Jumat, 20 November 2020

Rumah Mungil di Pinggir Kota

Mario F. Lawi
Pos Kupang, 6 Sep 2009
 
Pagi berganti setiap hari. Juga matahari dan air di perigi.  Tapi kami tetap tinggal di rumah yang sama. Menimbang langit yang sama. Mandi di air yang sama.
 
Pagi adalah matahari yang menyirami kami dengan kekuatan untuk bersyukur. Kami dibangunkan oleh derit pintu pagi yang dibukakan matahari agar kami dapat bergegas, sebab malam telah dikalahkan. Kami awali semuanya dengan kekhusyukan doa-doa kami yang kami pakai sebagai landasan pijak untuk menapaki hari-hari kami.
 
Pagi dan malam selalu baru, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa waktu selalu berputar tapi juga menyadarkan kami bahwa kami selalu membutuhkan doa, dan pengampunan dari Tuhan kami.
 
Bagaimana kami dapat melangkah bila sepasang kaki kami dilumpuhkan dosa-dosa kami? Bagaimana kami dapat bersandar jika pepohonan kami telah mati dan lapuk? Karena itulah kami jaga sepasang kaki dengan saling menolong dan menguatkan. Karena itulah kami siram pepohonan kami dengan memohon pengampunan atas setiap salah dan dosa kami. Dan semuanya kami jalankan di sini ùrumah mungil di pinggir kota.
 
Rumah mungil ini selalu menghangatkan segala yang dingin, bahkan kebekuan hati kami sendiri. Jika memang matahari tak bisa lagi menghangatkan rumah kami, tak lagi bisa menghangatkan kami yang berdiam di dalamnya, maka kami percaya bahwa rumah kamilah yang kini sedang menghangatkan matahari.
 
Sebab di rumah ini, setiap kami memiliki pijar kami masing-masing yang membuat kami selalu mampu saling mendukung dan menghangatkan.
 
Jikalau matahari kekal, maka pijar yang kami miliki pastilah sekekal matahari. Tapi matahari tak lagi kekal sebab tak mampu menghangatkan rumah kami. Maka pijar kami lebih kekal dari matahari, bahkan setelah kami pergi meninggalkan rumah mungil ini.
 
Inilah yang ingin kami bagikan kepadamu. Sebab inilah rumah mungil yang membesarkan kami; rumah yang dinding-dindingnya mulai retak dimakan usia namun mampu mempersatukan kami. Sebelum menemukan rumah ini, kami adalah orang asing yang tak saling kenal.
 
Tapi jika kami telah saling mengenal pada awalnya, maka di rumah ini hubungan kami semakin dipererat. Bahkan, setiap goresan di tubuh salah satu dari kami, mampu melukai setiap kami. Setiap nyeri yang tertancap di tubuhnya, menyakitkan pula bagi kami.
 
Jika engkau ingin merasakan apa yang kami rasakan, datanglah ke rumah kami dan jadilah bagian dari kami. Meski terletak di pinggir kota, rumah mungil kami sangat mudah ditemukan. Dari arah mana pun di kota, ikutilah jalan yang ditunjukkan pepohonan angsana.
 
Dan tepat setelah pusat perbelanjaan terbesar di kota ini, akan kautemukan sebuah jalan setapak ke rumah kami. Di situlah kendaraanmu harus berhenti. Di ujung jalan itulah engkau harus meletakkan batasmu dengan duniamu sebelum menelusuri jalan ke rumah kami.
 
Untuk sampai di sini, engkau harus memilih dengan baik pakaian yang akan kaugunakan. Sebab setelah memasuki jalan setapak itu, banyak semak duri dan kerikil tajam yang mengintai setiap inci kulitmu. Jangan engkau menyerah hanya karena hal itu.
 
Duri-duri dan kerikil hanyalah setitik noda yang berusaha mengaburkan lukisan pelangimu. Karena itu, tugasmu adalah menempatkan noda itu di deret warna paling cocok di antara lukisan pelangimu agar ia menjadi bagian indah dari lukisanmu.
 
Bila engkau masih bingung, di mana engkau harus meletakkan noda itu, anggaplah itu sebagai sebuah jalan salib. Dan tetaplah menelusuri jalan itu, rasakan setiap kelokan dan tanjakannya, sebab sengsaramu tak akan pernah sebesar sengsara Tuhan di Via Dolorosa.
 
Dan di ujung jalan itu, rumah kami berdiri sebagai cahaya yang menantimu. Songsonglah cahaya itu sebab jalan salibmu telah menyelamatkanmu.
***
 
Tapi ini rumah kami, di mana malam-malam kami menjengkal jarak bintang, mendepa jauh rembulan, sebelum siang menakar peredaran darah anak bumi. Inilah rumah kami. rumah yang  membuat kami selalu ingin pulang, meskipun sekadar untuk  mandi di air perigi.
 
Rumah kami mungil dan sederhana, semungil dan sesederhana kehidupan yang kami taburi dengan segala keakraban. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan saling membenci.
 
Mencintai dengan penuh kesederhanaan merupakan alasan kami bertahan dalam kebersamaan ini. Tak perlu kalkulasi untung rugi, kami saling mencintai dan itulah yang kami tunjukkan dalam tingkah hidup bersama di rumah ini.
 
Tak ada yang istimewa dalam diri kami. Kami sama sepertimu; mampu menangis juga tertawa, tak sungkan bersedih maupun bergembira. Tapi semuanya kami bagi bersama. Setiap orang mendapat bagiannya masing-masing.
 
Bila ada duka yang menghantam salah satu dari kami, maka setiap tetes airmatanya kami bagikan sama rata agar tangis tak perlu sebesar bila duka dihadapi sendiri. Bila suka menguntai senyum, maka kami akan sama-sama puas tertawa bahkan bila masing-masing hanya dibagikan sedetik tawa.
 
Tak perlu fakta matematis untuk membuktikan keadilan kami dalam berbagi.
 
Setiap akibat pastilah berawal pada sebab. Tangis dan tawa kami pun merupakan bagian tak terpisahkan dari rantai sebab akibat ini. Salah satu mata rantainya adalah perpisahan.
 
Seperempat abad rumah ini telah berdiri. Tapi hanya empat tahun batas normal yang digariskan bagi kami sebagai anak untuk berada di rumah ini. Tapi segalanya tergantung pada kami.
 
Ada sebagian yang tak ingin berlama-lama di sini dan memutuskan untuk berangkat lebih awal. Kebersamaan mungkin sudah mencapai batas jemu dalam diri mereka.
 
Dan selalu ada tangis, selalu ada airmata yang dicucurkan. Tak pernah jelas arti janin airmata yang dilahirkan kelopak mata kami. Yang selalu kami harapkan adalah semoga airmata mampu melegakan segala yang menyesaki hati.
 
Termasuk kehilangan. Padahal jauh sebelumnya telah kami sadari bahwa pertemuan adalah awal sebuah kehilangan. Karena itulah harapan bahwa kehilangan menjelma awal sebuah pertemuan pun kami layangkan kepada Tuhan.
 
Karena itu pula, doa menjadi bagian dari mata rantai ini. Sebagaimana cinta menguatkan kebersamaan kami, demikian pun doa menguatkan perpisahan kami. Inilah anomali yang terjadi pada kami.
 
Tak melulu cinta yang hadir bila kami bersama. Selalu ada percekcokan dan selisih pendapat. Tapi doa mempererat jarak bila kami berjauhan. Sebab jauh di dalam hati kami telah kami sebarkan benih yang kami harapkan kelak tumbuh dan membawa kami kembali sebagai orangtua di rumah ini.
***
 
Bila kami ingin pulang, kami pun pergi karena hanya setelah pergi orang akan pulang. dan mobil inilah yang membawa kami pergi ke perbatasan paling jauh.
 
Perbatasan paling jauh dalam diri kami.
Kami selalu ingin pulang ke rumah bila berada di luar. Hal ini pun bahkan dirasakan oleh mereka yang hanya sehari berada di rumah ini. Meski telah kami temukan banyak cinta di luar, tapi tak ada yang mampu menandingi kehangatan cinta yang kami rasakan di dalam rumah. Dan keinginan itulah yang membuat kami selalu berusaha hidup baik di tengah kehidupan kami di luar.
 
Agar bila kami kembali, harumnya kebaikan dapat kami sebarkan hingga ke dalam rumah. Agar kami tak menyesal telah memiliki cinta dari dalam rumah yang menguatkan langkah kami di luar.
 
Dalam rumah inilah, kami saling berbagi, memahami dan berusaha menjadi diri sendiri. Bukan hanya semata persatuan, tetapi kemajemukan pun turut menguatkan kami agar kami saling mengisi celah yang kosong.
 
Karena itulah rumah ini kokoh berdiri selama seperempat abad. Meskipun pernah dipugar, ia tetaplah sama bagi kami; rumah mungil di pinggir kota.
 
Bagi setiap angkatan, rumah ini akan tetap menjadi rumah mungil yang kaya akan cinta, kebersamaan, persatuan dan kemajemukan. Juga bagi kami yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan rumah ini.
 
Kami harus pergi agar ada angkatan lain yang datang mengisi kekosongan kami. Meskipun nantinya kami meninggalkan rumah ini, tapi perjalanan paling jauh telah kami tempuh di dalam rumah ini; perjalanan ke dalam diri kami sendiri.
 
Betapa kami masih ingin membagikan cerita ini bagimu tapi bis kami telah menanti di luar; bis yang akan mengantarkan kami untuk melanjutkan cerita tentang rumah kami kepada dunia luar.
 
Tapi engkau tak perlu khawatir. Jika engkau ingin seperti kami, datanglah ke rumah kami. Jadilah bagian dari angkatan yang akan mengisi kekosongan yang kami tinggalkan. Percayalah, selalu ada kehangatan dan cinta yang menantimu di rumah mungil ini.
 
Demikianlah kami seringkali pergi, karena kami tahu nikmatnya pulang.
 
Kupang, 15 Agustus 2009
 
Untuk Seminari St. Rafael Oepoi yang merayakan Pesta Perak 25 tahun pada 29 September 2009

https://kupang.tribunnews.com/2009/09/06/rumah-mungil-di-pinggir-kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt