Kamis, 07 Mei 2020

Membaca Seorang Bocah yang Menyaksikan Kematian

Judul Buku: Seorang Bocah yang Menyaksikan Kematian
Penulis : Ahmad Farid Yahya
Penerbit : CV Pustaka Ilalang
Cetakan : Pertama, Februari 2020
Tebal: viii + 124 halaman; 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-623-7731-19-1
Peresensi: Khoirul Abidin

Sebuah Usaha Merawat Kenangan

Hari ini kenangan hari esok. Pasti. Tersebab itu, menuangkan kenangan menjadi tulisan, merupakan cara terbaik untuk menjaga dan merawatnya.

Tidak ada kata sia dalam memelihara kenangan, sebagaimana baiknya hidup berkaca dari belakang, kejadian atau peristiwa pada masa lalu.

Novel Seorang Bocah yang Menyaksikan Kematian, memoar karya Ahmad Farid Yahya ialah salah satu wujud perawatan kenangan. Sesuai dengan kategorinya, novel memoar ini merangkum segala peristiwa hasil perjalanan hidup selama belasan tahun mulai bayi, anak-anak, hingga remaja jelang dewasa.

Seorang Bocah (yang Menyaksikan Kematian), yang lantas menjadi tokoh utama dalam novel memoar ini bukan lain penulis sendiri. Terang Farid memosisikan dirinya sebagai pelaku yang bersentuhan langsung bersegala siklus kehidupan dari jarak terdekat. Bahagia, sedih, jatuh, bangkit, tersenyum, tertawa, mengeluh, susah hati hingga menangis, semuanya terbungkus jadi bingkisan biografis yang manis.
***

Semua Berpasangan

Kisah kelahiran seorang bayi berbarengan dengan masuknya aliran listrik di desa Kebalankulon, membuka petualangan kita menjelajahi novel ini. Lahir berarti hidup. Artinya, bila seorang telah 'lahir' atau 'hidup', maka cepat atau lambat akan pasti 'mati'. Sebagaimana Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan; lelaki-wanita, surga-neraka, bahagia-sedih, jumpa-pisah, panas-dingin, hidup-mati.

Gambaran demikian itulah yang diulik-ulik oleh Ahmad Farid Yahya pada bab pertama berjudul "Lamongan, 9 Agustus 1996". Bahwa sesungguhnya kematian bukan sesuatu menakutkan, dan kan pasti terjadi. Keresahan serta ketakutan muncul atas perbuatan-perbuatan semasa hidup. Karenanya, wajiblah manusia selalu wawas diri, jauhi segala larangan, melaksanakan perintah termasuk berbaik kepada semua ciptaan-Nya. "Apakah mereka benar-benar bisa masuk surga dengan apa yang telah dilakukannya di dunia?" (hal. 3).

Selain itu, teriakan untuk selalu berperilaku jujur juga ditekankan di halaman 4, "...bayi itu hidup di zaman di mana orang berkata 'ya' namun hatinya 'tidak' padahal orang itu telah bertahun-tahun belajar ilmu agama". Apa gunanya kepahaman tanpa-tindakan yang selaras hati dan ucapan, bukan?

Kenangan dan Kelokalan

Jelajah kisah-kisah pada bab-bab selanjutnya mengingatkan kita pada tontonan televisi tahun 2000an "Si Bolang; Bocah Petualang". Farid kecil, sebagaimana bocah ndeso umumnya, senang bermain dan keluyuran hingga lupa makan. Segala jenis permainan dicicipi; sepak bola plastik, bulu tangkis dengan net jaring ikan atau kelambu bekas dan tiang bambu, pasar-pasaran, dor-doran, bekel, dan sebagainya -yang kini sulit kita temukan. Semua tempat di singgahi; lapangan, kali, sawah, rawa, jublang, pasar, dan lainnya.

Masa bocah memang paling menyenangkan. Di mana kita mulai menanam bibit mimpi, bermain sesuka hati, dan menangis hanya gegara es krim 500-an.

Dalam potongan kisah berjudul "Masa Kecil", kita akan dibenturkan kembali pada masa bocah. Farid menyuguhkan beberapa tokoh film serial yang akrab dengan kaum muda-mudi kelahiran tahun 90-an --antaranya Tsubasa, Dragonball, dan Naruto. Kesenangannya menonton film kartun menjadi pengasah salah satu hobinya. Farid paling suka menggambar Son Goku, salah satu tokoh idola pada serial Dragonball. Hobi lainnya menyanyi, dan kegemaran ini semakin ditekuni ketika usia remaja.

Sebagai wong ndeso, Farid tidak luput memasukkan istilah-istilah lokal --seperti kondangan (doa bareng hajatan), pawon (dapur), langgar (musala), rege (wadah nasi berlubang kecil-kecil), urop (pertukaran sesuatu), nusol (mencari ikan sisa panen), jublang (kolam tanah), walesan (pancing), landang (membantu tetangga mengurusi hajatan), dan banyak lagi. Dari sini terlihat betapa Farid tidak ingin ke-Jawa-annya, ke-Lamongan-nya, ke-Kebalankulon-annya hilang tersapu angin peradaban begitu kencang. Bagaimanapun kelokalan tetap harus dipertahankan, begitu kiranya.

Keampuhan Asmaul Husna

Kesungguhanlah poin paling penting dalam melakukan segala hal. Kesungguhanlah kunci utama terkabulnya suatu doa. Sebagaimana dikatakan Farid lewat tiga bab terakhir dalam novel memoar ini. "Barang siapa yang membaca asmaul husna dan berdoa dengan sungguh-sungguh maka niscaya doanya akan dikabulkan" (hal. 99).

Pada bab berjudul "Tugas", dikisahkan bahwa Mbah Nang, kakek Farid sakit parah. Setiap hari Mbah Nang hanya terbaring lemas di ranjang, bahkan sempat tak sadarkan diri pada suatu kali. Hal itu kemudian menimbulkan kesedihan di hati Farid kecil.

Farid kecil tak tega melihat kakeknya sakit. Ia ingin kakeknya sembuh, atau apapun itu yang membuat kakek tak sakit lagi. Ia ingat perkataan guru ngajinya, Pak Yai Syamsul. Bahwa betapa ampuhnya asmaul husna untuk berdoa. Sebagaimana sehat dan sakit semuanya merupakan pemberian Tuhan. Maka dengan keinginan yang mantap, kesungguhan yang bulat, Farid gegas membaca kesembilan puluh sembilan nama Tuhan, dilanjut dengan doa. Ada dua doa yang disenandungkan Farid; pertama untuk ketidaksakitan kakeknya; kedua untuk Paklik Pron, pamannya yang tak kunjung pulang selama belasan tahun.

Pembuktian keampuhan asmaul husna tampak pada bab yang berjudul "Kematian Mbah Nang", salah satu doa Farid terkabulkan. Meski kakek Farid meninggal, tetapi ia sudah tidak merasa sakit lagi. Dan kematiannya sungguh mengikuti doa Farid, "Tadi pagi-pagi kulihat masih tertidur. Terus lama-lama kok tidak bangun-bangun. Sudah siang kok masih belum bangun juga. Aku khawatir, lalu ketika dicek ternyata napasnya sudah tidak ada. Ya seperti orang tidur biasa," saksi Mbah Dhok pada halaman 109.

Pernyataan itu dipertegas lagi pada bab terakhir dengan judul "Jawaban". "Paklik Suyuti habis dapat telepon dari Paklik Pron, katanya dia mau pulang," jelas bapak Farid di halaman 120. Diceritakan bahwa tidak berselang lama, beberapa hari kemudian, Paklik Pron benar-benar pulang. Farid kecil seolah tak percaya. Doa keduanya terkabulkan. Sebelumnya, ia bahkan lupa akan doa-doanya. Ia baru tersadar akan doanya yang pertama ketika kepulangan Pakliknya.
***

Novel ini kaya kenangan dan wejangan. Membacanya butuh diam dan perenungan. Pengetahuan kelokalan yang apik, membuat Farid sangat gamblang dalam menyebutkan permainan tradisional, tempat, dan nama barang orang desa dengan cerita yang akrab digauli generasi kitar 90-an. Kata yang dibentuk sedemikian rupa dengan lembut menyentuh jurang terdalam jiwa. Memoar yang tergolong mungil ini menunjukkan kita pada keagungan Tuhan, menyadarkan kita bahwa betapa manusia tidak bisa apa-apa tanpa-Nya, betapa kita sebagai manusia harus senantiasa melihat, mengoreksi diri sendiri.

Penulisan yang memakan waktu lama, membuat beberapa kata masih mengikuti zamannya --misalnya; sekedar, pingin, dan nampak. Begitu pula kendati menceritakan masa silam, banyak terdapat kata yang sama yang diulang --saat dan sebagainya.

(20.3.20)
https://sastrakelir.blogspot.com/2020/05/resensi-novel-seorang-bocah-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt