Republika 09 Sep 2007
RAMADHAN DATANG
malam padam
rindu berdiam di rerimbun petang
satu-satu bintang pulang
jauh ke ufuk selatan
cahaya benam
raib di laut lengang
kunang-kunang pulang
lenyap di liang malam
adzan melayang-layang
lesap di jantung insan
jendela seribu bulan menjelang
ramadhan datang
lampu penerang pendar di tikung jalan
cahayanya rembes sampai ke sumsum remang
geletar tadarrus dan tasyakur
rekah ke cakrawala
para insan jamaah ikhsan
berharuan ke altar sembahyang
bilal lambaikan allahu akbar
deras meruah ke telaga kautsar
oi, ramadhan datang
Kendari, Oktober 2006
TUHAN
tuhan
hujan berjam-jam
genangi jam yang lamban
daun-daun di jalan
mengepung air yang lalu lalang
ilalang dan alang-alang
merendam akar dan ujung tangan
ke kali menuju lautan
tuhan
hujan berjam-jam
aku tafakur
diam
diam
Kendari, 9 Mei 2007
JUTAAN ALIF
dari samudera langit
hujan berlimpahan
luluri samudera bumi
bagai jutaan alif
panjang
dari muara cakrawala
nancap di tanah-tanah basah
embun dan kabut
mengambang
berarak ke belukar bambu
tangkai pohon menyanyi
menari
bersama irama hujan
mengelana tak henti-henti
aku memandang dari jendela
hujan deras di mata
Kendari, 9 Mei 2007
_________________
Syaifuddin Gani lahir di Salubulung Mambi (Polewali Mandar, Sulbar), 13 September 1978. Belajar sastra dan teater sejak bergabung di Teater Sendiri Kendari tahun 1998. Puisinya terkumpul dalam antologi bersama Sendiri, Malam Bulan Puisi, Perjalanan, Kendari, Ragam Jejak Sunyi Tsunami, dan Antologi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan (KSSB, Kalsel 2006). Sajak-sajaknya juga dipublikasikan di Horison, Republika, Seputar Indonesia, Lampung Post, dan Majalah Gong. Email: om_puding@yahoo.com dan udin_gani@telkom.net.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar