalam mencari pengucapan puitik yang amat personal–karenanya telah diangankan sebagai Hari Puisi Indonesia. Mungkin di belakang itu semua ada lobi, dan lobi Taufiq Ismail mungkin sangat jitu, sedangkan si yang ingin menjadikan hari kelahiran Pram sebagai Hari Sastra Indonesia secara resmi tak ada yang berani. Terlalu riskan membawa ide itu ke Pemerintah–setelah di selama ini kita dikondisikan untuk selalu curiga kepada segala sesuatu yang bersipat ideologi kiri, dan terlebih menyangkut orang-orang komunis yang tergabung dalam PKI.

Tapi, apa sesungguhnya peranan Hari Sastra Indonesia, bagi sastra dan sastrawan Indonesia, kalau itu baru akan dilaksanakan pertama kalinya di tiga bulan mendatang? Itu pertanyaan paling utamanya. Jadi, di luar itu semua, saya bisa menerima bila 3 Juli ditetapkan sebagai Hari Sastra Indonesia–saya tidak ada diundang ke penetapannya di Bukittinggi, yang katanya diawali oleh pembacaan Maklumat Hari Sastra Indonesia–, karena alasan praktis pragmatik. Mau atau tidak mau, Pemerintah cq Kementrian dan dilaksanakan oleh Dindikbud nasional dan yang di bawahnya mempunyai agenda buat merayakan Hari Sastra pada setiap tahunnya, dan karenanya akan terpaksa mengingat nasib sastra dan sastrawan Indonesia. Setidaknya setelah seorang Wiendu Nuryati itu menggoyahkan kesuntukan kreatif penciptaan sastrawan Indonesia, yang personal itu, dengan ide sertifikasi sastrawan.

Kini, ada yang bisa dilakukan dengan aplikasi ide sertifikasi sastrawan, dengan keberadaan dana tahunan yang dicadangkan di pos perayaan Hari Sastra Indonesia itu. Panggillah, sebagian kecil dari dana itu siapa tahu dipakai untuk memperhatikan nasib sastrawan Indonesia yang sudah tak punya etos mencipta secara kreatif. Suatu tali asih sekali seumur hidup. Selain peruntukan tunjangan kreatif, berupa dana buat residensi, atau penulisan kreatif, bagi sastrawan muda, dengan melihat potensi kreatif mreka via pengusulan kurator terpilih, atau pengajuan proposal si yang bersangkutan. Selain bea siswa bagi mahasiswa level magister dan doktoral, yang mau mendalami kritik sastra (Indonesia) di PT terpilih. Dan di atas semua itu, ada upaya penggalakan sastra lewat menunjang penerbitan buku sdan penyebarannya ke perpustakaan daerah dan sekolah lewat proyek pembelian buku-buku sastra Indonesia mutakhir.

Di titik itu, Hari Sastra Indonesia itu ditetapkan pada tanggal berapa serta bulan apa, yang dirujukkan pada hari kelahiran atau kematian–bahkan itu perkawinan atau perceraian–sastrawan apa dan yang menulis karya dengan level macam apa sudah tak penting lagi. Yang pokok itu niat baik Pemertintah untuk memsiperhatikan dinamika penciptaan kreatif sastra Indonesia di satu sisi, serta upaya untuk menunjang stamina penjelejahan kreatip si sastrawan potensial Indonesia di sisi lain yang paling penting. Jadi kesepahaman saya itu tidak sekadar fakta kalau Abdoel Moeis itu lama tinggal di Bandung, dan bahkan meninggal di Bandung, 1959–sama seperi Marah Roesli, yang selain menulis novel Sitti Nurbaya juga membanggakan orang Bandung karena punya cucu musisi fenomenal Harry Roesli. Bahkan Abdoel Moeis itu aktif memperkenalkan khazanah sastra Sunda ke khazanah sastra Indonesia, dengan mensiterjemahkan novel Pangeran Kornel, karya R. Memed Sastrahadiprawira.

Masalahnya, siapa tahu mereka itu cuma berkebun tebu di bibir, mencadangkan dana yang pencairannya bisa dilakukan untuk keperluan lain dengan alasan yang amat lain-lain. Bila sudah sampai di titik ini, semua sastrawan Indonesia harus bersisepakat menulis dengan satu tema tunggal: kongklikong dan korupsi. Atau justru itulah tema antoloji puisi, prosa, dan esei kajian karya fiksi sastra bertema korupsi yang telah ada untuk penanda Hari Sastra Indonesia yang pertama? Atau ada atau tak ada Hari Sastra Indonesia sastra dan sastrawan Indonesia memang harus memprioritaskan karya yang bersemangat antikorupsi. Kitu!

*) Beni Setia, pengarang
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/04/abdoel-moeis-dan-hari-sastra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt