Rabu, 04 Agustus 2021

Islam Dua Budaya

Abimardha Kurniawan *
oase.kompas.com
 
Sekilas, judul buku ini terlihat provokatif, karena seolah-olah menampilkan dua kultur yang saling berhadapan dan beroposisi, yakni Islam Melayu dan Jawa Islam, kendati ada unsur Islam pada keduanya. Memang, Islam yang berkembang di masing-masing kultur punya wajah kontras. Namun, keduanya tak saling serang laiknya dua lelaki gempal yang saling adu jotos di arena tinju. Keduanya tumbuh dalam lingkup masing-masing.
 
Penulis buku ini, Maharsi Resi, menjabarkan perbedaan tersebut dalam domain sastra sejarah yang dihasilkan masing-masing kultur: Melayu dengan Sejarah Melayu (SM), dan Jawa dengan Babad Tanah Jawa (BTJ). Kedua teks berasal dari masa ketika pengaruh Islam sudah mengakar hingga ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa Islam punya peran sebagai pencetus lahirnya genre sastra sejarah di Nusantara, walau sebenarnya pendapat ini cukup bias.
 
Di Jawa, pada masa sebelum Islam berkembang sedemikian rupa, telah ada genre semacam ini. Sebutlah karya-karya seperti Kidung Harsawijaya, Kidung Sunda, Kidung Sorandaka, Rangga Lawe, sekedar menyebut beberapa, punya muatan historis karena merupakan representasi simbolis kehidupan di lingkungan kraton Majapahit. Kakawin Desawarnana (Nagarakratagama) gubahan Prapañca, walaupun oleh pengarangnya sendiri tidak dimaksudkan sebagai karya sastra (sejarah), melaikan cuma deskripsi wilayah, oleh para sarjana yang hidup berabad-abad setelahnya dicap punya nilai sejarah yang tinggi. Juga Pararaton yang sering dijadikan rujukan untuk telaah kritis seputar sejarah kerajaan Jawa, mulai berdirinya dinasti Rajasa (Ken Angrok) hingga zaman Majapahit. Sedangkan di Melayu, sangat jarang ditemukan peninggalan pra-Islam semacam itu, meski jejaknya bisa ditemukan dalam teks-teks yang dihasilkan dan berkembang di masa Islam.
 
Pedekatan yang dilakukan penulis terhadap karya sastra sejarah sebenarnya bukan pendekatan baru. Ada indikasi, asumsi penulis telah terarahkan untuk menganggap karya sastra sejarah sebagai mitos. Ini juga berkaitan dengan latar belakang penulis sebagai sarjana sastra. SM dan BJT didekati sebagai karya sastra, bukan karya sejarah. Sikap semacam ini juga jadi prasaran A. Teeuw kepada para sejarawan ketika menghadapi karya historiografi tradisonal.
 
Teori mitos Levi-Strauss diterapkan dalam telaahnya. Kedua teks dianalisis untuk menguak makna cerita mitos dalam kaitannya dengan kultur masyarakat yang melahirkannya. Teori mitos Levi-Strauss tidak dimanfaatkan secara utuh di sini, terutama ketika menyangkut pemaknaan mitos oleh masyarakat pendukung. Bagi Levi-Strauss, mitos tidak punya makna tertentu, kecuali ditempatkan pada hubungan dengan mitos lain yang tidak harus berasal dari kultur yang sama.
 
Dalam hal tersebut, penulis kurang sependapat dengan Levi-Strauss dan condong kepada keyakinan Rassers, antropolog Belanda yang pernah menelaah cerita-cerita Pañji, dan lantas menghasilkan disertasi yang berjudul Het Pañji Romanche, bahwa ada kesatuan yang fundamental antara mitos dengan struktur masyarakat pendukungnya. Mitos lahir dan dimaknai secara eksklusif oleh suatu masyarakat. Mitos merupakan bentuk komunikasi yang melibatkan kode-kode tertentu yang (setidaknya) harus dipahami pihak penyampai dan penerima. Selain itu, penulis juga memanfaatkan pedekatan semiotik untuk membongkar simbol-simbol yang beroperasi secara signifikan di dalam teks.
***
 
Mula-mula, sinopsis SM dan BTJ dijabarkan, dan ini menghabiskan hampir separuh isi buku. Lantas, unit-unit naratif masing-masing teks dibedah dengan mengambil fokus pada identitas tokoh, pengalaman hidup tokoh, dan akhir riwayat hidup tokoh. Dengan begitu, pola pikir kolektif di masing-masing kultur yang terepresentasikan lewat teks bisa diungkap.
 
Penulis beranggapan bahwa pengalaman hidup tokoh dalam teks SM berlangsung dinamis, melalui beberapa tahapan: (1) mitos lokal Melayu, (2) mitos Islam, dan (3) Islam rasional. Selain menunjukkan dinamika berpikir masyarakat melayu pada masa itu, tahapan ini juga merupakan bentuk penyempurnaan dakwah Islam. Islam tidak hanya menjadi legitimasi kuasa raja, namun telah menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan riil untuk mencapai kesempurnaan (hal.117). Sedangkan dalam BTJ, seorang tokoh bisa mengalami pergeseran derajat kehidupan yang melibatkan nafsu-nafsu dasar manusia. Seorang Raja Jawa yang telah memiliki kedudukan kosmologis tertinggi, bisa tergelincir oleh goda nafsu dan jatuh pada kenistaan. Ia akan kembali memperoleh derajatnya apabila ia bertobat dan berbuat darma (hal.148).
 
Variabel pembeda lain yang disoroti penulis adalah sistem penanggalan yang diterapkan pada masing-masing teks. Teks SM mencantumkan tanggal penulisannya, yakni hari Kamis, 12 Rabiulawwal 1021 H. Penggunaan sistem penanggalan ini dibaca penulis sebagai penanda bahwa kultur Melayu mengalami islamisasi hampir menyeluruh. Sementara di Jawa? Tarikh Jawa, sebagaimana yang dipakai dalam BTJ, terbentuk secara hibrida dengan menggabungkan tarikh Hijirah dan Saka. Sistem penanggalan semcam ini dicetuskan Sultan Agung tatkala menduduki tahta tertinggi Mataram Islam. Penanggalan ini dimulai pada 1554 Saka (1666 Masehi), dengan sistem perhitungan Hijriah.
 
Selain itu, Sultan Agung ingin mendirikan supremasi posisi raja yang bertuah dan punya kuasa politis mutlak. Ia memupuskan peran Sunan Giri (sebagai representasi Islam) dalam tradisi pentahbisan raja Jawa. Sultan Agung tak butuh itu. Baginya, seorang raja adalah penguasa tertinggi bidang politik dan agama, sebagaimana yang juga tercermin dalam gelar raja Jawa—Senapati ing Alaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Kalipatulah. Secara sosio-politik-kultural, sikap Sultan Agung ini juga merupakan bentuk upaya revivalisasi budaya Jawa di lingkungan Mataram Islam. Fakta-fakta tersebut mempertegas pendapat bahwa yang terjadi di Jawa bukan “Islamisasi-Jawa”, melainkan “Jawanisasi-Islam”, berbeda dengan Melayu.
 
Setidaknya, fenomena ini merepresentasikan pola pikir dan sikap budaya Jawa dalam menerima pengaruh dari luar. Atau meminjam ungkapan C.C. Berg: orang Jawa adalah muslim berdasarkan sahadatnya, namun secara tidak resmi mereka menyebut agamanya sebagai agama Jawa. Itulah, Jawa cenderung mempertahankan identitas, kendati kerap “berganti baju” mengikuti alur zaman yang berubah-ubah.
 
Dalam simpulannya, penulis menambahkan catatan akhir yang mewakili sikap dan posisi buku ini dalam mata rantai teori tentang kedatangan Islam di Nusantara. Setelah bertungkuslumus menguliti rangkaian simbolisasi mitos dalam teks, dan ini memang cukup melelahkan pembaca karena cenderung berbelit dan berulang, penulis menyimpulkan bahwa islamisasi di Nusantara digerakkan para pendakwah profesional, bukan oleh para pedagang sebagaimana yang diwacanakan salah satunya oleh Van Leur.
 
Kendati mungkin pandangan genetik (karya sastra merupakan rekaman tata cara zamannya) begitu dominan dalam analisis dua karya ini, ada nuansa reduksionisme di sini. Antara SM dan BJT, keduanya merupakan produk istana. Narasi mitos-sejarah dalam teks melibatkan tokoh-tokoh dari kelas sosial yang berkutat di lingkungan istana. Agak janggal bila dikatakan bahwa sistem simbol dalam SM maupun BTJ mewakili pandangan masyarakat Melayu maupun Jawa yang luas dan plural pada masa teks digubah. Memang, dalam perkembangannya, hegemoni istana tersebar secara sentrifugal, namun akan lebih pas bila dikatakan bahwa konstruksi pemahaman itu ada pada domain sastra istana.
 
Kemandirian dan resistensi kultural tentunya sangat dimungkinkan untuk muncul dari masyarakat non-istana. Sangat mungkin pula muncul karya sastra dalam genre lain, bukan sastra sejarah atau babad, yang merepresentasikan sikap mandiri dan (mungkin) resisten itu. Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang pola pikir Jawa di zaman Islam karya-karya non-istana dari genre apapun juga perlu dipertimbangkan, meski karya-karya semacam SM dan BJT (terlanjur) menjadi kanon di masyarakatnya. Agaknya ini menjadi tugas para sarjana di masa mendatang, sehingga tabir misteri yang membungkus proses islamisasi Nusantara sedikit demi sedikit bisa nganga tersibak seiring ditemukannya data-data baru mengenai hal itu.
 
Judul : Islam Melayu vs Jawa Islam, Menelusuri Jejak Karya Sastra Sejarah Nusantara
Penulis : Dr. Maharsi Resi
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Pertama, 2010 Tebal : viii + 207 halaman.

*) Penikmat buku, tinggal di Yogyakarta, 31 Maret 2011. http://sastra-indonesia.com/2011/05/islam-dua-budaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Jalal A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja Abdoel Moeis Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Achdiat K. Mihardja Achiar M Permana Adek Alwi Adhi Pandoyo Adib Baroya Aditya Ardi N Adri Sandra Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Dermawan T. Agus Mulyadi Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Hasan MS Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alawi Al-Bantani Alfatihatus Sholihatunnisa Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Amie Williams Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amril Taufik Gobel An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 AndongBuku #3 Andrea Hirata Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ardi Wina Saputra Ardy Suryantoko Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Asarpin Ashimuddin Musa Asrul Sani Astuti Ananta Toer Atafras Audifax Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Azizah Hefni B Kunto Wibisono Bahrul Amsal Bambang Kempling Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bloomberg Bre Redana Budaya Budi Darma Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Candra Adikara Irawan Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres Cawapres 2019 Catatan Ceramah Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 D. Zawawi Imron Damiri Mahmud Darju Prasetya Darman Moenir Deddy Arsya Denny JA Denny Mizhar Devy Kurnia Alamsyah Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Didin Tulus Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Ecep Heryadi Edy Suprayitno Eka Budianta Eka Kurniawan Elok Dyah Messwati Engkos Kosnadi Erdogan Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Faidil Akbar Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathul Qorib Fatkhul Anas Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Teater Religi Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fira Basuki Forum Santri Nasional (FSN) Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Guenter Grass Gus Ahmad Syauqi Gus tf Gusti Eka Habib Bahar bin Smith Haiku Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Han Gagas Hary B Koriun Hasan Basri Hasnan Bachtiar Heri Ruslan Herman Hesse Hertha Mueller Heru Kurniawan Hestri Hurustyanti Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu I Made Prabaswara I Made Sujaya IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Iksaka Banu Imam Jazuli Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Mahadi Indra Tjahyadi Irfan Afifi Irine Rakhmawati Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS J.S. Badudu Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jawa Timur Jean Marie Gustave le Clezio JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Jo Batara Surya John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Juara 3 Lomba Lompat Jauh DISPORA LAMONGAN Jurnalisme Sastrawi K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kaheesa Kirania Putri Ayu Kahfie Nazaruddin Kalis Mardiasih Kamaluddin Ramdhan Kanti W. Janis Karanggeneng Kardono Setyorakhmadi Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Pantura (KBP) KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Abidin Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kodrat Setiawan Kompas TV Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas-komunitas Teater di Lamongan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kopuisi Kostela Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lamongan Lan Fang Lawi Ibung Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukisan Lukman Lukman Santoso Az Lutfi Mardiansyah M Farid W Makkulau M. Faizi M.D. Atmaja Madrasah Aliyah Matholi'ul Anwar Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S Mahayana Manado Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Marsel Robot Martin Aleida Marwanto Mashuri Massayu Masuki M. Astro Masyhudi Media Seputar Pendidikan Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Mereka yang Menjerat Gus Dur MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Moh. Dzunnurrain Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Rafi Azzamy Mohammad Rokib Mohammad Yamin Muafiqul Khalid MD Much. Khoiri Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Antakusuma Muhammad Fikry Mauludy Muhammad Hafil Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Muhyiddin Mukadi Mukani Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang E S Nara Ahirullah Naskah Teater Nezar Patria Noor H. Dee Nunus Supardi Nur Haryanto Nur Wachid Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Okky Madasari Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS HB Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Tarmuzie Penculikan Aktivis 1988 Pendidikan Pengajian Pengarang kelahiran Lamongan Pentigraf Pepaosan Perbincangan Peringatan Hari Pahlawan 10 November Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Santosa Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1992 Ribut Wijoto Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Robin Al Kautsar Rodli TL Roland Barthes Rosi Rosihan Anwar RR Miranda Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Jai S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sainul Hermawan Sajak Salman Aristo Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sarasehan dan Launching Buku Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Kuno Suku Sasak Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Satu Jam Sastra Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Pendidikan Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirdjanul Ghufron Siwi Dwi Saputro Slamet Rahardjo Rais Soediro Satoto Soekarno Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Sri Handi Lestari Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sujatmiko Sukarno Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Sylvianita Widyawati Tangguh Pitoyo Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teater nDrinDinG Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tias Tatanka Timur Sinar Suprabana Titi Aoska Tiyasa Jati Pramono Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Toni Masdiono Tri Broto Wibisono TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Universitas Negeri Jember Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wiji Thukul Wildan Nugraha Wildana Wargadinata Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Herwibowo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zara Zettira ZR Zehan Zareez Zuhdi Swt