Sabtu, 31 Juli 2021

Menunggu Rembulan Datang

Slamet Rahardjo Rais
Suara Karya, 10 Nov 2007
 
Titan turun dari sebuah kendaraan umum bersama seorang anak lelaki kecil dan mungil.Nampaknya anak ini bandel.Tangan kiri dan tangan kanan Titan nampak cukup berat dibebani oleh barang-barang yang dijinjingnya penuh kesulitan. Sehingga nampak kerepotan ketika hendak menyeberangi jalanraya yang ramai kendaraan Beserta anak bandelnya itu ia bermaksud hendak menyeberangi jalanraya yang ramai lalulintas kendaraan. Untuk menyeberangi jalan raya menuju ke arah seberang anak yang bandel itu nampaknya ingin lepas menyeberang sendiri.
 
Tiba-tiba muncul Surya yang saat itu juga bermaksud menyeberangi jalanraya searah lintasan Titan menuju ke arah trotoar di depan mereka. Surya dengan sigap meraih tangan si kecil membantu penyeberangan. Titan merasakan rasa ihlas yang memancar dari lubuk jiwa Surya dalam menolong nya. Tanpa rasa pamrih karena semuanya berlangsung begitu saja Tanpa skenario yang dirancang sebelumnya dan mengalir begitu saja!Dari sini awal terjalinnya persahabatan akrab yang kemudian tumbuh dan berkembang dengan baik. Keduanya, Titan dan Surya, menjalin tali silaturrahmi dengan akrab sekali. Dalam pergaulan selanjutnya saling menghormati atas perbedaan-perbedaan yang ada pada bentuk mata, warna dan dialek suara, maupun cara berpikir. Menanam pohon kebajikan bersama dan menuai buah pohon kebajikan bersama pula. Begitulah cara mereka menjinakkan perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara mereka.
 
Suatu ketika mereka bertemu di sebuah trotoar jalan raya yang padat suara lalu lintas jalanraya Keduanya berjalan beriringan dengan berbagai percakapan yang mengasyikkan. Sekali-sekali mengalir tawa dari mulut mereka sampai akhirnya mereka tiba pada sebuah ruang terbuka yang menghijau mirip sebuah lembah indah. Sebuah tempat terbuka untuk membebaskan berbagai ruwet pikiran Saat itu terik matahari sangat menyengat. Orang-orang mulai beringsut dari berbagai kegiatan memasuki taman-taman rindang.Ada yang berdiri di bawah pohon-pohon yang merimbun sambil menikmati silir angin. Sebagian lagi membaringkan dirinya di atas hamparan rumput menghijau.
 
Hampir tak ada percakapan di antara Titan dan Surya.Ditengah kebisuan percakapan, masing-masing menikmati kicau burung jalak yang berterbangan dari dari pucuk pohonan yang satu ke pucuk pohonan yang lain serta cereceh burung-burung kecil yang lincah berterbangan di atas rumput. Masih saja keduanya berjalan beriringan , lintasan demi lintasan. Ketika sampai pada sebuah perempatan jalan raya yang megah dengan lampu-lampu pengatur lalulintas mereka berpisah.Masing-masing memang memiliki arah tujuan yang berbeda.
 
Surya telah tiba pada sebuah tempat luas yang menghijau. Berbagai pohon lindung berdiri dengan rindang di sana. Orang-orang sekampung benar-benar menjaga tempat yang satu ini. Batang dan dahan-dahan yang telah mengering dipotong dengan baik-baik.Hujan dan udara segar menumbuhkan tunas-tunas baru yang siap menggantikan batang dan dahan-dahan yang telah menua.
 
Sesudah kehadiran Surya, datang pula beberapa orang ke tempat rindang yang luas itu. Di sana sini berdiri batang-batang pohon rindang memberi rasa sejuk udara di sekelilingnya. Orang-orang seperti bertumpuk di atas lahan yang telah tertata dengan indah dan penuh keasrian. Lahan yang luas itu pun seperti memanggil-manggil kepada banyak orang. Semakin lama luas permukaan tanah menjadi padat orang-orang. Mereka terus bergerak. Ada yang memperbaiki parit-parit kecil yang menggelilingi lahan. Sebagian lagi membuat gundukan tanah. Akhirnya membentuk perbukitan yang indah.
 
Dan bukit itu pun semakin menjadi sempurna karena orang-orang terus bergerak seperti sebuah mesin. Dari hari yang satu ke hari yang lain, dari minggu yang satu ke minggu yang lain. Pada wajah mereka nampak rasa lelah , namun secuil pun tak mereka hiraukan.
 
Tiba-tiba dari balik sebuah pucuk pohon besar yang berdiri di salah satu sudut lapangan yang terbuka itu terdengar suara sangat menggugah jiwa. Begitu lembut dan mengharukan.
 
Aku mencintaimu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena dirimu
Cinta karena diriku
Adalah keadaanku senantiasa mengingatmu
Cinta karena dirimu
Adalah keadaanmu mengungkapkan tabir hingga engkau kulihat
Baik untuk ini maupun untuk itu pujian bukanlah bagiku
Bagimu pujian untuk kesemuanya
 
Surya berbisik kepada seseorang yang duduk bersimpuh di sebelahnya, ” Nyanyian pujian yang sangat indah dari Rabi’ah al ‘Adawiah. Mahabbah, mahabbah! Surya mengetuk pintu jiwanya, “Nyanyian persajakan dari golongan orang-orang sufi calon penghuni sorga.” Beberapa orang nampak meneteskan airmata rasa haru. Beberapa orang yang lain senyap dalam sujudnya yang berkepanjangan.Anak-anak bersama orang tuanya turut bersimpuh. Surya bergelimang dalam bayang masa kanak-kanaknya dalam suasana surau yang sejuk dan penuh kedamaian.Wajah mereka berseri-seri walau dalam kelelahan tak terkirakan. Seperti rasa lelah para penari angkasa yang telah selesai menyelesaikan tugasnya di atas pentas langit.
 
Orang-orang berhamburan meninggalkan lapangan terbuka yang banyak menghibur mereka. Dan bahkan memberi banyak kekuatan untuk menahan rasa lelah mereka. Surya sendiri dalam perjalanan pulang berpapasan pula dengan Titan. Kemudian mereka melintasi jalanan kecil yang tak begitu jauh dari lapangan terbuka.
“Bayangkan kalau bom diletakkan di tengah lapangan!” bisik Titan ke arah Surya
“Dalam suasana sedemikian khusuknya Allah selalu melindungi mereka!”tutur Surya
“Nampaknya mereka sangat fanatik pada bukit.”
 
“Tidak, bukit itu hanya sebagai tempat untuk melenyapkan persekongkolan jin dedemit Mereka selalu berkeliaran dan ingin menguasai seputar tempat ini.”
 
Pada suatu hari terjadi kesibukan yang luar biasa di sana. Walaupun dalam kondisi yang sangat lelah orang-orang menyiapkan sebuah prosesi yang bakal digelar malam nanti. Orang-orang mengangkat keranjang demi keranjang yang berisikan tanah hasil kerukan parit-parit.
 
Terus ditumpuk-tumpukkan di sekujur tubuh dan puncak bukit. Bukit menjadi lebih sempurna. Orang-orang seperti kawanan semut yang tak pernah merasa lelah dalam menumpuk-numpukkan makanan ke dalam gudang makanan.Ada juga yang memapras semak-semak liar yang tumbuh di sekitar parit-parit.Parit pun menjadi sungai-sungai kecil yang indah dipandang mata. Orang-orang memang melihatnya dengan mata kepercayaan yang bersih.
 
Malam yang ditunggu-tunggu telah tiba. Di atas permukaan lahan terbuka yang sejuk itu pun berdatangan orang-orang menunggu rembulan datang. Rembulan bakal datang ! Sebagian berdiri di atas bukit memain-mainkan jari-jari tangan menghitung bintang-bintang yang berserakan di langit.Sebagian lagi memasuki gumpalan kabut senyap.Arus senyap terus mengalir memasuki lahan terbuka, orang-orang menikmatinya seperti menikmati arus syahdu musik tengah malam yang lengang. Apakah rembulan pasti muncul di puncak bukit?
 
Ya, pasti muncul. Rembulan ingin bersemayam beberapa waktu di atas bukit. Sehingga bukit menjadi lebih sempurna. Hanya orang-orang sabar dan tekun saja yang dapat menemui rembulan di atas bukit yang telah disempurnakan. Mereka adalah orang-orang yang telah menjernihkan dirinya sebagai bentuk kesabaran yang khusuk.
Sebesar-besarnya khusuk kesabaran!
 
Akhirnya setelah sekian lama dalam waktu penantian, rebulan pun datang Rembulan tiba di atas bukit dengan kendaraan sunyi. Di sekitar bukit sunyi. Orang-orang menangkap puncak sunyi. Tak terdengar gesekan daun-daun. Seluruhnya larut dalam kedalaman sunyi yang mencekam. Sedikit pun tak terdengar hiruk pikuk. Sebagian dari mereka melepaskan burung-burung dari sangkarnya Sebagai penghormatan atas kunjungan rembulan. Sebagian lagi asyik memetik tangkai-tangkai sunyi.Konon sebagai upacara untuk membersihkan jiwa yang liar dan dholim.
 
Rembulan pun datang dengan jubah keputihan yang benderang. Dan tersenyum bangga menyaksikan berbagai pesta jiwa yang mereka lakukan Rembulan menyiramkan cahaya keemasan Rembulan mengguyurkan cahaya yang benderang di seluruh permukaan. Orang-orang mandi dalam telaga cahaya.
 
Kemudian mereka bergegas menuju ke arah puncak bukit, saling berebut untuk sampai di kaki dan jubah rembulan. Saling berebut mencium jubah dan kaki rembulan.Sungguh baik hati rembulan.Saling bertaut antara bukit, rembulan, dan orang-orang yang selalu setia dalam kesabaran menahan berbagai rasa amarah Pertautan penuh dengan suasana mesra di antara ketiga-tiganya. Orang-orang terus berenang di atas telaga cahaya dengan mata jiwa yang menjernih. Dalam khusuk kesabaran beribadah!
 
Tiba saatnya rembulan pulang kembali ke tempat kediamannya. Suatu tempat yang terletak jauh di kedalaman kedalaman.. Sampai akhirnya rembulan lenyap dari pandangan mereka. Mereka juga belum bisa menafsirkan apa pun yang bakal terjadi. Bagaimana nasib selanjutnya atas bukit yang telah mereka bangun dengan rasa kesetiaan yang ihlas.
 
Adakah bukit yang telah disempurnakan itu mampu bertahan atas ribuan gempuran. Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Bukit yang mereka bangun itu pun bisa saja longsor dan rusak. Bahkan ambrol yang disebabkan oleh keteledoran mereka sendiri. Pohon demi pohon rindang dibiarkan terus merana. Bahkan pohon-pohon yang merindangkan itu pun banyak yang ditebang dengan semena-mena.

Jkt. l998/2007 http://sastra-indonesia.com/2011/01/menunggu-rembulan-datang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt