Gola Gong, Tias Tatanka
Tabloidnova.com
Kecintaan pada buku dan cita-cita mempopulerkan budaya baca tulis di
Banten, membuat pasangan suami-istri ini membangun Rumah Dunia. Di sana
merupakan sebuah pusat belajar dengan segudang kegiatan dan sarana. Anak-anak
maupun orang dewasa boleh menimba ilmu tanpa dipungut bayaran.
(Berjarak sekitar 1,5 km dari pintu tol Serang Timur, NOVA tiba di Kampung
Ciloang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Udara segar, rimbun pepohonan, dan
hamparan sawah terasa sangat menyejukkan. Di depan pagar bambu sebuah bangunan
bertembok tinggi, dua orang-orangan sawah berdiri mengapit. Plang kayu
bertuliskan RUMAH DUNIA tergantung di atap pagar yang terjalin dari daun kering.
Sebuah pemandangan unik tersuguh ketika pintu pagar dibuka. Puluhan
anak-anak beraktivitas di lahan seluas seribu meter pesegi. Ada yang bermain,
menulis, menggambar, mendengarkan dongeng, berteater, atau membaca di
perpustakaan. Si empunya, Hery Hendrayana Harris (42) atau lebih dikenal dengan
nama Gola Gong, didampingi sang istri, Tias Tatanka (35) dan keempat buah
hatinya mempersilahkan NOVA.)
Awal Maret lalu, buku nonfiksi Anda Menggenggam Dunia baru diluncurkan ya?
Gola Gong (GG): Iya, sebetulnya saya malu menulis buku berbentuk semacam
autobiografi itu, karena takut dibilang narsis. Setelah pikir panjang, akhirnya
saya mau. Buku itu lebih kepada pergulatan hidup saya dengan dunia tulis
menulis dan buku, terutama dikaitkan dengan kecacatan saya. Selama itu, budaya
membaca bukulah yang membentuk karakter saya dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sedikit flashback, bagaimana awalnya tertarik ke dunia menulis?
GG: Cita-cita awal saya adalah menjadi guru, tapi saya terbentur dengan
kondisi fisik saya yang cacat sejak usia 11 tahun. Bukan karena saya minder,
tetapi saya sering terbentur pada infrastruktur dan peraturan-peraturan
pemerintah yang kurang sensitif pada orang cacat. Melihat kondisi seperti itu,
saya realistis.
Saat itu, hobi membaca yang saya tekuni sejak kecil seperti menyeruak dan
membangun proses kreatif saya. Ayah pun bilang, pekerjaan yang tidak menuntut
persyaratan rumit adalah menjadi penulis. Tahun 1980-an saya pun mulai belajar
secara otodidak. Sempat juga kuliah di Fakultas Sastra Indonesia, Universitas
Padjadjaran.
Tahun 1989, saya menerbitkan seri petualangan Balada Si Roy. Lalu, saya
sempat menjadi wartawan di Gramedia Grup. Hingga kini saya sudah menulis
sekitar 40-an buku fiksi. Sekarang saya menjadi tim kreatif di stasiun televisi
RCTI.
Kecintaan Anda pada buku kemudian melahirkan pusat belajar Rumah Dunia
(RD). Bagaimana perjuangan Anda membangun RD?
GG: RD itu bukan keinginan yang terwujud dalam satu malam. Sejak dulu saya
terobsesi ingin membuat sebuah gelanggang remaja. Apalagi di Banten, tempat
saya tinggal, tidak ada wadah untuk berekspresi. Kalau saya mau buku-buku bagus
atau nonton teater ya harus pergi ke Jakarta atau Bandung. Budaya baca-tulis di
Banten pun sangat rendah, diperparah dengan stigmatisasi berkonotasi negatif
tentang wilayah itu. Saya merasa bertanggung jawab secara moral untuk
memperbaikinya.
Benih tanggung jawab itu terus saya pelihara hingga kuliah dan bekerja di
Jakarta. Saya berupaya menyubsidi berbagai kegiatan kesenian, membuka
perpustakaan pribadi untuk umum, bahkan sempat membuat tabloid untuk generasi
muda di Serang.
Saya dibantu dua kawan sempat door to door atau ke sekolah-sekolah, untuk
memberi pendidikan baca tulis, fiksi, dan jurnalistik secara gratis. Saya akui,
di tahap mencari dana itu saya mengorbankan diri. Saya masuk ke budaya populer,
menulis buku-buku fiksi yang ringan, karena lebih mudah mencari uang dengan
cara begitu. Pemerintah saat itu sama sekali tidak peduli.
Lalu?
GG: Tahun 1997 saya menikah dengan Tias. Saya utarakan obsesi saya kepada
Tias untuk membuat gelanggang remaja itu. Syukurnya Tias mendukung semua rencana
saya.Tahun 2000 saya membeli tanah dan tinggal di Kampung Ciloang. Di belakang
rumah ada lahan seribu meter persegi. Saya pikir akan cocok untuk dibuat
miniatur gelanggang remaja atau semacam pusat belajar.
Seiring waktu, sejak Maret 2002, RD sudah mulai berjalan. Pada 14 Februari
2004, baru diresmikan oleh Hj Cucu Munandar, istri Gubernur Banten, Djoko
Munandar. Saya mengelola RD dibantu istri dan beberapa relawan. Bahkan anak
saya Bella (8) dan Abi (6,5) pun mau membantu menjadi relawan.
Langkah apa yang kemudian Anda lakukan untuk menarik minat warga lokal pada
budaya baca tulis?
GG: Prosesnya memang tidak mudah. Saya ciptakan di lingkungan keluarga
sendiri dulu. Tias suka mendongeng, membuat reading corner di teras untuk
anak-anak, menyediakan makanan, membuat selebaran, bahkan juga mainan.
Lalu di depan rumah saya buat plang bertuliskan Rumah Dunia, nama yang kami
sepakati bersama. Dari situ sosialisasi terus berjalan. Mulailah warga lokal
tertarik, anak-anak pun mulai datang. Dari yang cuma satu-dua orang, hingga
sekarang bisa lebih dari 50 orang.
Pastinya banyak pengalaman berkesan selama bergelut dengan anak-anak.
Tias Tatanka (TT): Memang sasaran utama kita adalah anak-anak dan pelajar.
Awalnya, anak-anak masih tidak bisa diatur, maunya hanya main. Jika didongengi,
mereka malah meledek saya, bercanda sendiri atau tidak dapat mengerti isi
ceritanya. Diajari membaca pun mereka sangat lambat memahami. Ketika diminta
untuk maju dan bercerita, mereka malah kabur. Sekarang, sih, mereka sudah mulai
mengerti, bahkan kadang kalau sudah di RD, mereka enggak mau pulang.
Apa saja sarana yang terdapat di dalam RD?
TT: Kini sudah ada lahan bermain yang berisi berbagai permainan anak-anak,
sebuah perpustakaan untuk dewasa yang berisi tak kurang dari 4.000 buku, sebuah
perpustakaan anak-anak, panggung 5×7 meter, musala, kedai buku, komputer,
sekretariat, ruang serba guna, dan rumah untuk para relawan. RD terbuka untuk
umum (anak-anak dan remaja) dan tidak dipungut bayaran, mulai dari Senin sampai
Jumat pukul 13:00 sampai dengan 17:00, Minggu pukul 12:00 sampai dengan 17:00.
Kegiatan apa yang dapat dilakukan di RD?
TT: Awalnya kegiatan RD memang hanya baca tulis, tapi kemudian berkembang.
Kami biasa menyebut kegiatan di RD sebagai kegiatan “wisata”. Disebut begitu
agar kegiatan baca-tulis itu memikat anak-anak dan remaja. Senin ada wisata
baca dan dongeng, Selasa wisata gambar yang mendatangkan guru dari universitas.
Rabu dan Kamis ada wisata tulis dan bahasa Inggris. Jumat diisi dengan wisata
lakon (teater). Oh ya, teater anak-anak RD sudah beberapa kali diundang pentas
di sekolah-sekolah atau acara kesenian.
Apa yang biasanya paling digemari anak-anak?
TT: Di hari Rabu dan Kamis, biasanya saya membawa anak-anak untuk kunjungan
keluar. Anak-anak senang sekali belajar mewawancarai orang dari berbagai
profesi. Misalnya, kunjungan ke pabrik roti, pedagang nasi uduk, hingga usaha
laundry. Hasil wawancara dibuat dalam laporan tertulis. Yang dinilai baik, akan
diberi hadiah. Bahkan, beberapa anak yang berprestasi mendapat beasiswa atau
program adik asuh dari perorangan maupun instansi.
Bagaimana dengan kegiatan untuk pelajar dan usia dewasa?
GG: Khusus Sabtu dan Minggu biasanya untuk pelajar dan dewasa. Sabtu ada
klub diskusi RD, sementara Minggu diisi crash program (kursus singkat
jurnalistik untuk pelajar SMP selama satu bulan) dan kelas menulis.
Di kelas menulis, pesertanya pelajar SMA dan mahasiswa. Selama tiga bulan
mereka diajarkan jurnalistik, fiksi, dan skenario TV. Ada juga Tawuran Seni,
yaitu kegiatan tiga bulan sekali yang mempertemukan dua sekolah atau perguruan
tinggi untuk mempertontonkan kemampuan masing-masing di bidang sastra atau
teater.
Semua materi dibimbing langsung oleh Anda dan istri?
GG : Materi untuk anak-anak memang dipegang langsung oleh Tias dengan
dibantu beberapa relawan. Tias juga memegang peran sebagai Ketua RD. Nah, untuk
materi dewasa saya yang membuat dan mengajarkan. Kami juga sering meminta
bantuan teman-teman penulis untuk membagi ilmu mereka. Misalnya kegiatan RD
yang berskala nasional, seperti Ode Kampung kemarin.
Dalam kegiatan-kegiatan besar itu Anda juga memberdayakan warga lokal, ya?
GG: Iya, biasanya untuk kegiatan-kegiatan besar yang mendatangkan banyak
orang dan tidak hanya satu hari. Nah, saya membuatkan kios-kios jajanan
tradisional di lahan depan RD untuk para warga lokal berjualan. Makanan-makanan
selama acara berlangsung juga kami pesan pada warga lokal. Jika tamu-tamu butuh
penginapan, mereka bisa menyewa kamar di rumah-rumah warga.
Sejauh ini tanggapan dari para pengunjung RD bagaimana?
TT: Awalnya RD, kan, hanya untuk warga lokal. Ternyata sekarang orang-orang
dari berbagai pelosok nusantara pun datang. Beberapa sekolah bahkan rutin
berkunjung ke sini, misalnya anak-anak TK dan SD. Para mahasiswa pun sekarang
banyak ke RD untuk mencari rujukan skripsi.
Kegiatan di RD tidak dipungut bayaran. Lalu, bagaimana cara menggalang
dana?
GG: Saya menggalang dana untuk RD dengan membuat buku, baik pribadi maupun
komunitas. Semoga semuanya lancar, karena saya juga masih punya cita-cita
menambah sarana RD dengan membuat lapangan olahraga.
(Puluhan anak masih beraktivitas. Sebagian membaca buku, sebagian menulis.
Sebuah bekal berharga bagi mereka untuk kelak “menggenggam dunia”. Semoga.)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar