Yudhi Herwibowo, Han Gagas
pawonsastra.blogspot.com
Menemui Sosiawan Leak di rumahnya yang menyudut, lengang, karena agak
terpencil menciptakan keintiman yang gayeng. Malam telah turun lebih sempurna,
beserta Yudhi Herwibowo, saya menemui di lantai atas rumahnya yang bermotif
etnik dan lapang. Sebelumnya seorang putrinya menyalami kami dengan takzim,
lalu disusul anak laki-lakinya, disertai sapaan senyuman dari istri profil kita
kali ini, perempuan berkerudung yang nampak habis sibuk di sebuah ruangan.
Keadaan rumah yang bersih tertata rapi dengan anggota keluarga dan perilakunya
yang santun lumayan menggeser persepsi awal saya tentang Mas Leak yang lebih
sering nampak kusut dan kurang rapi. Begitulah Leak dimana-mana akan selalu apa
adanya.
Memutuskan Sosiawan Leak sebagai profil adalah suatu perubahan bagi Pawon
yang selama ini selalu mengangkat penulis perempuan, kini lebih berorientasi
–setidaknya dalam waktu dekat- untuk mendekatkan pembaca Pawon pada
penulis/sastrawan Solo sendiri baik laki-laki maupun perempuan.
Setelah berbincang-bincang ngalor-ngidul, tanpa alat rekam, hanya berbekal
coret-coret kertas, saya mulai menyelingi dengan melemparkan pertanyaan:
Sejarah kepenyairan Anda?
Saya memulai menulis puisi sejak tahun 1987. Masa itu menulis puisi
berbahaya.
Kenapa berbahaya?
Puisi-puisi saya adalah berusaha menangkap apa yang terjadi di masyarakat,
kahanan sejatine, ada ketidakberesan di negara ini oleh rezim Soeharto.
Anda seangkatan dengan Wiji Thukul yang lenyap itu?
Wiji Tukul dalam arti proses lebih dulu, ia sekitar tahun 1983. Tapi selanjutnya
kita bersama-sama.
Pak Wijang?
Ada Wijang juga. Pangkat Warek Al’Mauti itu diberi oleh Rendra (terkekeh~
kami juga).
Berarti boleh dikatakan anda bertiga seangkatan dan yang paling menonjol?
Sebenarnya banyak juga yang ingin bahkan bercita-cita menjadi penyair, sok
nyair, dengan gaya yang aneh, perilaku yang tak biasa tapi esensinya tak ada,
karya tak berisi, dulu seorang penyair terasa hebat di Jaman Soeharto apalagi
di kalangan mahasiswa, tapi sebenarnya yang penyair dengan muatan karya yang baik
amat jarang.
Perjalanan anda baik sebagai penyair, aktor, maupun sutradara?
Saya pernah jadi aktor di kelompok Teater Gidag-Gidig (Solo), TERA (Teater
Surakarta), Teater Keliling (Jakarta), Wayang Suket (Solo). Di teater keliling
ini saya bermain di perusahaan-perusahaan minyak. Saat itu gajinya besar
sehingga bisa untuk menutup biaya kuliah saya.
Untuk drama saya pernah menulis lakon dan menyutradarai-nya untuk Teater
Peron dan Thoekoel. Sejak tahun 1998 membentuk dan menjadi sutradara Kelompok
Tonil Klosed (Kloearga Sedjahtra).
Sebagai penyair, pernah diundang di beberapa event sastra nasional, seperti
“Konggres Sastra Indonesia” di Kudus, “Temu Sastrawan Indonesia” di Jambi,
Revitalisasi Budaya Melayu di Tanjung Pinang, Festival Kebudayaan Aceh, Ubud
Writers & Reader Festival dll. Puisi telah dimuat di berbagai media dan antologi
event sastra, di samping ada yang terkumpul dalam “Umpatan” (1995), “Cermin
Buram” (1996) dan “Dunia Bogambola” (2007).
Juga ber”Deklamasi Keliling” Jawa Tengah & Jawa Timur (1994), serta
“Deklamasi Keliling Sumatra” (1995). Baca Puisi di Kampus & Ponpes Jawa
Timur bareng WS Rendra & Brigitte Olenski (2002). Baca Puisi & Diskusi
“Membaca Indonesia” dengan Martin Janskowski (Berlin, Jerman) & Dorothea
Rosa Herliany di Madura, Surabaya, Solo dan Kudus (2006). Baca Puisi &
Diskusi “Membaca Kota-kota” bersama Martin Janskowski (Berlin, Jerman) di Pati,
Yogja, Semarang, Purwokerto, Wonosobo, Indramayu, Kediri dan Surabaya (2008).
Baca Puisi & Diskusi “ JOHAN WOLFGANG von GOETHE, Perintis Dialog
Islam-Barat” menyertai Berthold Damhauser (Bonn, Jerman) & Dorothea Rosa
Herliany di Kudus, Semarang, Solo dan Magelang (2010).
April 2002 saya diundang di “Festival Puisi Internasional Indonesia “ yang
diselenggarakan di Makassar, Bandung & Solo. Lalu, Mei 2003 diundang di
Festival Puisi Internasional “The Road” (Bremen, Jerman). Saat itu pula diminta
Universitas Hamburg & Universitas Passau (Jerman) untuk baca puisi dan
menjadi narasumber diskusi.
Bulan Februari 2010, saya membuat “atisejati”, kelompok musik yang berpijak
pada eksplorasi bentuk musik akustik dan kekuatan lirik.
Lebih enjoy mana drama-teater dibanding puisi?
Puisi, saya enjoy karena lebih leluasa dan terlunaskan. Dalam drama dan
teater bila ada satu aktor tak datang kita akan ribet dan terganggu kerjanya.
Pekerjaan bersama terkadang tidak lunas. Tapi puisi selalu melunaskan segala
hal.
Saya jadi ingat Mas Timur dengan pakaian kebesarannya, atau Mas Rendra
dengan gaya pesoleknya, Wijang juga dengan baju kepenyairannya yang berwarna
kotak-kotak hitam putih itu, atau Afrizal Malna yang pelontos, lalu melihat
anda gondrong. Apa-kah seorang penyair memang berciri khas masing-masing dalam
arti fisik?
Saya gondrong lebih karena balas dendam. Orang tua melarang gondrong, jadi
awalnya karena itu. Lagi pula saya ketika bercermin, nampak lebih ganteng
dengan rambut panjang ini (terkekeh lagi)
Masa Mas Leak dulu sampai sekarang dengan bangunnya sastra di Solo sekitar
satu dekade. Ada jeda yang kosong, bagaimana anda memandang hal ini?
Saya tidak merasa bahwa regenerasi, penyemaian dalam arti harus nyantrik,
ngenger, belajar dengan rutin dan formal untuk orang lain yang ingin belajar
berpuisi adalah sebuah kewajiban. Bahkan pada keluargapun saya sterilkan dari
dunia sastra. Ketika saya menulis ada istri atau anak yang melihat saya stop
atau menyuruhnya pergi. Saya tak mengajak anak sulung saya kemana-mana belajar
berpuisi, berkenalan dengan sastrawan besar untuk koneksitas misalkan, saya tak
melakukan itu, hal yang sangat lazim dilakukan oleh orang lain terutama dalam
seni tradisi. Berpuisi menurut saya adalah pilihan sadar seseorang, dan bagi
saya habis aqil balik anak saya boleh berpuisi seperti bapaknya. Jadi saya tak
bisa semena-mena menarik anak ke dalam dunia saya, ini menyangkut psikologi
dia. Tapi, walau saya sterilkan, saya pernah melihat puisinya di mading
sekolahnya SMP Al Islam yang menurut saya cukup baik. Ia juga suka menggambar.
Saya pernah melihat Mas Leak pentas di Teater Arena TBS membawakan puisi
yang telah anda “naiki” hingga ke Jerman, boleh cerita?
Puisi itu berjudul Phobia, kucipta tahun 2003. Mas Willy (panggilan Rendra)
menyukai puisi itu dan karenanya menyebutku sebagai Penyair Gelombang Baru,
baru dalam arti membawa tema keterasingan manusia akibat perkembangan teknologi
komunikasi yang teramat cepat dan mewabah.
Boleh cerita awal mula perjalanan anda ke Jerman?
Sebelumnya saya sudah sering main ke kantung-kantung kesenian, pada tahun
2002-2003 saya sering diundang ke Jakarta membacakan sajak dan monolog di
gedung kesenian, kadang juda sama Mas Arswendo. Sering ketika di Jakarta saya
tidur di Bengkel Teaternya Mas Willy yang di masa-masa itu ada kegiatan Poetry
On The Road di Bremmen Jerman atau festival sastra Internasional. Ada beberapa
nama penyair nasional seperti Joko Pinurbo, Afrizal Malna, Soetardji, dan lain-lain
juga Matori Al-elwa. Saya dan Matori inilah yang diadu dan dari sekian penyair
itu justru saya yang terpilih ke sana yang akhirnya berlanjut hingga sekarang.
Kenapa anda terpilih?
Muatan puisi saya dan hukum panggung yang saya jalankan dengan baik. Puisi
itu ya yang ada di buku, tapi kalau di panggung ya harus menguasai hukum
panggung dengan baik. Sebagaimana novel yang difilmkan. Isi novel dengan film
yang berdasar novel itu bisa dan boleh saja berbeda. Puisi di buku dengan puisi
di panggung bisa menjadi berbeda karena biar ngeh di hadapan penonton dalam
rangka menguasai hukum panggung itu.
Melihat perkembangan puisi sekarang dibanding jaman anda dulu?
Puisi-puisi sekarang saya amati memang lebih bernas tapi tidak macth dengan
kehidupan. Penyair menurut saya harus nyemplung dalam masyarakat. Puisi-puisi
sekarang banyak berbahan baku dari buku, televisi, dan internet. Saya lebih
berbahan baku kahanan dengan jalan lelaku, laku rasa. Kahanan adalah bahan baku
utama, nomer satu, sedang buku, televisi dan internet itu yang kedua. Nyemplung
ke masyarakat menghirup fenomenanya, rentetan kejadian, keluh kesahnya,
pikiran-pikirannya juga alam raya ini yang sudah tak lagi bisa terprediksikan.
Masa hujan masih berlangsung hingga bulan Juni padahal dalam teori
April-Oktober harusnya sudah kemarau, seperti itu.
Saya merasa karya penulis puisi Solo masih kalah jauh dengan penulis puisi
kota lain terutama Jogja dan Makasar, ini bisa dilihat setidaknya di koran
minggu. Apa komentar anda?
Saya juga merasa demikian, tapi saya tak khawatir, mungkin memang ada jalan
lain. Tapi melihat kondisi sastra yang ramai beberapa tahun terakhir ini juga
para penyairnya itu adalah perjalanan yang benar mungkin yang perlu diperdalam
adalah kepekaan membaca kahanan tadi. Melalui koran dan buku itu jalan yang
benar, saya juga menempuhnya. Kadang ingin puisi saya dimuat koran ya seperti
absen gitu, artinya seperti untuk memenuhi keinginan publik.
***
Sosiawan Leak lahir di Solo, 23 September 1967 dengan nama Sosiawan Budi
Sulistio. Ia merampungkan kuliah di Administrasi Negara FISIP UNS Solo tahun
1994. Leak adalah panggilan dari teman-temannya ketika SMA karena bakat
alaminya sebagai adventourir, mengelana, hingga beberapa kali ke Bali dengan
nggandhul truk, dll.
Setelah mewawancarai beliau, saya dimintanya membuka blog kalau-kalau saya
memerlukan hal lain. Benar juga, dalam blognya saya menemukan naskah lakon yang
sangat sungguh asyik, banyolan-banyolannya nyentrik dan sebagian besar
orisinil. Penyair yang suka bercocok tanam ini memang bergaul dengan semua
model orang, tak terbatasi segmen apapun, bila dia disuruh memilih dia akan
lebih menyukai bergaul dengan masyarakat lumrah, dan bukan dari kalangan
sastrawan –yang pusingnya sama, katanya- dan dari hasil pergaulannya sangat jelas
tampak, minimal, dalam lakon-lakon yang ia tulis dengan jernih, memikat, dan
apa adanya.
Di blognya pula ada kisah menarik tentang perjalanannya selama di Jerman
yang serba teratur dan penuh pelayanan terbaik yang didibandingkannya dengan
Indonesia yang serba semrawut dan sangat merugikan konsumen.
Jika anda ingin lebih memperdalam mengenai profil kita kali ini atau kurang
puas dengan sajian wawancara dan profil tulisan saya ini, silakan mengunjungi
Blog Sosiawan Leak dan facebooknya.
Han Gagas, 7 Juni 2010
Beralas Sajadah Kutulis Puisi
Sosiawan Leak
timpuh di sajadah
kutulis sajak
tentang pelacuran,
pornografi dan kehidupan malam.
tapi tidak ada mesias apalagi tuhan
kitab suci terbakar bersama tembakan
dan huru hara kartun nabi.
timpuh di sajadah
kutulis sajak
tentang mata anakku yang terpejam
kecapaian di tengah malam
entah karena mimpi atau lantaran permainan siang hari
tentang wajah ibunya yang dirajang-rajang usia
lantaran pekerjaan rumah, kenekalanku yang meremaja
atau kesibukan kerja.
tapi tidak ada malaikat
surga terbakar kenaikan harga
neraka menggurita di mana-mana
di tiap trafick light dan pojok kota
merdeka dan sentosa!
kaki tangannya menjelma tuhan, nabi, kitab suci
juga malaikat dan surga
bahkan juga puisi, timpuh dan sajadah ini.
Pelangi Mojosongo, Solo, Maret 2006.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Jalal
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
Abdoel Moeis
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Achdiat K. Mihardja
Achiar M Permana
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Adri Sandra
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Dermawan T.
Agus Mulyadi
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Hasan MS
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alawi Al-Bantani
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Amie Williams
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amril Taufik Gobel
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
AndongBuku #3
Andrea Hirata
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ardi Wina Saputra
Ardy Suryantoko
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Asarpin
Ashimuddin Musa
Asrul Sani
Astuti Ananta Toer
Atafras
Audifax
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Azizah Hefni
B Kunto Wibisono
Bahrul Amsal
Bambang Kempling
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bloomberg
Bre Redana
Budaya
Budi Darma
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Candra Adikara Irawan
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres Cawapres 2019
Catatan
Ceramah
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
D. Zawawi Imron
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Darman Moenir
Deddy Arsya
Denny JA
Denny Mizhar
Devy Kurnia Alamsyah
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Ecep Heryadi
Edy Suprayitno
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Elok Dyah Messwati
Engkos Kosnadi
Erdogan
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Faidil Akbar
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathul Qorib
Fatkhul Anas
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Teater Religi
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fira Basuki
Forum Santri Nasional (FSN)
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Guenter Grass
Gus Ahmad Syauqi
Gus tf
Gusti Eka
Habib Bahar bin Smith
Haiku
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Han Gagas
Hary B Koriun
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Heri Ruslan
Herman Hesse
Hertha Mueller
Heru Kurniawan
Hestri Hurustyanti
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
I Made Prabaswara
I Made Sujaya
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Mahadi
Indra Tjahyadi
Irfan Afifi
Irine Rakhmawati
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
J.S. Badudu
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jawa Timur
Jean Marie Gustave le Clezio
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak
Jo Batara Surya
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN
Jurnalisme Sastrawi
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kaheesa Kirania Putri Ayu
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardiasih
Kamaluddin Ramdhan
Kanti W. Janis
Karanggeneng
Kardono Setyorakhmadi
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Pantura (KBP)
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Abidin
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kodrat Setiawan
Kompas TV
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas-komunitas Teater di Lamongan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Kopuisi
Kostela
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lamongan
Lan Fang
Lawi Ibung
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukisan
Lukman
Lukman Santoso Az
Lutfi Mardiansyah
M Farid W Makkulau
M. Faizi
M.D. Atmaja
Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S Mahayana
Manado
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Marsel Robot
Martin Aleida
Marwanto
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Masyhudi
Media Seputar Pendidikan
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Mereka yang Menjerat Gus Dur
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Moh. Dzunnurrain
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rokib
Mohammad Yamin
Muafiqul Khalid MD
Much. Khoiri
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Antakusuma
Muhammad Fikry Mauludy
Muhammad Hafil
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Muhyiddin
Mukadi
Mukani
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang E S
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nezar Patria
Noor H. Dee
Nunus Supardi
Nur Haryanto
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Okky Madasari
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS HB Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Tarmuzie
Penculikan Aktivis 1988
Pendidikan
Pengajian
Pengarang kelahiran Lamongan
Pentigraf
Pepaosan
Perbincangan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Santosa
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Roland Barthes
Rosi
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Jai
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Aristo
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sarasehan dan Launching Buku
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Kuno Suku Sasak
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Satu Jam Sastra
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Pendidikan
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirdjanul Ghufron
Siwi Dwi Saputro
Slamet Rahardjo Rais
Soediro Satoto
Soekarno
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Sri Handi Lestari
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sujatmiko
Sukarno
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Sylvianita Widyawati
Tangguh Pitoyo
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teater nDrinDinG
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tias Tatanka
Timur Sinar Suprabana
Titi Aoska
Tiyasa Jati Pramono
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Toni Masdiono
Tri Broto Wibisono
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Universitas Negeri Jember
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wiji Thukul
Wildan Nugraha
Wildana Wargadinata
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Herwibowo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zara Zettira ZR
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar