Minggu, 07 Februari 2021

Sastra dan Agama Kemanusiaan

Marsel Robot *
Pos Kupang, 21 Jan 2016
 
Sepotong metafora liris mengiris kalbu ketika John Hick mewanti, “The lamps are different, but the light is the same (lihat Volf, 2008:8; Robot, 2015). Tetapi, Harland Develand berseru sebaliknya, “Realitas keragaman dan perbedaan budaya merupakan ‘setan baru’ dalam jagat hidup kita” (O’Dea, 1996: 427). Dan salah satu unsur keragaman yang paling emosional memunculkan konflik adalah agama. Surga dan Tuhan begitu mudah diciptakan oleh kefanaan akal manusia.
 
Sebetulnya, filosof sosial telah banyak membahas bahwa agama sering mempunyai efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan individu. Isu-isu agama menjadi salah satu masalah penyebab perang, keyakinan agama sering menimbulkan sikap tidak toleran, loyalitas agama hanya menyatukan beberapa orang tertentu dan memisahkan yang lainnya (O’Dea,1996:139).
 
Jonathan Wift dengan nada sinis mengatakan: “Kita mempunyai cukup agama hanya untuk membuat kita saling membenci, namun tidak cukup membuat kita untuk saling mencintai (ibid). Kala agama berstatus instrumen, maka agama sering dijadikan kargo yang mengangkut kepentingan tertentu. Agama akhirnya, persis cairan racun yang dituangkan dalam cawan egoisme manusia yang karatan.
 
Sastra sebagai Aktivitas Religius
 
Dalam masyarakat tradisional sastra adalah aktivitas religius. Sastra merupakan agama tanpa instansi, tetapi sangat kuat menguratkan praktik etik. Tuturan dalam ritual seser tompok (bersih kampung) di Manggarai (Flores Barat) merupakan firman yang mendorong orang ke luar dari ruang rutin dan perlahan masuk dalam ruang ritual yang sakral magik.
 
Di sana ia menyerahkan diri secara tulus dan total kepada Moring Agu Ngaran (Maha Pemilik). Dalam konteks itu, kampung tidak dipandang sebagai gugusan rumah, melainkan gugusan makna yang diurapi secara religius melalui ritual dan tuturan tadi.
 
Sarana kebahasaan digunakan secara maksimal untuk menyatakan keadaan manusia dalam posisi sebagai subordinat semesta. Dalam ‘tola kaba’ (doa melalui kerbau) misalnya dapat disimak.
 
Senget lite le pinga lite sina Dengarlah engkau yang di tinggi
Parn awo kolepn sale yang terbitnya di Timur
Ulungn le waing lau dari utara hingga selatan
Tanan wa awangn eta dari bumi hingga langit
 
Doa tradisional ini diucapkan dalam lagak literer yang unik. Terasa gurih dan merdu dengan konstruksi bunyi i-e menyarankan tentang Wujud Tertinggi yang jauh di singgah sana, dan konstruksi bunyi i-a merujuk kepada leluhur. Wujud Tertinggi tidak dihadirkan dalam denotatif, tetapi hadir secara metanomia. Baris parn awo kolepn sale (yang terbit di timur terbenam di barat) memetanomiakan sifat kemahakuasaan Wujud Tertinggi, sekaligus menerangkan sifat Wujud Tertinggi bagai matahari yang bersinar tidak memihak, teratur, dan memberikan kegembiraan dan bersifat abadi.
 
Ritual dan tuturan sakral merupakan puncak penghayatan terhadap Wujud Tertinggi. Demikian tuturan diucapkan secara literer, sarat dengan analogis, metaforis, simbolis. Penggunaan bahasa yang alegoris mengawetkan pesan yang hendak disampaikan kepada Wujud Tertinggi.
***
 
Sastra dalam lingkungan masyarakat arkais adalah sebuah lembaga nilai yang memfasilitasi cara hidup bersama. Pada zaman raja-raja, pujangga menjadi rasul kerajaan di bidang wangsit dan kerohanian. Pujangga menjadi lingkaran inti penjaga peradaban dan roh kehidupan kerajaan. Karya sastra suci Negarakertagama, karya Mpu Prapanca pada era Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk (1365-1389) sebagai bacaan suci yang berisikan nasihat penting, termasuk toleransi keagamaan (Lihat juga, Parakitri T. Simbolon, 2002:432).
 
Kerukunan beragama, atau beragama untuk kerukunan terbaca jelas dalam buku Sutasoma karya Mpu Tantular. Beberapa kalimat termasyhur yang dipetik menjadi semboyan Indonesia merdeka: Siwa-Budha bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrawa (Agama Hindu dan Budha berbeda tetapi satu, sebab kebenaran tidak pernah mendua).
 
Y.B. Mangunwijaya (1982) mengatakan, pada awal mulanya, segala sastra adalah religius. Keberadaan agama dalam karya-karya sastra digantikan dengan unsur religius yang lebih luas maknanya dan sifatnya berbeda dengan agama. Unsur religius sebagai penghubung yang mendekatkan para penikmat karya sastra dengan agamanya, religius yang ada dalam karya sastra berasal dari agama, tetapi berbeda dengan unsur agama yang terkandung dalam karya sastra.
 
Pernyataan Mangunwijaya hendak menegaskan, religiusitas berbeda dengan agama. Religiusitas adalah suatu penghayatan total terhadap kekuatan yang tremendum, transmanusiawi, tanpa instansi tapi bersubstansi, tak tertembus tombak empirical. Religiusitas berbeda dengan agama. Manusia tradisional bersikap religius meski tidak beragama. Sebaliknya, pada zaman modern banyak orang beragama bersikap kafir atau kekafiran kaum beragama.
 
Agama Kemanusiaan
 
Dalam kehidupan masyarakat yang eksklusif, pluralitas melahirkan polaritas antagonistik. Dalam konteks demikian, sastra memperlihatkan tangan melakukan interupsi di tengah suasana horor dan penuh teror itu. Namun, interupsi bisa terjadi sebaliknya, sebagai meniup api dalam sekam.
 
Sastrawan yang mencoba menggugat formalitas agama mudah dituduh sebagai orang kafir dan sastra sesat. The Satanic Verses karya Salman Rhusdie menghebohkan dunia. Salman Rhusdie mungkin sekedar mewanti bahwa agama sudah dijadikan kontainer yang berisikan kebencian satu dengan yang lainnya.
 
Di Indonesia muncul Clara Ng, “Tujuh Musim Setahun,” Ani Sekarningsih, “Memburu Kalacakra” menjadikan karya sastra sebagai media kritik terhadap kehidupan agama yang eksklusif.
 
Padahal, bersastra merupakan suatu usaha untuk mencari dan mengungkapkan kebenaran dan kebajikan hakiki. Kebenaran dan kebajikan ini bersifat universal, bukan monopoli agama tertentu. Karena itu, menurut saya, sastrawan harus memeluk agama kemanusiaan.
 
Agama kemanusiaan itu menghindari sekat-sekat agama yang terkadang lebih mengutamakan instansi daripada esensinya. Karya besar muncul cemerlang ketika ia menyodorkan tema kemanusiaan bukan tema agama. Mahabarata dan Ramayana milik agama Hindu dan berkisah tentang bangsa India. Akan tetapi, karya-karya ini lebih banyak berkisah tentang manusia.
 
Kedua epos tersebut menghadirkan kebajikan manusia secara universal, kapan saja dan di mana saja. Demikian karya Amir Hamzah dalam Nyanyi Sunyi menyodorkan persoalan hubungan manusia dengan Tuhan tanpa ditetes cawan agama tertentu. Ia hanya mengatakan bahwa ada kekuatan amat dahsyat di luar manusia dimana kita hanya patut pasrahkan diri secara total kepada: Kaulah kandil kemerlap/pelita jendela di malam gelap.” Ia misterium, mempesona dan “sabar, setia, selalu. Ucap Amir Hamzah.
***
 
Hemat saya, sastrawan yang besar adalah sastra yang memilih sebagai buruh kasar yang mengangkat batu bata membangun masjid atau gereja daripada menjadi pastor atau Uztat yang berkotbah di Minggu pagi atau berstausyiah di Jumat siang, lalu umat yang berjejalan menerima diri sebagai sosok yang terluka oleh dosa, melulu bersalah, dan tak kuasa hidup di dunia ini.
 
Tentu terlalu naif jika dikatakan, sastrawan yang baik adalah sastrawan yang murtat dari agamanya dan menganut agama kemanusiaan. Agama harus menjadi oase kreativitas sastra yang menempatkan pesan-pesan etik yang diterima oleh semua golongan. Paul Sartre mungkin salah seorang yang sudah lama menganut agama kemanusiaan. Sartre berasal dari keluarga Kristen Protestan, kemudian ia dibaptis menjadi Katolik.
 
Namun, dalam pengembaraan pemikirannya, Sartre justru tidak menganut agama apapun. Ia seorang atheis totok. Bagi dia, dunia sastra adalah agama baru, karena itu ia menginginkan untuk menghabiskan hidupnya sebagai pengarang.
 
Sajak Isa, karya Chairil Anwar tidak diterima begitu saja sebagai klaim kekristenan, tetapi Isa dalam penerimaan universal. Isa adalah metafora yang mengikhtiarkan pengorbanan: “Itu tubuh mengucur darah.”Musikalisasi puisi Padang Bulan Emha Ainun Nadjib adalah orkestra perjuangan manusia yang menggeliat dan kecapaian di tengah pergulatan hari-hari berdebuh, arogan dan miskin rendah diri. Karya sastra lintas batas keagamaan.
 
Keterlibatan iman pengarang sebagai lilin universal yang menerangi semua sudut dan menembus seluruh sekat. Itulah agama kemanusiaan.
 
*) Dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Undana.
http://kupang.tribunnews.com/2016/01/21/sastra-dan-agama-kemanusiaan?page=3
http://sastra-indonesia.com/2017/11/sastra-dan-agama-kemanusiaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt