Jumat, 06 Desember 2013

Membangun Kultur Sekolah melalui Profesionalitas Guru

Agus Prasmono *

Apakah betul, guru sebagai pembangun kultur sekolah? Di sini perlu diingatkan kembali, untuk mereposisi guru sebagai figur dan agen perubahan sosial (agent of social change) di masyarakat. Gurulah motor penggerak perubahan di sekolah. Apakah yang lain tidak perlu mengadakan perubahan. Tentu jawabnya bukan begitu. Adakah di dunia ini yang abadi? Semuanya mengalami perubahan, yang kekal hanyalah perubahan itu sendiri.

Berbincang mengenai kultur, harus dipahami sebagai budaya; wujud perilaku insan dalam hidup bermasyarakat. Dan masyarakat itu, sekumpulan individu bersegala aktivitas dari makhluk sosial. Individu yang “hidup” akan senantiasa hidup pula (baca: berubah). Perubahan kian cepat, bila manusia yang berperan jadi penggeraknya juga melaju dinamis. Orang yang cerdas (bukan pandai saja), punya trik-trik yang membuat hidupnya dinamis. Sebaliknya yang dungu (maaf terlalu kasar), selalu senang kemapanan yang dialami, apa pun bentuknya. Sedangkan yang cerdik-pandai, terus membuat perubahan di dalam hidupnya.

Apa saja yang harus berubah?

Berbicara perihal perubahan dalam pendidikan, pada dasarnya itulah esensi kultur sekolahan. Masih banyak perubahan yang harus dilakukan di dunia pendidikan. Pertama, cara berpikir atau pola pikir. Pola pikir patut berubah searah memperbaharui setiap saat, seiring pertumbuhan masyarakat serta kemajuan jaman. Pendidik adalah ilmuwan. Walau guru bukan satu-satunya sumber ilmu bagi siswanya, dan kini sudah berubah pula; sebagai fasilitator pembelajaran, maka patutlah cerdas. Sulit rasanya menghasilkan siswa cerdas dari guru yang tidak cerdas. Kabar menggembirakan dari LPTK (Universitas bekas IKIP), belakangan animo alumni SMA melanjutkan ke FKIP mengalami perkembangan luar biasa, sehingga LPTK bisa merekrut calon mahasiswanya yang berkualitas. Jika mahasiswa FKIP cerdas, berarti nantinya pendidikan akan diemban orang-orang yang dapat mencerdaskan.

Kedua, tindakan. Guru sebagai pendidik seyogyanya bisa dijadikan panutan (pemberi contoh), atau setiap perbuatannya patut mencerminkan keteladanan bagi siswanya. Guru tetap menjadi yang “digugu dan ditiru” :idiom itu perlu dibakukan. Selama ini, banyak tindakan guru yang kurang menggambarkan teladan yang baik. Mulai dari kasus perjudian, manipulasi, perselingkuhan, dan pelanggaran hukum lain.

Ketiga, kebiasaan. Sudahkah kebiasaan yang diciptakan memantulkan nilai-nilai luhur yang berdasarkan moralitas agama yang ada di republik ini? Ketika P-4 masih didewakan di negeri ini, dianggapnya semua nilai luhur berdasar Pancasila serta termuat di dalamnya. Mereka lupa, bahwa dalam kandungannya, ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa; menempatkan agama di atas segalanya. Dengan kata lain, Pancasila mengakui agama sebagai sumber kebenaran paling utama, dan manusia Indonesia harus ber-Tuhan yang Esa.

Keempat, perubahan penampilan. Dulu, guru identik dengan pakaian abu-abu yang lusuh, sepatu jarang disemir, tas model tas “modin” seolah jadi trade mark. Guru, sepantasnya merubah penampilannya. Tidak perlu bawa banyak buku, cukup laptop tentengannya. Kalau guru belum punya laptop, berarti belum siap berubah, karena perubahan terbesar ada di alat teknologi tersebut. Penampilan fisik dan pakaian pun, patut senantiasa yang pantas.

Kelima, keberhasilan. Kini, guru harus terpandang sebagai seorang yang berhasil. Berhasil mendidik siswanya, sehingga menghasilkan siswa yang cerdas, dan terus meningkatkan prestasinya setiap tahun. Juga berhasil mendidik anak-anaknya sendiri. Bahkan, dengan tunjangan profesionalisme, tidak aneh jikalau guru bisa dikatakan berhasil secara ekonomi, tanpa harus memanipulasi kuitansi, pun menanti dana kontinjensi yang tak kunjung tiba.

Keenam, nilai dan keyakinan. Dalam hal ini guru tidak harus merubah nilai dan keyakinan yang ada, tetapi justru menjadi benteng terakhir terhadap pelestarian nilai serta keyakinan siswanya. Gempuran pada hancurnya nilai luhur bangsa ini terus datang bertubi-tubi dengan bentuk dan model berbeda, dan guru pantas berwaspada terhadapnya. Guru harus menjadi benteng bagi siswanya yang bimbang oleh perubahan membingungkan, bahkan kadang datang terlalu cepat, sehingga sulit beradaptasi dengan perubahan itu sendiri.

Ketujuh, perubahan interaksi. Dahulu, guru sering ditakuti siswanya. Dihormati, karena takut dan sungkan. Sekarang bukan jamannya. Hubungan yang elegan antara siswa dan guru harus terus ditumbuhkan secara mesra. Jangan sampai ada jarak di antara siswa dengan gurunya; lewat membangun komunikasi keilmuan, komunikasi pribadi, dan persoalan yang dihadapi siswanya. Kalau guru betul-betul jadi tempat curahan hati siswanya, itulah yang akan disegani, sebab bisa memecahkan batu permasalahan siswanya.

Guru yang bisa menjadi pembangun kultur

Pertama, guru yang siap berubah. Guru yang dinamis, energik, selalu ingin ada yang baru di tiap langkahnya. Kalau ada guru yang anti perubahan dan senang kemapanan (baca: kemandegan), guru tersebut rasanya pantas dimusiumkan. Bukankah agama mengajarkan bekerjalah seakan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah seolah kamu mati besok. Kerja yang dinamis, harus didukung moralitas tinggi.

Kedua, guru yang gila ilmu. Seberapa gelintir guru di negara ini yang gila ilmu? Banyak di antaranya menganggap ilmu yang diperolehnya ketika kuliah S-1 dirasa cukup. Bahkan penulis pernah dengar seorang teman guru berkata, “Kalau saya kuliah lagi dan menjadi pintar, malah murid saya nanti jadi kebingungan”. Jelas, kalimat itu menunjukkan sedari orang yang tidak cerdas. Bukankah seorang yang makin pintar, merasa kian bodoh, dikarena luasnya ilmu itu sendiri. Sebaliknya, yang merasa pintar justru menunjukkan semakin bodoh orang tersebut. Orang yang semakin pintar, akan pintar pula menyampaikan ilmunya. Maka tugas guru sebagai pengemban ilmu, sangat mulia.

Ketiga, guru yang haus keberhasilan. Haus keberhasilan akan tampak sedari ketidakpuasan pada prestasi yang pernah diraih. Baik prestasi dirinya pula anak didik yang dibinanya. Dengan begitu, guru selalu meningkatkan prestasinya, juga prestasi anak didiknya. Bukankah standar kelulusan UN, dibuat naik setiap tahunnya. Ini pancingan untuk menaikkan prestasi, tanpa harus guru memintanya, pemerintah sudah memancingnya lewat menaikkan standar kelulusan siswa.

Keempat, guru yang terus membangun interaksi dengan semua pihak. Guru yang baik, tidak boleh “kuper; kurang pergaulan” di dalam pergulatan dengan jamannya. Ketika jaman komputer sudah jadi jamannya anak-anak, kalau ada guru yang tak paham komputer, harus segera bertaubat menyesali “kedholimannya” dengan belajar dari muridnya. Senada paribasan “kebo nyusu gudel” :hal ini perlu, karena guru bukan segala sumber kebenaran dan ilmu.

Yang keempat, membangun kinerja yang bagus. Ketika ada wacana gaji berbasis kinerja, bukan berbasis golongan seperti sekarang, banyak guru dan pegawai lain yang gerah. Ini potret dari lemahnya kinerja mereka. Kalau kinerjanya baik, maka justru bermodel gaji berbasis kinerja adalah sangat menguntungkan, mengingat guru kerjanya diatur dengan jam yang padat. Selama ini, banyak guru yang kurang mencintai dalam menggeluti perannya, sehingga pekerjaannya belum bisa dijadikan ukuran profesionalitasnya.

Untuk itu, semua guru harus jujur terhadap dirinya sendiri. Apakah sudah mencerminkan hal di atas, atau telah bangga sekadar lulus portofolio sebagai guru yang profesional, namun di dalamnya kosong. Tentunya, hanya guru bersangkutan yang bisa merasainya. Kalau semua guru mau jujur, maka percepatan pembangunan di negeri ini tak usah disusu-susu dengan membuat Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, toh negeri kita ini, semuanya masih tertinggal.

*) Agus Prasmono, S.Pd., Guru SMA Negeri 3 Ponorogo. Tinggal di Kertosari Indah.
Sumber: Majalah Dinamika PGRI Ponorogo
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/12/membangun-kultur-sekolah-melalui-profesionalitas-guru/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt